Senin, 10 Oktober 2011

Coviction (2010)


Director: Tony Goldwyn
Cast: Hilary Swank, Sam Rockwell, Minnie Driver, Melissa Leo, Juliette Lewis
Rate: 3,5/5


Hilary Swank, salah satu permata Hollywood yang jarang mendapat film ber-budget bombastis dan juga hampir tidak pernah filmnya laris manis di pasaran. Dia tidak begitu cantik, memang, dan body-nya juga kurang masuk spesifikasi model dan artis terkemuka layaknya Angelina Jolie ataupun Natalie Portman yang sama-sama pernah menggondol Oscar. Tapi, Swank mempunyai bakat akting yang stabil yang kerap diperlihatkan dengan sangat prima di setiap filmnya. Dua piala Oscar lewat Boys Don't Cry dan Million Dollar Baby seakan membuktikan jika tidak harus super cantik untuk menjadi juara. Talenta cantik yang diutamakannya juga terpatri untuk film ringan semacam Freedom Writers, Amelia, ataupun P.S. I Love You itu. Lewat Conviction, sekali lagi dia menunjukkan batas maksimal seorang aktris, walaupun semangatnya kali ini kurang terekspos.

Conviction muncul dari kisah nyata tentang tuduhan kepada seorang pria akan pembunuhan keji yang tidak pernah dilakukannya. Namun, fakta berbicara lain. Dia dipojokkan dan diserbu dari sana-sini sehingga satu persatu bukti palsu menghakiminya bahwa ia harus mendekam di jeruji besi seumur hidupnya. Adiknya, yang sangat dekat dengan sang kakak merasa keadilan harus ditegakkan bagaimanapun caranya. Dia rela mengorbankan pernikahannya demi menemukan jalan terbaik agar sang kakak terbebaskan dari kukungan polisi tersebut. Walaupun ada oknum yang kurang setuju dengan tindakannya, namun lambat laun perjuangan keras sang adik membuahkan hasil yang manis.

Kronologis film ini memang mengalir dengan sangat rapi. Mulai dari lengangnya kehidupan mereka sampai akhirnya perkara puncak mulai menyeruak ke permukaan. Skripnya bagus, mengarah ke titik yang diinginkan. Perlahan penonton diajak mengenal karakter masing-masing perannya hingga menuju klimaks yang sayangnya tidak begitu menggelegar untuk ukuran film berbasiskan ruang sidang. Jika boleh usul, seharusnya ada sequence adegan di court room yang membimbing penonton ke puncak fantasi emosi yang lebih dari yang sudah ada. Adu mulut antar jaksa maupun hakim memang ada di pertengahan film, tapi penyelesaian yang seadanya itu yang kurang diposisikan dengan maksimal oleh sutradaranya.

Lebih dari itu, kita bisa sedikit menyaksikan sedikit refleksi hidup dua bersaudara yang saling mendukung satu sama lain. Mulai dari hidup kecil mereka yang dibadai masalah, rumah tangga berantakan, hingga terakhir harus berujung dengan hukum. Menjelaskan sedikit, ternyata tuntutan uang bisa lebih berjaya dari hukum itu sendiri. Di manapun negara itu berdiri. Mengerikan memang, melihat ketidakadilan harus merasa tersakiti oleh beberapa lembar rupiah (atau dollar). Kembali ke filmnya, hubungan kakak-adik yang direka oleh sutradaranya cukup mendiskreditkan jika persaudaraan itu memang diharuskan saling menopang, bukan menelantarkan.

Dari sektor akting, apa yang diberikan pemainnya lebih dari cukup. Swank seperti biasa membuat filmnya menjadi sangat hidup, lengkap dengan permainan mimik dan gesture aktingnya. Rockwell kali ini sanggup mensejajarkan kapasitasnya saat bersanding dengan Swank hingga mampu memberikan penampilan yang sama memukaunya. Para pendukung yang sekelebat muncul juga mampu memberi angin tersendiri. Minnie Driver, Leo, dan Lewis menunjukkan jika supporting role itu bukan hanya sekedar in frame lalu kabur, tapi juga berani memberi yang terbaik. And, they did it.

Dukungan lain semacam musik dan sebagainya memang kurang dioptimalkan oleh si empunya film. Sang sutradara, Tony Goldwyn mungkin kurang berpengalaman meng-handle film besar dengan banyaknya aktor mumpuni di dalamnya. Seringnya ia berkelana di dunia tv semestinya cukup membantu, namun sayangnya hal itu malah menjadi beban baik untuk dirinya maupun untuk hasil keseluruhan filmnya sendiri. My verdict, jika saja film ini tidak diisi para pemain hebat dengan dukungan kinerja yang hebat pula, bisa jadi Conviction hanya film based on true story biasa saja. Goldwyn harus bersyukur dan menjahit sulaman bolongnya untuk proyek berikutnya. Semoga, lebih bagus lagi. Happy watching!

by: Aditya Saputra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar