Director : Ang Lee
Cast : Heath Ledger, Jake Gyllenhaal, Michelle Williams, Anne Hathaway, Randy QuaidRate : 3,5/5
Tahun 2005 kemarin mungkin menjadi salah satu momen paling tematis untuk ajang Oscar yang mana pada saat itu rata-rata kandidat penerima piala bernuansakan hubungan menyimpang. Queer yang diwakili oleh Transamerica maupun homoseksualitas lewat Capote dan Brokeback Mountain. Terbuti sudah, GLBT bukan menjadi barang haram lagi untuk diangkat oleh sineas unggulan. Nia Dinata pernah mencoba mengupas ini dan berhasil lewat tampilan Arisan! yang menawan. Ang Lee, maestro drama dari daratan Asia secara tangguh mengukuhkan nama di perhelatan film internasional lewat koboi gay-nya kali ini.
Untaian drama yang Lee sajikan bukan saja mengena kepada kaum minoritas, tapi juga cukup berhasil membuka mata para kaum mayor tentang betapa keluh kesah para pengidap kelainan seks sesama jenis. Lee memaparkan dengan lugas naskah adaptasi dari Larry McMurtry yang menuturkan secara sejuk namun terperinci bagaimana dua orang koboi yang ternyata memendam rasa suka satu sama lain. Lewat lenskep dinginnya hawa pegunungan, Mountain juga dibawa dengan nyawa sendu dari sisi lain laki-laki. Tentang bagaimana kaum mereka flirting, berkenalan, saling memancing obrolan yang berujung pelampiasan seks hingga efek samping yang harus mereka dera baik menohok ke diri pribadi ataupun kepada orang sekitar.
Ennis Del Mar dan Jack Twist, dua koboi upahan yang harus menggembala domba di Pegunungan Brokeback. Ennis yang datang dengan membawa masa lalu kelam serta Twist yang telah tumbuh benih maho semakin dekat karena benturan keadaan dan insting yang tidak bisa ditepis. Keduanya seakan menemukan kehidupan baru. Mereka jatuh hati dan tunas cinta terlarang itu akhirnya tumbuh juga. Lama setelah itu, lama setelah mereka tak lagi bertemu, 4 tahun untuk pertama kalinya, Ennis telah beristri beranak 2 dan Jack mengawini seorang rodeo jelita anak juragan pebisnis kaya. Keduanya hidup layak bak lelaki normal biasa. Namuh telaga cinta sejenis yang terpendam akhirnya membuncah sampai akhirnya hubungan ini terklimaks saat seseorang membaui kisah cinta mereka.
Dua tokoh utama kita mungkin akan terlambat menerawang hasil tuah yang mereka lakukan. Twist yang merasa terbebani dan terpenjara akan orientasinya serta Ennis yang paranoid berkepanjangan terhadap anaknya. Keterpurukan ganda yang mereka dapatkan adalah satu, mereka tidak bahagia. Lika-liku perjalanan romantis inilah yang mengalur lambat namun sangat menyiksa batin penonton. Lee seakan tau betul dalam menempatkan adegan-adegan yang berpotensi mengoyak kelenjar air mata penonton agar juga merasakan kepedihan sang pelakon. Ending film ini adalah senjata pamungkas lengkap dengan dialog penyayat nadinya. Adegan favorit saya tentu saja bukan adegan tenda itu, melainkan saat Ennis menanyakan kepada sang anak apakan kekasihnya sangat mencintanya. Emosi. Merasa bersalah. Berdosa.
Aktor serba bisa Heath Ledger mendapat kesempatan langka yang menghasikan sebuah pencapaian luar biasa di sini. Perannya sebagai koboi gay yang penuh beban hidup dibawakan dengan mumpuni. Mulai dari culrutal spoken, hingga air muka yang lepas dari bayang-bayang aktor melankolis. Ditemani dengan penampilan tak kalah apik dari Jake Gyllenhaal dalam mengimbangi permainan memukau Ledger. Jake boleh saja seorang Donnie Darko, tapi Jack Twist bukan Jack Twist tanpa roh Gyllenhaal di dalamnya. Sedangkan scene stealer kita, Anne Hathaway serta Michelle Williams secara mengejutkan mampu memberikan akting yang diharapkan semua pihak.
Jangan jengah dulu dengan film model Brokeback Mountain ini. Yang diutamakan bukan adegan seks menggebu seorang tuna susila, melainkan rantai kehidupan yang mengambil sudut pandang dari pembohongan publik. Berat rasanya menerima jika pengkotakkan orientasi seks menyebabkan Brokeback susah dilirik orang. Tapi sejatinya, katakanlah Brokeback Mountain saya sama posisikan dengan American Beauty dalam menyajikan kelembutan yang menopengi kebejatan moral dan perilaku. Happy watching!
by: Aditya Saputra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar