Minggu, 11 November 2012

Wreck-It Ralph (2012)



Director: Rich Moore
Cast: John C. Reilly, Sarah Silverman, Jack McBrayer, Jane Lynch, Alan Tudyk
Rate: 3,5/5


Tampaknya dunia animasi mempermudah sineas untuk mengeksplorasi apa yang ada di benaknya. Imajinasi liar yang bersarang di kepala lantas distimulasi berkat bantuan dunia digital jaman sekarang. Semua diperalat oleh teknologi terkini yang akhirnya dipoles sedemikian rupa menjadi sebuah animated feature film. Lihat saja studio-studio animasi raksasa yang sekarang memaksa kita percaya jika film-film kartun mereka memang hidup layaknya manusia normal. Tidak masalah, toh penonton dimanjakan berkat visual cantik dan menarik lewat CGI tersebut. Dunia sempat dibuat terperangah dengan adanya mainan yang mampu berjalan dan bertengkar seperti halnya manusia. Pixar membuat suatu hal yang tak mungkin menjadi masuk akal sekaligus lucu dan mengharukan. Setelah itu, barulah dunia animasi semakin merajalela. Dunia robot, kaum Who yang hidup di bulir bunga, tikus pandai masak, kampung otomotif, serta hewan purbakala yang sibuk mengungsi.

Wreck-It Ralph hadir bukan hanya sebagai pelengkap perkartunan yang ada, tapi lebih kepada tribute dan nostalgia kita terhadap game arcade atau yang lebih dikenal sebagai ding-dong. Itulah yang unik, penonton diajak ke dunia ding-dong lebih dalam lagi. Kehidupan dan latar belakang serta problema karakter ding-dong menjadi pusat dan inti dari film ini. Tokoh sentral adalah Ralph si penghancur dari game Felix the Fix, yang merasa dirinya lelah menjadi orang jahat dan bersikukuh berubah menjadi yang lebih baik. Semua ditenggarai oleh tetua wahana yang merasa Ralph tidak pantas gabung dengan mereka dan membuat kecemburuan sosial Ralph semakin meradang. Bertaruh mendapatkan medali, Ralph bertemu dengan Vanellope, tokoh dari Sugar Rush yang ternyata mengalami malfungsi dan akan dimatikan karakternya. Ternyata, ada udang dibalik batu. Sosok tokoh jahat lainnya yang ternyata glitch juga mencoba memanipulasi program Vanellope. Keadaan semakin runyam saat monster jahat mulai mengganggu ketentraman jagad raya per-ding-dongan. Dibantu Felix dan Calhoun, Ralph berusaha menyelamatkan nasib Vanellope sekaligus game Felix the Fix itu sendiri.

Yang menyenangkan saat menonton film ini adalah penonton tidak hanya diberi kelegaan saat menikmati audio visual dan gimmick lainnya (baca: 3D), tapi juga diberi pelajaran lewat pesan moralnya. Kendati ceritanya tipikal film konsumsi anak-anak kebanyakan, namun film ini juga tidak merasa sok dewasa. Humornya masih dalam kadar yang bisa dicerna anak-anak. Dari awal hingga akhir, cerita memang bergulir tanpa jeda dan adegan kosong. Wreck-It Ralph memang tidak sesempurna itu, adegan Ralph yang mengajari Vanellope serta tokoh antagonis yang manipulatif banyak kita temukan di film lain. Hanya saja, Wreck-It Ralph sangat lugas dalam penyampaian point of view-nya. Hal-hal umum soal persahabatan, kesenjangan sosial, serta ketamakan akan sesuatu juga disampaikan dengan sangat jenaka. Rich Moore berhasil membuat film yang whole package-nya mampu menyenangkan segala pihak.

Pengisi suara semacam John C. Reilly, Sarah Silverman (main bagus di Take This Waltz), dan Jane Lynch memberikan nyawa kepada tokoh-tokoh di film ini. Kombinasi pemilihan aktor yang sangat pas. Terlebih lagi Wreck-It Ralph dibantu dengan lagu-lagu pengisi film yang amat segar. Sumbangan AKB48, Owl City, dan lagu lamanya Rihanna mampu menyemangati film ini lebih jauh lagi. Semuanya bersinyalir dan melengkapi hiruk pikuk dunia game arcade yang saling menyatu lewat aliran paralel listrik. Kita tak akan pernah tau kalau arcade universe bisa saling terhubung dan berkesinambung menjadi sebuah dunia yang ramai, warna-warni, dan penuh problematika sebelum menonton film ini.

Meskipun Pixar seolah menaikkan kembali pamor Disney yang sempat meredup, tapi Disney kembali maju dengan menghasilkan film-film yang berkualitas Oscar. Hadirnya Tangled dan Wreck-It Ralph ini sebagai bukti jika Disney masih fokus dengan tujuan utamanya dalam hal memberikan produk yang bermutu tinggi tapi bisa dinikmati oleh segala jenis usia. Bahkan sekarang Pixar yang seperti sedang merangkak dan terseok-seok akibat Cars 2 dan Brave mereka yang dinilai biasa-biasa saja. Pertarungan antar PH semakin sengit, apalagi Dreamworks Animation semakin dewasa dalam melempar produknya. Belum lagi desakan dari Blue Sky, dan lain-lain. Wreck-It Ralph pada akhirnya tidak akan menjadi sesuatu yang klasik laiknya filmografi Disney terdahulu, tapi film ini jelas memiliki taring yang harap menjadi ancaman bagi film animasi lainnya dalam hal perebutan piala Oscar tahun depan. Happy watching!

by: Aditya Saputra


post.script: Ada short movie sebelum Wreck-It Ralph dimulai, yaitu Paperman. Bercerita tentang pertemuan singkat tak disengaja antara seorang cowok dan cewek di sebuah stasiun. Storytelling-nya sangat menarik, bahkan romantis. Animasinya pun sangat menawan dan lucu. Banyak hal yang terkandung dari animasi berdurasi kurang dari 5 menit ini. Black and white mode, silent mode, but it's astonishing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar