Director: Jason Reitman
Cast: Charlize Theron, Patton Oswalt, Patrick Wilson
Rate: 4,5/5
Pernah mencoba Juno? Atau Up in the Air? Jika sudah, pertanyaan selanjutnya apa persamaan paling mendasar di kedua film tersebut selain pembesutnya yang merupakan orang yang sama? Jika Anda menjawab garis besar tentang pendewasaan diri karakter utamanya, berarti Anda sepaham sama saya. Untuk kali ketiganya, Reitman mengajak kita untuk mendalamai dan sedikit berintrospeksi lewat tokoh rekaannya di karya terbarunya, Young Adult. Meskipun banyak massa yang bilang karyanya yang ini tidak begitu spesial, namun bagi saya pribadi film ini sungguh mengesankan. Mengambil perspektif dari seorang wanita gaul yang urakan, kita seakan diajarkan (namun tidak sedang digurui) menyelami sikap dan kehidupan parlente masyarakat tuna kesopanan.
Penulis yang kini tinggal di kota metropolitan, menjalani hidup dengan penuh kesimpangan norma. Keglamorannya mengendapkan dia di sebuah apartemen dengan gaya hidup penuh alkohol dan amburadul. Suatu hari ia kembali ke kota masa kecilnya dan bersua dengan teman-teman lamanya, dan salah satunya adalah cinta monyetnya, bernama Buddy. Mendapat wejangan slang dari Matt, hingga merasa dirinya pecundang tepat setelah dia kehilangan kesabaran akan ulahnya sendiri. Kekonyolan motif hingga kebodorannya dalam bersikap lambat laun malah membuat lubang nista sendiri bagi dirinya. Walaupun akhirnya perlahan dia merasa apa yang sepatutnya disalahkan dan dibenarkan pada dirinya.
Nilai hampir sempurna yang saya torehkan ke film ini jelas bukan tanpa alasan. Dari segi cerita saja sudah begitu membumi. Oke, sulit untuk dikatakan sempurna, bahkan cenderung biasa. Hanya saja, kekuatan plot yang disemayamkan oleh Diablo Cody selaku scriptwriter-nya terlampau bagus. Melihat rantai kehidupan yang diwakilkan oleh Mavis Gary seakan menohok kita ke tenggorokan paling dalam. Apa yang terpampang di layar bisa terjadi ke siapa saja, tanpa bekal alasan apapun karena manusia memang tercipta dengan obsesi yang berlebih dan dangkal dalam pembenahannya. Kita tidak akan dibimbing untuk membenci Mavis, melainkan iba dengan apa yang diperbuatnya. Akibat tabiat perkotaannyalah yang memaksakan dia untuk merasa 'besar' saat tinggal di kota kecilnya. Dan Reitman benar-benar memperhatikan detail ini. Layaknya Ryan Bingham yang merasa bersalah akan sifat flamboyan nakalnya, di sinipun Gary dituntut untuk menyesal akibat kebusukan pola pikir cerdasnya.
Selain seting yang mendukung serta sound mixing yang bersenyawa dengan filmnya, penampilan akting dari para pemain wataknyalah yang memberi ketegasan mengapa Young Adult menjadi salah satu film yang wajib ditonton. Jujur, baru di sini saya tau ada aktor bernama Oswalt. Dan gesture-nya sudah dalam posisi yang bagus, dengan akting santai namun berkelas. Wilson yang selalu mendapat film bagus tapi jarang dilirik kritikus, bertolak belakang dengan Charlize Theron yang di sini sebagai dewinya. Luapan emosinya di adegan puncak, tanpa bermaksud apapun, merupakan salah satu performance paling memukau sepanjang tahun 2011 ini. Bitchy style-nya hingga ke lirikan nakal matanya pun seolah mencerminkan secara lugas sosok Mavis Gary yang diinginkan Cody dan Reitman. Seakan kita disuruh membenci Gary lewat omongan kasarnya namun juga kasian dengan tabiat kotornya.
Penilaian publik akan terpecah dua ke film Young Adult. Dan saya akan masuk ke komunitas yang mengagumi film ini karena tampilannya yang segar, down-to-earth namun berkelas dan penuh dengan sindiran. Ditambah dengan Theron yang akting gila-gilaan, lengkaplah sudah jika Young Adult menjadi persembahan yang istimewa dari Reitman selang 2 tahun setelah diajak keliling kota oleh Ryan Bingham. Cody pun mungkin tidak dilirik Oscar kali ini, meskipun tetap saja dia lebih bagus duduk manis di ranah drama satir seperti ini daripada memaksakan membuat naskah horor yang jatuhnya komedi seperti Jennifer's Body tempo hari. Happy watching.
by: Aditya Saputra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar