Director: Seth MacFarlane
Cast: Mark Wahlberg, Mila Kunis, Set MacFarlane
Rate: 3,5/5
Sedikit untuk yang akan menonton film ini: Ted diselipi
dengan banyak trivia dari filem-filem terkenal jaman dahulu dan sekarang baik
yang bagus maupun yang buruk sekalipun. Jadi mudah diprediksi jika nanti sering
terjadi momen ‘kurang paham’ akan lelucon di filem ini, karena sayapun merasakan
demikian. Di luar itu, kita akan disuguhi sebuah filem pendewasaan diri yang
kental akan pesan moral walaupun tampilan luarnya sangat amat tidak patut
dicontoh. Kendati pemeran utama kita adalah boneka beruang, bukan berarti film
ini sangat kekanak-kanakan, malah sangat kontradiktif. Maka dari itu, jauhi
filem ini dari jangkauan anak-anak yang belum cukup umur. Ditemani dengan aktor
macho Mark Wahlberg dan ‘balerina’ dari Black Swan, Mila Kunis, Ted akan
mengajak kita menyelami sikap dan perilaku seorang dewasa yang masih dihantui
oleh kehidupan ciliknya.
Di pinggiran kota Boston, hidupnya seorang
anak laki-laki yang tidak ada seorangpun yang mau berteman dengan dirinya.
Merasa kosong dari tahun ke tahun, akhirnya pada satu perayaan Natal ia dihadiahi sebuah boneka Teddy Bear
oleh kedua orang tuanya. Berharap bonekanya bisa hidup layaknya manusia pada
umumnya, pagi itu dunia akhirnya dibuat gempar oleh si boneka yang benar-benar
hidup. Hidup dalam artian bisa berbicara dan mengerjakan kegiatan manusia
kebanyakan. Anak kecil tadi sudah beranjak dewasa. Usia pertemanan mereka
bahkan sudah menyentuh angka 27 tahun. Mereka hidup bertiga dengan gadis pujaan
si pria. Namun nahasnya, habit buruk keduanya semakin jadi. Ternyata boneka
tadi berdampak negatif bagi hubungan si pria. Hidup semakin salah dan
urak-urakan, Dan wajarlah akhirnya problema pelik timbul dan berakhir
akan penyesalanan di kedua belah pihak.
Sesungguhnya film ini jelas sekali ke-absurd-annya. Boneka
hidup layaknya Chucky saja sudah membuat kening berkerut. Bedanya Chucky
kemasukan setan keji lagi mungkar, Ted? Hanya untuk joke dan sentilan akan
sifat childish anak manusia. Di luar keanehan tadi, Ted sebenarnya memberikan
banyak pelajaran hidup. Tentang kesetiaan, persahabatan, serta keseriusan
berkomitmen. Ted sejatinya menjadi pelipur lara pula bagi kaum dewasa dalam
menyikapi hidup. Kita tidak serta-merta langsung beranak pinak tanpa mengalami
berbagai gejolak dan terjalnya hidup. Sayangnya, filem ini terlalu ekstrim
dalam mengambil sudut pandang. Boneka beruang bernyawa tadi difokuskan sebagai
pemicu masalah dan eksekutor filemnya sendiri. Banyak adegan yang menjurus kurang
ajar dan vulgar. Uniknya, bagian-bagian itu justru adalah kunci mengapa filem
ini sungguh digandrungi penonton. Jujur, blak-blakan, dan apa adanya. Untuk
menyindir beberapa filem yang burukpun bagi saya terlalu frontal. Si empunya
cerita yang juga menulis skrip, menyutradarainya, sampai mengisi suara Ted
sendiri mengerjakan multi tugasnya dengan sangat apik.
McFarlane adalah conton sineas yang menyetir filemnya dengan
peran ganda. Cerdiknya, semua disorot dengan tajam. Sebagai penulis, ia
berhasil memanfaatkan prosa dengan membalut ceritanya lebih masuk di akal,
kendati pada bererapa sekuens guyonannya sangat terasa sekali ke-Amerika-annya
yang membuat terasa garing bagi yang tidak paham. Sebagai pengisi suara sang
boneka, Farlane lebih luar biasa lagi. Ted di tangannya benar-benar hidup.
Ditambah dengan kemistrinya yang kuat bersama Wahlberg dan Kunis, walaupun
awalnya saya sempat beranggapan jika Mark terlalu tua untuk disandingkan
bersama Mila. Beruntungnya Farlane menggunakan jasa Mark dan Mila, sebab keduanya
juga bermain sangat lucu. Mengisi satu sama lain. Dan Farlane sebagai
sutradara, menyulap part-part bodoh menjadi lebih masuk akal. Saat kemunculan
Sam Jones dibuat dengan sangat otentik dan menggelikan. Adu mulut Ted dengan
seluruh lawan mainnya, Ted sebagai pegawai mini market dan kencan dengan gadis
cantik, Ted si biang onar, adalah buah akal Farlane yang jadi tolak ukur
penilaian film ini. Dan yang paling gila adalah kemunculan kameo yang menurut
saya paling WTF setelah Nicholas Saputra yang hadir mengagetkan di The Photograph
dan Bill Murray yang spontan hadir di Zombieland.
Sekali lagi, berhubung asupan dan unsur ketidaksenonohan
film ini begitu tinggi, semoga anak-anak tidak diberikan kesempatan nonton film
bad Teddy Bear ini. Pembelajaran yang universal tapi bukan berarti anak-anak
sanggup mencernanya. Ted boleh saja dimasukkan ke kategori adult movie yang
cukup berpengaruh dan salah satu yang terbaik tahun ini. Farlane sebagai dalang
dan perekrutan Wahlberg dan Kunis yang efektif, serta letupan luar biasa berkat
kameonya, membuat Ted sangat saying sekali untuk dilewati begitu saja. Sesudah
ini, semoga Ted tidak berlanjut ke seri-seri berikutnya. Amin. Happy watching!
By: Aditya Saputra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar