Director : P.J. Hogan
Cast : Julia Roberts, Dermot Mulroney, Cameron Diaz, Rupert Everett
Rate : 3,5/5
Beberapa minggu kebelakang dan ke depan, khasanah film saya akan dimonopoli dengan beberapa film yang beraromakan romantisme. Entah yang bersifat klise, tragis, happy ending, ataupun yang konyol sekalipun. Filmografi yang telah saya santap di antaranya A Walk to Remember, Notting Hill, You've Got Mail, serta Pretty Woman yang kesemuanya memang telah memberi saya sedikit pengetahuan dan pandangan mengenai kehidupan romansa yang berlaku di muka bumi ini. Melengkapi tatanan film tersebut, akhirnya saya menonton My Best Friend Wedding yang kemungkinan besar akan diikuti dengan The Notebook, Dear John ataupun The Last Song. How cool i am!
Julia Roberts berencana menghancurkan pernikahan Cameron Diaz dan Dermot Mulrenoy? Dan ternyata hal itu tidak semudah yang ia bayangkan walaupun masa lalunya dengan Dermot sudah sangat membekas. Sampai akhirnya, terketuklah pintu hati Julia dan menyadari betapa menyedikan hidupnya.
Menyaksikan Wedding ini mungkin akan sedikit memperlihatkan kita betapa wanita itu terlalu berobsesi dengan apa yang ada di depan matanya. Tidak perduli hal itu akan berdampak negatif kepada orang lain atau tidak. Hal itu terwakili dengan sangat baik oleh Julia Roberts. Ketidakrelaannya serta ambisius akan cinta membuat dia gelap mata dan rela menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan hidupnya. Film ini mungkin sangat cocok ditonton para wanita yang masih mempertanyakan bagaimana mengatur sikap jika berada di posisi Julia. Dan bagi para pria mungkin Wedding bisa dijadikan pembelajaran atau setidaknya sedikit info tentang memposisikan diri di antara wanita-doing-everything dengan wanita-merasa-terhina.
Kekonyolan Diaz di sini--terutama adegan menyanyi--malah membuat saya semakin menikmati aksinya. Memang pada saat itu dia belum seterkenal Roberts, tapi kolaborasinya tetap dapat mencuri perhatian. Sedangkan Everett hanya cukup sebagai pemanis layar serta penyegar mata para pemirsa wanita dengan peran gay-nya yang paling mendapat pujian.
Olahan cerita yang seperti inilah yang saya suka. Menempatkan tokoh utama pada hal yang tidak selalu beruntung. Tergopoh-gopoh menggapai harapan yang akhirnya harus mengenyam kepahitan nasib. Memang berujung happy ending, tapi tidak semudah itu proses menuju kebahagian tersebut.
Singkat saja, My Best Friend Wedding adalah sebuah film yang akan membuka lembar demi lembar petuah cinta yang selalu diamunisi dengan kesimpangan tujuan. Para wanita akan menyukai film ini sekaligus membenci peran Julia, sedangkan pria akan menyunggingkan senyum betapa kaum adam itu sosok yang dielu-elukan serta diperebutkan bagi banyak wanita. Ah, how cool i am! Happy watching!
by : Aditya Saputra
Cast : Julia Roberts, Dermot Mulroney, Cameron Diaz, Rupert Everett
Rate : 3,5/5
Beberapa minggu kebelakang dan ke depan, khasanah film saya akan dimonopoli dengan beberapa film yang beraromakan romantisme. Entah yang bersifat klise, tragis, happy ending, ataupun yang konyol sekalipun. Filmografi yang telah saya santap di antaranya A Walk to Remember, Notting Hill, You've Got Mail, serta Pretty Woman yang kesemuanya memang telah memberi saya sedikit pengetahuan dan pandangan mengenai kehidupan romansa yang berlaku di muka bumi ini. Melengkapi tatanan film tersebut, akhirnya saya menonton My Best Friend Wedding yang kemungkinan besar akan diikuti dengan The Notebook, Dear John ataupun The Last Song. How cool i am!
Julia Roberts berencana menghancurkan pernikahan Cameron Diaz dan Dermot Mulrenoy? Dan ternyata hal itu tidak semudah yang ia bayangkan walaupun masa lalunya dengan Dermot sudah sangat membekas. Sampai akhirnya, terketuklah pintu hati Julia dan menyadari betapa menyedikan hidupnya.
Menyaksikan Wedding ini mungkin akan sedikit memperlihatkan kita betapa wanita itu terlalu berobsesi dengan apa yang ada di depan matanya. Tidak perduli hal itu akan berdampak negatif kepada orang lain atau tidak. Hal itu terwakili dengan sangat baik oleh Julia Roberts. Ketidakrelaannya serta ambisius akan cinta membuat dia gelap mata dan rela menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan hidupnya. Film ini mungkin sangat cocok ditonton para wanita yang masih mempertanyakan bagaimana mengatur sikap jika berada di posisi Julia. Dan bagi para pria mungkin Wedding bisa dijadikan pembelajaran atau setidaknya sedikit info tentang memposisikan diri di antara wanita-doing-everything dengan wanita-merasa-terhina.
Kekonyolan Diaz di sini--terutama adegan menyanyi--malah membuat saya semakin menikmati aksinya. Memang pada saat itu dia belum seterkenal Roberts, tapi kolaborasinya tetap dapat mencuri perhatian. Sedangkan Everett hanya cukup sebagai pemanis layar serta penyegar mata para pemirsa wanita dengan peran gay-nya yang paling mendapat pujian.
Olahan cerita yang seperti inilah yang saya suka. Menempatkan tokoh utama pada hal yang tidak selalu beruntung. Tergopoh-gopoh menggapai harapan yang akhirnya harus mengenyam kepahitan nasib. Memang berujung happy ending, tapi tidak semudah itu proses menuju kebahagian tersebut.
Singkat saja, My Best Friend Wedding adalah sebuah film yang akan membuka lembar demi lembar petuah cinta yang selalu diamunisi dengan kesimpangan tujuan. Para wanita akan menyukai film ini sekaligus membenci peran Julia, sedangkan pria akan menyunggingkan senyum betapa kaum adam itu sosok yang dielu-elukan serta diperebutkan bagi banyak wanita. Ah, how cool i am! Happy watching!
by : Aditya Saputra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar