Jumat, 30 November 2012

Life of Pi (2012)


Director: Ang Lee
Cast: Suraj Sharma, Irrfan Khan, Gerard Depardieu, Adil Hussain, Tabu, Rafe Spall
Rate: 4,5/5


Desas-desus di luaran sana, banyak yang bilang novel Life of Pi karangan Yann Martel ini akan sangat sulit untuk diterjemahkan lewat tampilan audio visual layar lebar. Fakta yang tertuang di bukunya memang demikian, karena apa yang saya dengar dan baca penjelasan pembaca bukunya, novel tersebut memiliki tingkat imajinasi yang sulit untuk digambarkan secara digital. Mengingat ini semacam otobiografi kecil tentang perjuangan hidup melawan alam di tengah samudera luas, berita akan dibuatkannya versi filem untuk novel ini cukup menyita perhatian. Apalagi yang menahkodainya adalah Ang Lee. Walaupun kita tau bahwa Ang Lee adalah sutradara kenamaan berbasis Oscar dan sudah cum laude dalam media ini, bukan berarti arahannya akan mudah membuat Life of Pi menjadi sangat believable dan menarik. Filem ini, makin ditunggu ternyata makin terlihat kualitas karena gembar-gembor review positif yang tercurah selama test-screening-nya.

Saya sebenarnya tidak mau membeberkan kisah film ini, walaupun cuma satu-dua kalimat saja. Film ini akan terasa lebih mengejutkan jika kita tidak perlu membaca sinopsis ataupun menonton trailer-nya. Gaya penuturan film ini mengingatkan saya kepada Titanic, di mana pewawancara menanyakan ke narasumber atas kejadian masa lampau yang menjadi isu sedap di dunia. Dengan lugas dan santainya, pemeran utama kita mendongengkan pengalaman luar biasanya saat harus mengarungi kesepian tengah samudera dengan hanya ditemani seekor harimau. Tapi inti film ini bukan hanya itu. Life of Pi juga mengisyaratkan keintiman manusia dengan sang penciptanya. Masih terbayangi dengan agama dan kepercayaan, peristiwa ajaib tadi malah menghantarkan tokoh utama ke daerah yang lebih personal dan sensitif.

Saya sedikit tidak percaya jika ini buatan seorang maestro Ang Lee. Melihat filmografi yang pernah dibuatnya spesialiskan drama, menatapi keindahan Life of Pi terasa amat menyegarkan. Lust, Caution dan Brokeback Mountain yang begitu mendayu-dayu minus efek komputer yang dominan sangat bertolak belakang dengan apa yang terpampang di film terbarunya ini. Begitu banyak kejutan yang Ang Lee berikan, mulai dari kenaturalan akting para pemain 'tidak terkenal'-nya, beragam makhluk bumi yang amat cantik, kekuatan dialog yang berisi, hingga sinematografi yang menakjubkan. Semua elemen di film ini terasa sangat sempurna, dan bahkan saya belum menemukan setitik saja kelemahan dari film ini. Semangat pesan moral yang sangat ditujukan ke manusia pada khususnya. Perihal agama, cinta kasih terhadap sesama makhluk, perjuangan dan tujuan hidup memang ditata dengan sangat rapih.

Ang Lee dengan pintarnya memadukan hukum alam dengan dunia showbiz menjadi satu produk yang patut dibicarakan. Habitat dan ekosistem mulai dari kebun binatang, laut, hingga pulau tak bernama dilukiskan dengan sangat nyata. Kita seperti diajak menonton Animal Planet dengan Pi Patel sebagai fotografer dan spoke-person-nya. Untuk adegan bencana alam badaipun dibuat senyata mungkin. Tanpa diperlihatkan orang terkasih kita menjadi korban, adegan tersebut malah menjadi salah satu dari sekian banyak adegan terkuat di film ini. Enigma Tuhan yang dipertanyakan oleh Pi akan tujuan hidup dan kepergian 'teman baik'-nya menimbulkan sejuta dan keberagaman pertanyaan akan kehidupan paska berjuta rintangan tersebut.

A great direction yang bisa jadi menghantarkan Life of Pi ke singgasana Oscar bagi Ang Lee yang sempat dikecewakan karena Brokeback Mountain buatannya kalah oleh film rasisme favorit Amerika. Dengan sentuhan mencengangkan seperti ini, Ang Lee mengulang lagi kedigdayaannya saat memperkenalkan keindahan layar lewat Crouching Tiger, Hidden Dragon. Sebuah mahakarya yang tak akan mati dimakan usia. Panorama berjuta makna dengan sodoran point of view yang sama murninya. Berderet sejajar dengan ilmu akan kepercayaan kepada Tuhan, Life of Pi mau tak mau akan bercokol sebagai salah satu film terbaik yang pernah ada. Kemampuan bercerita yang kokoh dan kesempurnaan lukisan bergerak dari film ini adalah bukti nyata bagaimana seorang non-Amerika mampu menggabungkan beberapa kultur dan negara di dalam satu layar. Happy watching!

by: Aditya Saputra

3 komentar:

  1. jiaah, makin keren aja iki reviewnya kak Aditt. nggak heran aku makin ngefens :v
    #Team_Crash_for_Oscar! xD

    BalasHapus
  2. ang lee memang sutradara yg underrated tetapi sangat flexible dengan berbagai macam genre

    BalasHapus
  3. This movie really hard to review, but your review is one of the best. Bagussss >,,<a

    BalasHapus