Director: Glenn Ficcara, John Requa
Cast: Steve Carell, Ryan Gosling, Julianne Moore, Emma Stone, Analeigh Tipton, Jonah Bobo, Marisa Tomei, Kevin Bacon
Rate: 3,5/5
Lagi-lagi cinta. Poin yang tak akan lekang dimakan waktu untuk diangkat ke layar lebar. Baik percintaan remaja, anak-anak, hingga menyangkut rumah tangga seperti contoh satu ini. Crazy, Stupid, Love., seperti judulnya sendiri memang menyiratkan ketiga hal tersebut. Betapa gilanya, betapa bodohnya manusia jika sudah bersinggungan dengan cinta. Bahkan, manusia akan kehilangan pola pikir yang logic. Tema film ini sederhana, menyikut persoalan keluarga kebanyakan, menyentil aroma cinta yang baru mekar, menyorot cinta tak wajar, mengupas tata cara seorang playboy dalam menggaet mangsanya. Lengkap, belum lagi kita akan diberikan kejutan super pintar yang sudah jarang ditemui untuk genre seperti ini. Sutradaranya masih pemula, mereka baru membuat I Love You, Phillip Morris dua tahun lalu dengan Jim Carey sebagai wayangnya. Sekarang lagi-lagi duo director ini merekrut komedian untuk menuntaskan skrip ubahan Dan Fogelman, si pencetus ide banyak film animasi.
Mungkin karena itulah pula, Fogelman terasa santai dalam meramu naskahnya mencari komedi yang cerdas. Kendati Cars, Bolt, Tangled, dan Cars 2 beberapa proyeknya, tapi untuk film ini jauh dari kesan kekanak-kanakan. Sungguh dewasa malah. Hebatnya lagi, kejutan di seperempat filmnya malah menjurus menjadi salah satu naskah tercerdas untuk tahun 2011 ini. Tidak berlebihan mengingat saya dan beberapa orang yang sudah menontonnya juga terkesima akan suprise tak terduganya itu. Oke, tak akan lengkap jika scriptwriter-nya saja yang dipuji. Ficcara dan Requa jelas memberikan suntikan yang bagus kali ini. Mengambil pendekatan akan sosok pria yang terjebak cinta, filmnya menjadi sedikit berbelok untuk lebih mengubah pandangan jika pria bukan perusak cinta sebenarnya. Beberapa sorot dan musik yang mengalun renyah melengkapi betapa memorable-nya film ini untuk dikenang beberapa tahun ke depan.
Ceritanya ringan, pria berkeluarga ternyata dipercundangi istrinya sendiri yang berselingkuh dengan teman kantornya. Berasa gundah dan memustuskan untuk bercerai, secara tidak sengaja pria ini tadi bertemu dengan playboy di sebuah bar yang nantinya sedikit banyak mengubah attittude-nya menjadi seorang yang culas akan wanita. Si pria berkeluarga tadi belum menemukan betapa sebuah cinta itu bukan hanya sebuah cerita semu tapi juga topik yang harus dipelajari benar-benar. Di samping itu, sang playboy yang gonta-ganti pasangan hanya dengan rayuan gombalnya saja, bertemu dengan seorang gadis yang kisah cintanya juga seakan jalan di tempat bersama teman kantornya. Jauh di sana, si istri tadi juga tidak merasakan kesinambungan dengan pasangan selingkuhnya. Ditambah bibit cinta yang mulai tumbuh di darah anak mereka semakin menambah kompleks cerita.
Inilah yang melegakan, menonton drama cinta komedi tapi tidak hanya sekadar tertawa riang tapi juga meresapi sari pati isi filmnya sendiri. Banyak pelajaran penting akan cinta dan kebersamaan yang bisa diserap lewat gumpalan cerita tadi. Betapa bahayanya perselingkuhan, betapa bahayanya memainkan perasaan pasangan kita, dan betapa bahayanya egoisme di dalam diri. Sindiran tadi hebatnya berhasil dipadu hanya dengan waktu kurang dari dua jam. Sebut saya berlebihan, tapi benar, menonton film ini terasa bergulirnya waktu menjadi sangat cepat. Simple namun mengena ke hati. Jadi saya sedikit melupakan beberapa adegan konyol khas komedi bodor yang mugkin tidak disengaja oleh penyutradaraannya.
Steve Carell berakting dengan sangat mulus. Menyeimbangi kapasitas Oscar dari Gosling dan Moore, Carell tidak merasa minder bahkan sesekali malah menunjukkan sisi aktor dramanya. Memang Carell tidak pernah bermain buruk di tiap filmnya, sekalipun film ini buruknya setengah mati. Gosling, ah sudahlah, film seperti ini bisa disebut sebagai istirahat sejenak dari tabiat dan kebiasaannya bermain di film serius. Mengemban menjadi sosok playboy dijalani dengan penuh kharisma. Tidak ada canggung. Moore kendati cuma tampil sedikit juga bisa memberikan makna lebih untuk filmnya. Adegan guyuran hujannya bersama Carell sangat believeable. Stone, apa yang kurang dari dia? Setelah melejit pamornya sejak Zombieland, bintangnya tidak turun-turun mulai dari Easy-A hingga The Help yang keduanya dipuji habis-habisan. Untuk film selevel Crazy, Stupid, Love. ini dia cukup menunjukkan muka manisnya di depan kamera. Dan, scene stealer kita jatuh kepada Analeigh Tipton yang berberan sebagai pengasuh anak tapi malah jatuh cinta dengan bapak si anak. Lucu dan tidak terduga. Scene stealer lainnya jelas ada pada Marisa Tomei. Mungkin jika ada nominasi untuk special appearance, keduanya bisa masuk.
Tidak berkesudahan jika terus membahas film ini. Crazy, Stupid, Love. dengan wibawanya akhirnya membawa angin segar akan tampilan sebuah komedi drama. Tidak harus menurunkan logika untuk setiap adegannya, malah sangat realistis dan kemungkinan terjadi kepada siapa saja. Dengan dukungan maksimal dari para pekerja aktingnya serta pengejewantahan yang tidak asalan dari duo sutradaranya, menjadikan film ini masuk di dalam list saya sebagai salah satu film terbaik keluaran tahun 2011 ini. Hingga kini, baru film ini dan Cars 2 yang bisa melepaskan dahaga keringnya nafsu saya dalam menonton. Kerennya, kedua cerita film tersebut berasal dari satu otak. Happy watching!
by: Aditya Saputra
Cast: Steve Carell, Ryan Gosling, Julianne Moore, Emma Stone, Analeigh Tipton, Jonah Bobo, Marisa Tomei, Kevin Bacon
Rate: 3,5/5
Lagi-lagi cinta. Poin yang tak akan lekang dimakan waktu untuk diangkat ke layar lebar. Baik percintaan remaja, anak-anak, hingga menyangkut rumah tangga seperti contoh satu ini. Crazy, Stupid, Love., seperti judulnya sendiri memang menyiratkan ketiga hal tersebut. Betapa gilanya, betapa bodohnya manusia jika sudah bersinggungan dengan cinta. Bahkan, manusia akan kehilangan pola pikir yang logic. Tema film ini sederhana, menyikut persoalan keluarga kebanyakan, menyentil aroma cinta yang baru mekar, menyorot cinta tak wajar, mengupas tata cara seorang playboy dalam menggaet mangsanya. Lengkap, belum lagi kita akan diberikan kejutan super pintar yang sudah jarang ditemui untuk genre seperti ini. Sutradaranya masih pemula, mereka baru membuat I Love You, Phillip Morris dua tahun lalu dengan Jim Carey sebagai wayangnya. Sekarang lagi-lagi duo director ini merekrut komedian untuk menuntaskan skrip ubahan Dan Fogelman, si pencetus ide banyak film animasi.
Mungkin karena itulah pula, Fogelman terasa santai dalam meramu naskahnya mencari komedi yang cerdas. Kendati Cars, Bolt, Tangled, dan Cars 2 beberapa proyeknya, tapi untuk film ini jauh dari kesan kekanak-kanakan. Sungguh dewasa malah. Hebatnya lagi, kejutan di seperempat filmnya malah menjurus menjadi salah satu naskah tercerdas untuk tahun 2011 ini. Tidak berlebihan mengingat saya dan beberapa orang yang sudah menontonnya juga terkesima akan suprise tak terduganya itu. Oke, tak akan lengkap jika scriptwriter-nya saja yang dipuji. Ficcara dan Requa jelas memberikan suntikan yang bagus kali ini. Mengambil pendekatan akan sosok pria yang terjebak cinta, filmnya menjadi sedikit berbelok untuk lebih mengubah pandangan jika pria bukan perusak cinta sebenarnya. Beberapa sorot dan musik yang mengalun renyah melengkapi betapa memorable-nya film ini untuk dikenang beberapa tahun ke depan.
Ceritanya ringan, pria berkeluarga ternyata dipercundangi istrinya sendiri yang berselingkuh dengan teman kantornya. Berasa gundah dan memustuskan untuk bercerai, secara tidak sengaja pria ini tadi bertemu dengan playboy di sebuah bar yang nantinya sedikit banyak mengubah attittude-nya menjadi seorang yang culas akan wanita. Si pria berkeluarga tadi belum menemukan betapa sebuah cinta itu bukan hanya sebuah cerita semu tapi juga topik yang harus dipelajari benar-benar. Di samping itu, sang playboy yang gonta-ganti pasangan hanya dengan rayuan gombalnya saja, bertemu dengan seorang gadis yang kisah cintanya juga seakan jalan di tempat bersama teman kantornya. Jauh di sana, si istri tadi juga tidak merasakan kesinambungan dengan pasangan selingkuhnya. Ditambah bibit cinta yang mulai tumbuh di darah anak mereka semakin menambah kompleks cerita.
Inilah yang melegakan, menonton drama cinta komedi tapi tidak hanya sekadar tertawa riang tapi juga meresapi sari pati isi filmnya sendiri. Banyak pelajaran penting akan cinta dan kebersamaan yang bisa diserap lewat gumpalan cerita tadi. Betapa bahayanya perselingkuhan, betapa bahayanya memainkan perasaan pasangan kita, dan betapa bahayanya egoisme di dalam diri. Sindiran tadi hebatnya berhasil dipadu hanya dengan waktu kurang dari dua jam. Sebut saya berlebihan, tapi benar, menonton film ini terasa bergulirnya waktu menjadi sangat cepat. Simple namun mengena ke hati. Jadi saya sedikit melupakan beberapa adegan konyol khas komedi bodor yang mugkin tidak disengaja oleh penyutradaraannya.
Steve Carell berakting dengan sangat mulus. Menyeimbangi kapasitas Oscar dari Gosling dan Moore, Carell tidak merasa minder bahkan sesekali malah menunjukkan sisi aktor dramanya. Memang Carell tidak pernah bermain buruk di tiap filmnya, sekalipun film ini buruknya setengah mati. Gosling, ah sudahlah, film seperti ini bisa disebut sebagai istirahat sejenak dari tabiat dan kebiasaannya bermain di film serius. Mengemban menjadi sosok playboy dijalani dengan penuh kharisma. Tidak ada canggung. Moore kendati cuma tampil sedikit juga bisa memberikan makna lebih untuk filmnya. Adegan guyuran hujannya bersama Carell sangat believeable. Stone, apa yang kurang dari dia? Setelah melejit pamornya sejak Zombieland, bintangnya tidak turun-turun mulai dari Easy-A hingga The Help yang keduanya dipuji habis-habisan. Untuk film selevel Crazy, Stupid, Love. ini dia cukup menunjukkan muka manisnya di depan kamera. Dan, scene stealer kita jatuh kepada Analeigh Tipton yang berberan sebagai pengasuh anak tapi malah jatuh cinta dengan bapak si anak. Lucu dan tidak terduga. Scene stealer lainnya jelas ada pada Marisa Tomei. Mungkin jika ada nominasi untuk special appearance, keduanya bisa masuk.
Tidak berkesudahan jika terus membahas film ini. Crazy, Stupid, Love. dengan wibawanya akhirnya membawa angin segar akan tampilan sebuah komedi drama. Tidak harus menurunkan logika untuk setiap adegannya, malah sangat realistis dan kemungkinan terjadi kepada siapa saja. Dengan dukungan maksimal dari para pekerja aktingnya serta pengejewantahan yang tidak asalan dari duo sutradaranya, menjadikan film ini masuk di dalam list saya sebagai salah satu film terbaik keluaran tahun 2011 ini. Hingga kini, baru film ini dan Cars 2 yang bisa melepaskan dahaga keringnya nafsu saya dalam menonton. Kerennya, kedua cerita film tersebut berasal dari satu otak. Happy watching!
by: Aditya Saputra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar