Director : Patty Jenkins
Cast : Charlize Theron, Cristina Ricci, Bruce Dern
Rate : 3,5/5
Dulu kala, rakyat Amerika dikejutkan dengan pemberitaan seorang prostitusi yang akhirnya memilih jalan sebagai seorang serial killer karena alasan situasi dan masa lalu. Aileen Wuornos namanya. Kenyataan pahit yang mengukung hidupnya semasa kecil hingga ujug-ujug menjadi pelacur sungguhan merubah tingkah hidupnya. Walaupun sebenarnya yang ia harapkan adalah sebuah cinta. Aileen sedari bocah sudah ternodai oleh orang sekitarnya mulai dari ayah angkatnya bahkan saudara kandungnya sendiri. Berevolusi bertabiat jalang dan bertemu seorang gadis yang juga mengidap masalah internal. Aileen jatuh cinta dengan Selby dan mencurahkan segala pengorbanannya kepada Selby sekalipun taruhan nyawa.
Petty Jenkins dengan cerdik meramu film ini dengan sudut pandang yang universal. Sejatinya film bertema demikian akan mengumbar kisah perjalanan pahit sang penjagal, namun Jenkins menyorotnya lewat mata seorang pelacur. Flashback hidup yang dijelaskan lewat narator Charlize Theron sangat bersahaja. Menerangkan hal yang menyakitkan tanpa visual. Dengan narasi itu saja, kita pun bisa merasakan kesakitan verbal terhadap Aileen kecil. Dan, melalui sudut pandang inilah, kekuatan cerita dengan drama sejuta sarat makna ditebarkan. Wanita jalang, berlandaskan penyiksaan batin dan niat balas dendam. Namun mirisnya, sang 'monster' tidak serta merta mengeksekusi segala jenis pelanggan, membuktikan jika sang pendosapun masih meiliki hati.
Performa dari seorang Charlize Theron benar-benar sinting namun memukau siapa saja yang menonton film ini. Transformasinya jelas berbuah manis. Apa yang ia korbankan dengan memermak wajah beserta menaikkan berat badan, plus ditunjang dengan kekuatan akting prima, menjadikannya sorotan tajam akan Monster ini. Menyaksikan akting menyengat Theron di sini jauh lebih menakutkan dari melihat aksi Freddy Kruger sekalipun. Mungkin Theron adalah satu dari sedikit aktor yang berani dan mampu mengubah tampilan asli ke bentuk yang rusak parah. Theron rela melepas jubah kecantikan modelnya demi peran ini. Dan ini luar biasa! Pun penampilan depresi seorang Cristina Ricci. Kendati perannya semi-utama, tapi kehadirannya di samping Theron memberikan gambaran singkat nan pelik dari kehidupan seorang Aileen. Salut kepada keduanya yang dengan gesit dan eksplisit menampilkan seks sejenis yang tak murahan.
Selain berterima kasih kepada Petty yang membuat film ini dengan begitu matang, acungan jempol juga patut diberikan kepada petugas penataan rambut dan make-up. Kedua kru yang berjasa besar dalam merombak bentuk sintal Theron ke wujud tak beraturan.
Pengalaman pribadi, sepanjang menonton film ini saya tidak berkutik sedikitpun dari layar kaca. Perasaan yang teraduk saat menonton ini menyisakan sebuah penyesalan dan sempat berujar, 'Kenapa harus mempunyai sebuah pistol, Aileen?'. Boleh saja, Monster bukan pilihan yang tepat untuk beberapa penonton umum. Karena bagaimanapun juga film ini penuh kekerasan dan sukar diterima nurani. Tapi jika ingin sedikit terbuka, Aileen bukanlah pelaku tunggal, ada silsilah kotor yang membentuk karakter bengis dan kejamnya. Happy watching!
by: Aditya Saputra
Petty Jenkins dengan cerdik meramu film ini dengan sudut pandang yang universal. Sejatinya film bertema demikian akan mengumbar kisah perjalanan pahit sang penjagal, namun Jenkins menyorotnya lewat mata seorang pelacur. Flashback hidup yang dijelaskan lewat narator Charlize Theron sangat bersahaja. Menerangkan hal yang menyakitkan tanpa visual. Dengan narasi itu saja, kita pun bisa merasakan kesakitan verbal terhadap Aileen kecil. Dan, melalui sudut pandang inilah, kekuatan cerita dengan drama sejuta sarat makna ditebarkan. Wanita jalang, berlandaskan penyiksaan batin dan niat balas dendam. Namun mirisnya, sang 'monster' tidak serta merta mengeksekusi segala jenis pelanggan, membuktikan jika sang pendosapun masih meiliki hati.
Performa dari seorang Charlize Theron benar-benar sinting namun memukau siapa saja yang menonton film ini. Transformasinya jelas berbuah manis. Apa yang ia korbankan dengan memermak wajah beserta menaikkan berat badan, plus ditunjang dengan kekuatan akting prima, menjadikannya sorotan tajam akan Monster ini. Menyaksikan akting menyengat Theron di sini jauh lebih menakutkan dari melihat aksi Freddy Kruger sekalipun. Mungkin Theron adalah satu dari sedikit aktor yang berani dan mampu mengubah tampilan asli ke bentuk yang rusak parah. Theron rela melepas jubah kecantikan modelnya demi peran ini. Dan ini luar biasa! Pun penampilan depresi seorang Cristina Ricci. Kendati perannya semi-utama, tapi kehadirannya di samping Theron memberikan gambaran singkat nan pelik dari kehidupan seorang Aileen. Salut kepada keduanya yang dengan gesit dan eksplisit menampilkan seks sejenis yang tak murahan.
Selain berterima kasih kepada Petty yang membuat film ini dengan begitu matang, acungan jempol juga patut diberikan kepada petugas penataan rambut dan make-up. Kedua kru yang berjasa besar dalam merombak bentuk sintal Theron ke wujud tak beraturan.
Pengalaman pribadi, sepanjang menonton film ini saya tidak berkutik sedikitpun dari layar kaca. Perasaan yang teraduk saat menonton ini menyisakan sebuah penyesalan dan sempat berujar, 'Kenapa harus mempunyai sebuah pistol, Aileen?'. Boleh saja, Monster bukan pilihan yang tepat untuk beberapa penonton umum. Karena bagaimanapun juga film ini penuh kekerasan dan sukar diterima nurani. Tapi jika ingin sedikit terbuka, Aileen bukanlah pelaku tunggal, ada silsilah kotor yang membentuk karakter bengis dan kejamnya. Happy watching!
by: Aditya Saputra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar