Sabtu, 12 Maret 2011

Sideways (2004)


Director : Alexander Payne
Cast : Paul Giamatti, Thomas Haden Churh, Sandra Oh, Virginia Madsen
Rate : 4/5


Alexander Payne boleh saja dicap sebagai salah satu sutradara yang tidak produktif. Karya-karyanya tidak lebih dari jumlah jari tangan. Tapi setidaknya, dari sedikit itu hampir semua besutannya dapat memberikan dampak baik untuk penonton, maupun pandangan kritikus. Lihat saja Election yang walaupun sederhana namun tidak terjebak dalam parodi kampanye versi anak sekolahan. Dan juga bagaimana komedi About Schmidt yang sangat komikal dan mampu mengeluarkan seluruh pesona Jack Nicholson. Lagi, Payne yang juga menulis naskahnya, membuat Sideways, sebuah komedi non-slapstick untuk konsumsi para manusia dewasa. Karena apa, seluruh isi dari Sideways memang diperuntukkan untuk kondisi umur yang rentan akan krisis kasih sayang dan krisis kepercayaan-diri.

Miles, seorang penulis gagal yang mengabdikan hidupnya sebagai guru paska perceraiannya 2 tahun yang lalu. Kedepresiannya ia timbun dalam-dalam dengan mengajak temannya untuk melakukan road trip sambil menikmati berteguk-teguk anggur. Jack, yang seminggu lagi akan menikah akhirnya mengikuti kemauan Miles. Sepanjang jalan, mereka merasakan surga dunia dari pelbagai rasa anggur, bermain golf, terluntang-lantung. Klimaknya? Saat mereka berkenalan dengan dua orang wanita yang memiliki kepribadian unik. Yah, mereka jatuh cinta namun harus bertepuk sebelah tangan.

Karakterisasi, di situlah salah satu kekuatan film Sideways ini. Keempat tokoh utama kita memiliki pondasi watak yang kuat sehingga bersinkronisasi menjadi satu-kesatuan yang unik. Belum lagi saat kita harus menebak-nebak apa yang akan terjadi pada dua sekawan ini. Nasib mereka sesudah ini dan itu. Dan mereka pun juga merasakan batas tipis antara persahabatan dan prasangka buruk. Payne tahu betul kondisi penceritaan untuk setiap filmnya. Ia membuatnya untuk tidak monoton, walaupun kita dijejali dialog-dialog sarkastik dan lucu di sepanjang film. Panorama ladang anggur juga ditampilkan bukan sekadar tempelan. Maksud dari apa yang mereka tenggak dari minuman fermentasi itu, bahwa anggur sama halnya seperti wanita. Naskah yang cemerlang!!!

Paul Giamatti memang tidak memproklamirkan jika ia komedian yang handal maupun aktor yang mumpuni. Kendati begitu, kritikuspun tau jika ia bertolak belakang dari seorang komedian yang komikal. Giamatti sanggup mengemban menjadi tokoh yang konyol dan terlalu berserah diri. Thomas Haden Churh bermain hebat, tak salah jika ia dinominasikan di Oscar tempo hari bersama Virginia Madsen yang juga bermain santa nan memesona. Salut untuk casting director yang dengan sempurna merekrut mereka untuk bermain di film monumental ini.

Setelah Anda menonton ini, mungkin mengerti mengapa saya bilang film ini dikhususkan untuk manusia berumur saja. Pria tua yang rindu akan cinta, pria tua yang merasa dirinya tidak berguna, janda yang butuh pendamping, serta wanita yang tidak tau arah hidupnya. Semua terjalin indah tanpa ada kesan dipaksakan. Sebuah feature yang mengangkat tema moralitas pertemanan, keindahan makna cinta, paradoks anggur, metafora sebuah perjalanan darat. Saya masih tersenyum manis betapa menyindirnya film ini. Happy watching!!

by: Aditya Saputra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar