Kamis, 03 Januari 2013

Upside Down (2012)


Director: Juan Diego Solanas
Cast: Jim Sturgess, Kirsten Dunst, Heidi Hawkins
Rate: 3,5/5


Kirsten Dunst akhir-akhir ini sering membuat kejutan dengan bermain di berbagai genre filem. Menyengat tanpa ampun lewat Lars von Trier's Melancholia, ceria lewat Bachelorette, dan sekarang mengejar cinta di tema science-fiction garapan sutradara kurang terkenal, Juan Diego Solanas. Tidak ada yang salah dari Kirsten Dunst saat ia merapalkan mantranya dan bermain dengan sangat bagus di beberapa filem yang ia perankan. Hanya saja, kadang performa baiknya hanya dipandang sebelah mata. Transformasinya sebagai Marie Antoinette jelas menunjukkan kredibilitasnya sebagai seorang aktris. Ia berhasil memberi nyawa ke sosok ratu tengil tersebut. Watak depresinya di Melancholia pun juga hanya bergaung di sekitaran Cannes tanpa sedikitpun juri Oscar memberi muka. Dunst tinggal menunggu waktu dan proyek penting agar ia bisa disejajarkan ke dalam rombongan aktris yang tak hanya berparas ayu juga memiliki tingkat akting yang tinggi. Dengan muka-tak-pernah-tua-nya, Dunst acap kali memperoleh tokoh yang memang diperuntukkan untuk kaum muda, seperti misalnya di Upside Down ini.

Konon, diceritakan adanya dunia terbalik. Jauh dari bumi, terdapat kehidupan atas dan bawah yang juga memeliki jembatan strata di antara keduanya. Kehidupan down below dicap sebagai kaum miskin sedangkan dunia up above disinyalir sebagai komunis sejati dan contoh kehidupan masa depan yang cemerlang. Bertemulah sepasang anak manusia dari dua belahan dunia tadi. Mengambil kesempatan untuk mencapai puncak masing-masing medium. Suatu hari, kelakuan mereka diendus opsir dan menyebabkan bencana awal yang mereka tak bisa hindari. 10 tahun kemudian, sosial up above berkembang pesat dan para pekerja down below rebutan untuk mendapat posisi di Transworld. Penemuan Adam ternyata dikejar oleh pihak Transworld. Adam sedang bereksperimen untuk menyeimbangkan dunia atas-bawah agak bisa berkonsolidasi tanpa ada sekat gravitasi. Pun dengan tujuan utamanya untuk menemukan cinta lamanya yang hilang tak berbekas.

Buat sebagian orang, filem ini sangat-sangat menjengkelkan. Jengkel kenapa, karena cerita filem ini teramat sangat lemah. Sayapun tidak bisa menyangkal fakta itu. Upside Down jatuh bebas karena ceritanya yang sangat mudah ditebak dan terkesal konyol kalau tak mau dibilang tidak masuk di akal. Separuh awal filem ini hanya bermain di zona aman masalah cinta, ambisi, dan kembali ke cinta. Namun, poin plus Upside Down adalah visual yang sangat memanjakkan mata dan imajinasi. Bagaimana sang kreator beserta parlemen efeknya membuat 2 dunia menjadi sangat nyata dan unik. Komposisi kedua belah pihak dan labirin yang berbeda pun terbilang orisinil. Kendati filem ini sangat anti klimaks dan persoalannya tidak begitu pelik dan rumit, sang sutradara juga tidak kikir memberikan kesan indah di sela-sela keminiman budget-nya. Skrip yang lemah memang akan menjadi batu sandungan buat filemnya sendiri, mungkin itu juga yang membuat Upside Down tidak begitu kedengaran gaungnya.

Jim Sturgess, peranakan British yang masih dianak-tirikan di Hollywood berhasil mengubah tampilannya menjadi anak yang tengil dan nakal. Namun, juga berhasil menampilkan sosok pekerja keras serta pria kikuk di depan wanita. Dunst justru yang tidak berubah secara drastis. Perannya sebagai Eden tak ubahnya saat ia menjadi Mary J. Watson. Untunglah, saat dipadukan dengan Sturgess, keduanya berhasil memberikan kesan nyata jika mereka memang sedang dihujam rindu. Andai Upside Down diberikan jeda sedikit lagi untuk bisa diperbaiki, mungkin saja Upside Down akan jadi sesuatu yang baru dan epik untuk sektor filem bertemakan fiksi.

My verdict, Upside Down akan menjadi salah satu filem terfavorit saya sepanjang masa. Tidak demikian bagus, tapi pencitraan yang telah dibuat dengan amat menawan berhasil menghipnotis saya dan memberi arti yang lebih luas akan optimistis dan raihan cinta yang didapat. Konklusi yang tidak sepadan dengan visualnya yang menyebabkan Upside Down lagi-lagi menambah deret panjang filem Kirsten Dunst yang dipandang sebelah mata. Happy watching!

by: Aditya Saputra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar