Selasa, 18 Januari 2011

The Lovely Bones (2009)


Director : Peter Jackson
Cast : Saoirse Ronan, Stanley Tucci, Mark Wahlberg, Rachel Weisz, Susan Sarandon
Rate : 3,5/5


Andaikata Peter Jackson lebih tidak egois akan karyanya yang satu ini, bisa saja The Lovely Bones menjadi salah satu drama langka yang kekuatan mutunya tidak usah dipertanggungjawabkan. Namun sayang, 2009 tinggal kenangan, dan kita mendapati jika The Lovely Bones bukan sebuah masterpiece dari seorang pereka kaum Uruk Hai versi gambar bergerak ini. Optimistis yang menyebar saat film ini mengemuka, sempat membuat saya sedikit kaget akan hasil akhirnya. Bones tidak serta merta hancur berantakan--malah masih berdiri di taraf mengagumkan. Hanya saja, Jackson seperti kewalahan mengolah kadar drama dan mengenyampingkannya guna menyempurnakan tampilan visual sebuah dunia after life. Kepiawaian Jacskon dalam hal sinematografi jelas mumpuni dan terbukti dengan tone gelap Lord of the Rings dan King Kong. Di Bones, gemerlap warna indah dan kesejukan saat menatap 'surga' itu, tidak kita rasakan juga saat mengikuti perjalanan seorang Susie Salmon.

Susie Salmon, gadis remaja 14 tahun yang ceria dan penuh semangat. Maut muncul dan akhirnya dia dibunuh setelah diperkosa oleh tetangganya. Istilahnya, Susie belum siap mati dan jasadnya seakan berada di tengah dunia dan surga. Momen itulah saat ketika Susie melihat semua lika-liku paska kematian mendadak dirinya. Dia 'memantau' kehidupan orang tuanya yang merasa depresi dan tentunya keseharian sang pembunuh. Sampai akhirnya, Susie menyadari kalau ia memang sudah tak bernyawa. Miris dan ironis.

Saya mungkin sedikit dari sekian reviewer yang masih menerima 'bagus' karya Jackson ini. Kalau boleh saya bilang, porsi tensi dan dramanya tidak melenceng jauh dari novel karya Alice Sebold itu. Yang disayangkan memang kinerja Jackson yang gagal dalam mengeksekusi ketegangan yang ada. Jackson luput menyisipi gejolak batin sang tokoh utama ke diri aktornya. Dan, kendati Saoirse Ronan sudah bermain dengan sangat bagus, tetap saja Susie Salmon terlihat kurang merasa kehilangan. Kesedihan yang ia dera kurang mengintimidasi penonton. Keterlibatan Rachel Weisz dan Mark Wahlberg pun kurang bersenyawa. Mendampingi Ronan, Stanley Tucci bolehlah sukses mengeluarkan seluruh pesona penjahatnya. Lihat mimiknya saja!

The Lovely Bones, sebuah film yang diinginkan (dan diharuskan) menyentuh malah nyemplung ke lubang segala-nanggung. Jackson nanggung dalam mengeksplor perihal batin Susie Salmon, nanggung dalam mengeksposisikan sang psikopat, serta nanggung juga menggapai klimaks. Jadi rasanya, King Kong dan The Rings terasa hambar jika ia dinilai gagap dan gagal dalam membangun karakter dan emosi dalam sebuah film drama. Nama besarnya memang penuh beban, dan The Lovely Bones seakan tukingan tajam atas Oscar-nya. Oh, alih-alih merenggut Oscar, dicap lumayan bagus saya sudah untung.

Betapapun itu, saya masih menghargai jerih payah sang sutradara, aktor serta para kru terhadap film ini. Tidak kontan buruk, meski jauh juga untuk dikatakan sempurna. Saoirse Ronan patut bangga aktingnya tidak stagnan, dan Tucci jelas penaikan kasta. Pesan moral film inipun sangat mengena jika telaah pelan-pelan. Buruknya, mood penonton tidak mau ambil pusing untuk mencerna amanat film ini. Happy watching!

by: Aditya Saputra

1 komentar:

  1. meskipun banyak kritik terhadap film ini tapi saya tetap menikmati pergolakkan emosi tokoh2nya,
    film ini sangat bagus, sarat makna
    tentang bagaimana menerima menerima kenyataan dan merelakan semua yang telah terjadi sebagai bagian dari episode kehidupan yang akan membuat manusia menjadi lebih tegar,, lebih kuat...
    mengkrtik itu mudah...
    membuatnya amat sangat sulit...

    BalasHapus