Minggu, 10 Oktober 2010

The Shining (1980)

Director : Stanley Kubrick
Cast : Jack Nicholson, Shelley Duvall, Danny Lloyd
Rate : 4/5


Saya tidak akan membahas siapa itu Stanley Kubrick dan beberapa film hebatnya. Karena jujur saja, film yang saya akan bahas ini satu-satunya karya beliau yang baru saya jamah. Mengingat genre-nya horor, yang notabene genre yang sangat sulit menghipnotis saya. Untuk The Shining sendiri pun saya tidak berharap banyak, walaupun setengah mati penasaran. Dan setelah menontonnya kemarin, awal mula saya sematkan jika The Shining salah satu horror/suspense terbaik yang pernah saya tonton

Berangkat di penerjemahan prosa karya Stephen King, The Shining bercerita tentang seorang lelaki yang mendapat pekerjaan di sebuah hotel sebagai caretaker. Agar mudah, dia mengajak anak bininya untuk menginap bersama. Ada asap ada api. Jack Torrance yang sudah diwaspadai akan sebuah kamar malah nekat bersinggungan dengan 'dunia lain' yang merubah total hidup bahagianya. Sebagai pelengkap, setingnya terjadi di musim salju. Kurang mencekam? Hotel itu sepi!
Betapa mengejutan ketika penonton menemukan sebuah twist yang menimbulkan pertanyaan apa yang telah dialami oleh si tokoh utama.

Pekerjaan berat Stanley Kubrick dalam mengarahkan Jack Nicholson menjadi seorang psikopat dadakan. Untungnya dengan modal cukup di dunia akting, peran Jack Torrance ini dibawakan dengan sangat menawan oleh Nicholson. Perangai seram yang kontan mengusik tempat duduk penonton, cara bicara yang mengerikan. Diumpan dengan cukup baik oleh penampilan Shelley Duvall sebagai sang istri sial. Ekspresi ketakutan yang wah, kendati banyak yang kritikus yang mencemoohnya.


Banyak kelebihan yang diterapkan film ini. Pertama, teknik pengambilan gambar yang menyorot adegan dalam posisi stabil dan satu arah. Steadicam yang dibenah Jean Alcott ternyata sangat ampuh dalam menjaga kehangatan sekaligus ketegangan film. Kedua adalah musik. Sang komposer yang menggubah musik score untuk film bekerja dengan sangat apik. Mampu memborbardir perasaan tegang penonton.


Yang patut dipahami juga ialah bagaimana The Shining memposisikan ketakutan dalam dua hal. Ketakutan lahir dan batin. Dari Jack si psikostik, ia menebar dampat negatif bagi keluarganya. 'kerasukan'-nya ternyata telah mengindahkan makna sebuah keluarga. Pemasukan unsur klenik yang disangkutpautkan ke masalah 'redrum' dan 'murder' juga tidak dipaksakan. Bahkan seingat saya, formula redrum dan murder ini pernah dipakai di salah satu komik detektif Jepang, Kindaichi.


Kesetiaan Kubrick menyadur penuh novel karangan King juga patut diapresiasikan. Interpretasinya akan kamar hotel berhantu sama bagusnya saat saduran novel King lainnya yang bernada sama keluaran 2007, 1408. Keduanya memakai momok hantu dalam tujuan yang berbeda.


The Shining sangat saya rekomendasikan buat sekalian yang haus akan film horor berkualitas. Tidak hanya memperlihatkan hantu sadar kamera, tapi juga sekaligus mengusik kita lebih dalam. Dan, semestinya sineas kita yang doyan membuat film horor patut berbasis akan film ini. Happy watching!

4 komentar:

  1. apakah maksud dari Redrum dit?

    BalasHapus
  2. Oya, pantes agak familiar
    Pernah ada kata Mr.Redrum di komik Kindaichi
    :D

    BalasHapus
  3. Gie : Redrum itu pembunuhan, anagramnya dari murder yang berarti permbunuh.

    Movfreak : Kalo gak salah pas bagian pembunuhan di istana lilin itu kan?

    BalasHapus
  4. awalnya aku mikir redrum (bacaan dari red room) itu ruangan yang banjir darah gitu, tapi ternyata redrum kalo dibalik artinya murder.

    BalasHapus