Senin, 01 April 2013

The Host (2013)


Director: Andrew Niccol
Cast: Saoirse Ronan, Max Irons, Diane Kruger, Chandler Canterbury
Rate: 1/5


Bagaimana bisa, otak cerdas di balik luar biasanya The Truman Show, dan memberikan arti lain dari waktu kehidupan di In Time dan membuat Nicolas Cage dipuji di Lord of War, membuat film yang sangat lempem di segala sisi. Apa yang ada di benaknya saat terperosok dalam menggarap film yang diangkat dari novel karangan Stephanie Meyer ini. Sulit disangkal, Andrew Niccol menjadi salah satu alasan mengapa saya begitu antusias dengan The Host selain karena adanya Saoirse Ronan yang bermain di dalamnya. Ya, saya memang penggemar Ronan sejak ia menunjukkan akting luar biasa culasnya di Atonement dulu yang menghadiahinya sebuah nominasi Oscar dan belasan piala dari festival lainnya. Melanjutkan sisi melankolisnya di The Lovely Bones dan Death Defying Acts serta meneruskan sisi heroik dari film Hanna dan City of Ember, Ronan kembali menunjukkan sisi humanisnya lewat The Host. Berbeda dengan The Way Back yang mengharuskannya terlunta-lunta, di sini Ronan semakin memperlihatkan paras ayunya yang semakin mekar selama bertambahnya usia.

Di lain sisi, bakat mengagumkan yang Ronan punya selama ini dan terpendam begitu saja, malah menjadi suatu yang fatal tatkala ia menjadi 2 jiwa yang berlainan melalui film The Host ini. Boro-boro menampilkan performa brilian seorang buronan, sedikitpun Ronan menjadi lepas kendali. Lemahnya skrip The Host memang menjadi bukti kuat betapa buruknya film ini jadinya. Talenta yang Ronan miliki seakan sirna begitu saja. Niccol mungkin telah berupaya semaksimal mungkin membuat The Host layaknya Twilight yang chessy namun bisa memancing banyak penggemar. Tapi perlu diingat, Ronan bukanlah Stewart dan Irons bukanlah Pattinson. Sejauh mata memandang, kecemerlangan seorang bintang harus diimbangi sebesar apa nama mereka di mata penggemar. Tak hanya Ronan yang bermain biasa saja, hampir keseluruhan aktor berakting dengan amat buruk, terutama Diane Kruger. Perubahan karakter yang dijalaninya sangat annoying, dan peran antagonisnya tidak berhasil diimplementasikan dengan baik.

Seharusnya, film ini bisa dibuat lebih baik lagi. Dengan mengedepankan sisi sci-fi yang memang menjadi fokus utama dengan menyisipi romansa klasik di dalamnya. Selain sinematografinya yang terbilang indah, sektor lain semisal seting masa depan yang unbelievable, klimaks yang kurang matang, dan minimnya adegan aksi sangat mudah untuk dikritisi. Tidak ada yang salah dengan novelnya, yang salah jelas-jelas Niccol yang tidak berani bermain lebih liar lagi. Bahkan di sini, darah seakan haram untuk diekspos. Latar belakang tokoh utama kita juga tidak diceritakan secara lugas, dan dari mana sang musuh memiliki tujuan itu juga kurang dibeberkan sehingga penonton kebanyakan bertanya-tanya dan tidak akan mendapatkan jawabannya di akhir cerita.

Jujur, moral lesson The Host cukup padat. Kemanusiaan dan keadilan yang ditujukan langsung memang memberikan cermin singkat tentang kehidupan sosial di masa sekarang. Meyer yang ahli dalam memajemukkan kekuatan cinta di tengah-tengah ketidak-masuk-akalan cerita semestinya bisa membantu Niccol dalam menindak lanjuti The Host menjadi lebih dinamis dan cathcy. Saya, yang begitu bersorak-sorak saat filmnya rilis sehari sebelum waktunya, hanya bisa terkecoh dan mengakhirinya dengan tidur di dalam studio. Jika diliahat filmografi Ronan yang masih full-schedule hingga tahun depan, semoga The Host tidak menjadi momok baginya dan bisa belajar dari pengalaman untuk lebih bisa menyeleksi peran apa yang seharusnya ia mainkan. Dengan begitu, semoga ia bisa kembali terseret ke deretan nominasi-nominasi akting.

Sepanjang tahun 2013 yang baru memasuki bulan keempat ini, mungkin The Host bisa saya masukkan ke daftar worst movie ever. Secara subjektif, Ronan bisa saja menjadi penghasut bagi saya untuk tidak terlalu kasar untuk film ini. Nyatanya, penilaian tetaplah penilaian dan Ronan tetap menjadi idola saya. The Host seperti penghinaan bagi drama percintaan dan juga perusakan otak untuk mengharapkan sci-fi yang berlimpahkan knowledge bermutu sepanjang film. Meratapi The Host yang kecium bau sampahnya, mungkin film ini salah satu film terburuk yang pernah dibuat. Tapi jangan salah, di luar sana masih ada segelintir manusia yang masih menyukai The Host berkat sisi humanitas yang diangkatnya. Tidak masalah, setiap kepala memiliki persepsi masing-masing, dan 5 paragraf ini adalah persepsi saya. Happy watching!

by: Aditya Saputra

2 komentar:

  1. Ah berarti ekspetasi yang tinggi cukup mempengaruhi bang Adit yah :3

    Kenapa kurang memuaskan juga mungkin karna ini 'based on novel', you-know-why lah, mengangkat cerita dari sebuah novel ke sebuah film bukanlah hal yang gampang, harus mengurangi beberapa komponen atau unsur cerita, terciptanya plothole, yang semua itu berujung kekecewaan dan menimbulkan kontroversi. Padahal durasi The Host pun udah mencapai 125 menit.

    Jujur saja, saya awalnya kepengen nonton 'Olympus Has Fallen' tetapi karna jadwal tayang yang cukup jauh, maka pilihan nonton jatuh kepada The Host. Walaupun sempat ragu, saya tetap menjaga ekspetasi tetap rendah, serendah mungkin (ditambah belum pernah baca novel nya, dan kata orang orang cerita dalam bukunya cukup bertele tele dan membosankan). Dan ternyata hasilnya diluar dugaan (menurut saya lho ya)

    Masalah akting Saoirse Ronan (yang terbilang muda dan masih dalam tahap naik daun) menurut saya cukup bagus kok disini, dimana dia harus berperan seperti memiliki 2 kepribadian. Yang dimana kalo saya praktekin sendiri, mungkin itu adalah hal yang rumit, sungguh rumit.

    Tapi yah sekali lagi, pandangan orang tetap berbeda beda :)

    BalasHapus
  2. Ngomongi ekspektasi, gw malah gak berekspektasi apa-apa loh ke film ini. Baca novelnya gak, tau sinopsisnya aja gak. Bahkan selain Ronan, gw gak tau siapa aja yang maen di film ini.

    Hanya saja, memang banyak poin di film ini yang berlobang dan gak dijelasin secara harafiah. Dan di luar betaoa mendalamnya pesan moral yang mau disampaikan film ini, The Host kok jadi ajang percintaan gak jelas ya ketimbang memfokuskan sci-fi nya yang boleh dibilang lebih berpeluang dan berpotensial akan menjadi sesuatu yang wah.

    BalasHapus