Director: Bill Condon
Cast: Kristen Stewart, Robbert Pattinson, Taylor Lautner, Michael Sheen, Dakota Fanning, Peter Facinelli, Elisabeth Reaser, Ashley Greene, Jackson Rathbone
Rate: 3/5
Akhirnya, saga akbar ini tiba di pemberhentian terakhir. Euforia luar biasa yang dimulai sejak novel buatan Stephanie Meyer, Twilight rilis, akan hilang gemanya seiring waktu berjalan. Saya akui kemunculan Twilight tempo hari memang kelak akan menjadi sefenomenal sekarang. Dan sekarang terbukti, entah sudah berapa milyar dollar pundi-pundi yang dihasilkan seri ini dan menggembungkan tabungan PH kemarin sore, Summit Entertainment. Summit yang kian raksasa berkat saga ini urung gulung tikar. Judi yang menguntungkan. Dan mungkin karena isi Twilight yang sungguh kewanitaan pula lah yang membuat kelima filmnya digandrungi dari seri ke seri. Penghasilan tak pernah merosot dan para aktornya pun kecipratan tenar. Namun apa daya, di luar itu semua dan bila harus jujur, saga ini hampir tidak pernah memiliki kualitas di atas rata-rata. Mulai dari cerita yang biasa saja, pengeksekusian yang kurang maksimal, hingga permainan tanpa ekspresi dari para pelakonnya.
Di bab baru ini, Renesmee mangalami pertumbuhan yang sangat signifikan hingga menjadi rumor sedap bagi para bangsa Volturi yang tidak setuju adanya kaum imortal. Bella Swan dan suaminya, Edward Cullen mencoba menomorsatukan keselamatan anaknya dengan berbagai cara. Dibantu para keluarga Cullen dan mendapatkan sokongan dari klan werewolf, kubu si baik ini menjadi tambah kokoh. Kehausan grup Volturi yang dipimpin Aro semakin tinggi. Mencoba mencari kebenaran isu dengan meminta bantuan kepada Alice, rombongan vampir berjubah ini menabuh genderang perang dan memaksa secara halus kepada para koloni untuk menyerahkan Renesmee.
Yang menyenangkan dari saga ini adalah pemilihan lagu pengiring yang nantinya akan mengisi album soundtrack-nya. Mulai Twilight hingga film kelima ini semua diisi oleh penyanyi terkemuka lengkap dengan lagunya yang membius masyarakat luas. Tapi tetap saja yang akan saya nilai adalah keseluruhan film ini. Paruh awal di mana saat Bella 'belajar' menjadi makhluk baru dan keintiman dengan suaminya jujur saja adalah saat-saat terlemah dari film ini. Tempo yang lamban tanpa ada adegan yang menarik bisa jadi akan melumpuhkan film ini secara utuh. Naskahpun terbilang buruk, tanpa adanya dialog berbobot. Walaupun secara singkat kita dijabarkan begini begitu namun tetap saja pembawaan Bill Condon yang terlalu fokus malah terpecah ke mana-mana. Kemunculan karakter baru juga patut diadili secara bijak. In frame seadanya mereka malah membuat penonton bingung ini siapa dan itu siapa. Kendati begitu, penata kamera film ini sudah berjasa besar. Tanpa tangan midas Navarro, niscaya kamera dengan mudah menangkap visual yang sangat cantik dari film ini. Landscape gunung, lahan bersalju bahkan saat adegan puncak diperhatikan dengan sangat baik.
Kita kenal Bill Condon berkat film-film berkelas Oscarnya. Menulis skrip Chicago dan menyutradarai Dreamgirls sedikit banyak memberikan pengalaman baginya untuk memoles Breaking Dawn part. 2 terlihat bagus. Bill Condon belajar dari bagian 1-nya yang condong ke arah buruk, dan oleh sebab itu di sini ia mencoba menetralisir dan duduk di tengah-tengah. Menyenangkan pecinta Twilight dan memberi semangat baru bagi yang kurang suka seri ini. Adegan puncak dibuat sedramatis dan seepik mungkin. Walaupun kurang 'berdarah', namun yang pasti kejutan di akhir film adalah salah satu penutupan yang sangat menakjubkan yang pernah ada. Penonton dibuat terperangah. Semula adrenalin yang dibuat kencang seketika umpatan-umpatan kasar yang keluar saat twist itu muncul.
Sayangnya, lagi-lagi saga ini tidak memberikan luapan emosi lewat ekspresi. Semua aktor bermain canggung seperti biasanya. Bahkan chemistry Pattinson - Stewart tidak seromantis film-film drama percintaan kebanyakan. Mungkin Michael Sheen yang terlihat serius bermain film ini, Dakota Fanning yang mendapatkan dialog satu kata cukup bisa memberi arti talentanya cuma lewat bantuan mimik muka. Selebihnya, kita hanya diberikan audio visual yang cantik, bukan lewat bakat alami aktornya. Ketutupan make-up mungkin.
Breaking Dawn part. 2 memang tidak semeriah itu, film ini justru masih banyak kelemahannya apalagi di sektor pengembangan cerita. Tertolong kecanggihan Bill Condon dalam mengolah epic battle, yang secara tidak langsung menaikkan derajat Twilight bagi golongan twihater (begitulah orang-orang menyebutnya...). Dan senang rasanya mejadi saksi penutupan sebuah seri dengan hasil akhir yang memuaskan. Layaknya Harry Potter yang juga tamat dengan sejuta senyum, Twilight pun menutup sejarah bukunya dengan baik. Lupakan untuk membandingkan dua mega franchise tersebut karena mau tak mau, keduanya beda alam, jenisdan tentu saja beda kualitas. Happy watching!
by: Aditya Saputra
mampir ya ke http://seputarmovies.blogspot.com/ blog film juga...
BalasHapusHai, saya dari Muvila.com boleh minta kontak emailnya gak? Kita mau kumpulin database movie blogger untuk kita undang ke acara kita yang terdekat untuk movie blogger. Langsung aja ya mention ke @nizarland atau email ke nizar@muvila.com biar saya bisa responnya cepet. Thanks anyway :)
BalasHapus