Kamis, 07 Oktober 2010

Being Julia (2004)

Director : Istvan Szabo
Cast : Annette Bening, Jeremy Irons, Michael Gambon, Shaun Evans
Rate : 3/5


Hahahaha. Saya mulai review saya ini dengan tertawa puas. Why? Jawabannya ada di klimaks ending film ini. Seluruh urat humor saya berdetak kencang saat menyaksikan adegan yang saya maksud. Bukan karena adegan itu menunjukkan parodi konyol, tapi lebih dikarenakan ritual pembalasan dendam yang tak akan dikira sebelumnya. Nah, belum apa-apa saya sudah sedikit memuji tentang film ini. Biopik singkat dari seorang aktris broadway yang ditipu mentah-muntah namun mampu memutarbalikkan keadaan dan terhindar dari rasa bersalah.

Dan, filmnya sendiri 'hanya' bercerita tentang perjalanan karir berakting seorang Julia Lambert yang merasa hidupnya serba mewah dan berkecukupan, sehingga dia ingin merasakan kehidupan yang berbeda. Akhirnya ia mengenal cinta dari seorang pria muda berkebangsaan Amerika yang ternyata memiliki maksud tersembunyi dengan mengencani seorang Julia. Julia yang merasa diludahi dan diperalat, akhirnya tidak tinggal diam dan melakukan aksi gencar bersama orang-orang disampingnya untuk mempermalukan sang pria sekaligus si pacar gelapnya, aktris teater debutan. Di samping itu, Julia memiliki 'teman' (yang diperankan dengan sangat unik Michael Gambon) yang selalu membisikkan semangat dan memberikan jalan keluar di setiap kegagalannya.

Being Julia adalah sebuah wahana tempat aktris Annette Bening menunjukkan kebolehan aktingnya. Film ini milik dia seorang, karena berkat akting memukaunya, film ini jadi terasa megah semegah Julia bergerak-muka di atas panggung teater. Bening jelas menopang aktor lainnya yang boleh dikatakan lumayan termasuk dari seorang Jeremy Irons. Bening jelas menunjukkan pesona yang penuh warna. Seketika ia mampu memperlihatkan mimik sedih yang dibarengi dengan mimik bahagia bukan main. Yang paling menonjol adalah pada klimaks yang saya maksud. Jadi tak heran jika Bening panen pujian (termasuk dari si mastro Roger Ebert) award dari salah satu peran terbaiknya ini, termasuk menang di Golden Globe kategori Best Actress Comedy/Musical dan nominasi di Oscar kategori Best Actress walaupun harus 'ditinju' oleh si Million Dollar Baby, Hilary Swank.

Saya tidak begitu kenal dengan sutradaranya, namun di sini saya katakan sudah cukup berhasil. Sang sutradara mampu memotorik bakat Bening dengan sangat maksimal, dan juga sanggup menjaga setiap adegan dengan tensi yang sangat baik. Tapi, ada beberapa masalah jika kita sudah berbicara tentang masalah teknis. Untuk film yang mengambil era 30-an, film ini jelas minor dalam hal dekorasi seninya. Yang terpampang hanyalah mobil-mobil jadul yang beberapa kali melintas di layar, selebihnya tidak terasa jika kita sedang menonton abad pertengahan. Kostumpun demikian, tidak begitu pas dalam menggambarkan suasana pada waktu itu. London yang terkesan kusam pada saat itu malah diperagakan dengan sangat 'berwarna'. Tapi untunglah tidak cukup mengganggu terlalu banyak dalam hal cerita secara keseluruhan.

Sebagai film yang berbasis karya novel sekaligus penggambaran singkat dari seorang aktris yang pernah hidup di dunia, film ini diterjemahkan dengan cukup bagus. Kendati bagian teknisnya tidak berjalan baik, tapi masih ada pesan penting yang bisa diambil. Yah, kita jelas jangan terlalu gegabah dengan yang namanya 'cinta'. Sial jika 'cinta' itu cuma sekedar pengeruk uang. Maka, bertindak wajar saja selagi 'cinta' itu masih bisa kita temui dalam bentuk lain, bukan hanya sebagai pemenuhan hawa nafsu. Being Julia showed ingelious of Annette Bening's performance. Happy watching!

2 komentar:

  1. Yeaah, endingnya emang bener shocking dan ampuh
    :D

    BalasHapus
  2. Yup. Bahkan saya sedikit kaget kalo melihat dari awal hingga pertengahan film ini terasa lamban dan sangat 'wanita'.

    Btw, link blog yuk. ;p

    BalasHapus