Director: James Wan
Cast: Patrick Wilson, Rose Byrne, Ty Simpkins, Barbara Hershey
Rate: 3/5
Mencekam? Tidak juga saya rasa. Film ini hanya berjalan berliku-liku. Kadang menggoncang adrenalin dan rasa takut, tapi seterusnya membuat saya lelah dan berharap untuk segera selesai. Film ini tidak begitu buruk, malah untuk awal hingga 3/4 film, Insidious bermain dengan jiwa yang jauh dari kesan menina-bobokan penonton. Dentuman sound sekaligus dengan adegan penggedor jantung cukup dibuat dengan penuh kejutan. Penampakan-penampakannya tidak sekonyong-konyong film hantu porno buatan dalam negeri. Kendati begitu, eksekusi untuk penuturan ending-nyalah yang meragukan saya jika film ini tidak berdiri di tarif normal film hantu khas Hollywood.
Apa yang tersaji dari awal tadi seakan jungkir balik jika melihat penyelesaian yang bagi saya, agak lucu. Simfoni rasa takut yang tiba-tiba sumbang jadi ingin nyengir. Masalahnnya, kenapa sang sutradara seakan merasa takut untuk membuka opsi lain untuk ending-nya. Bagi saya, keikut-sertaannya sang ayah dalam ritual menakutkan ini seperti olok-olok akan filmnya sendiri. Dibuat creepy memang, tapi bekas kewajarannya jadi terbang entah ke mana. Cerita bermula dari sebuah keluarga yang baru pindah ke rumah baru tiba-tiba diganggu makhluk dari alam lain yang ternyata mengingingkan sosok sang anak. Hantu yang senang merecoki rumah tangga ini ternyata mempunyai ambisi lain yang ternyata sudah melekat di silsilah keluarga ini. Jreng!! Hantu mulai pamer bodi sana-sini. Saya merasa ikut dihantui dengan adanya perihal penampakan-penampakan yang cukup menyeramkan ini.
Patrick Wilson yang meski sudah bermain maksimal, begitu juga dengan aktor lainnya mungkin jadi jembatan penolong akan suramnya ending yang diberikan oleh sang sutradara. Tidak usah buru-buru semestinya. Pelan saja dalam memvisualisasikan sosok dalangnya, namun tetap dalam pakem yang sewajarnya. Kehadiran ghostbuster di sini juga sedikit memberi tahu tentang keberadaan cenayang di negeri Paman Sam tersebut.
Sulit meletakkan Indisious di deretan film kurang suntikkan pemicu kecemasan penonton, soalnya pada dasarnya film ini penuh adegan yang membuat buku kuduk merinding. Tapi, berkat ending-nya yang terlihat memudahkan beberapa cara, Insidious juga bisa ditafsirkan sebagai film horor yang ingin cepat selesai. Kalau boleh memilih, salah satu adegan favorit saya adalah ketika sang istri diganggu setan anak kecil yang awalnya sedang menari lalu lanjut hide and seek di dalam rumah. Ekspresi rasa takut dan kecemasan pun tidak berlebihan ditonjolkan artisnya.
Kesimpulannya, Insidious masuk dalam jajaran film horor yang bermutu dengan tampilan beberapa adegan yang sukses 'mengganggu' penonton dengan sosok hantu di film ini. Semoga beberapa di antara kalian cukup puas dengan episode penyelesaiannya. Mungkin ada beberapa yang memang setuju dengan ide exorcism tersebut, tapi tidak menggigit kalau bagi saya. Happy watching!
by: Aditya Saputra
Cast: Patrick Wilson, Rose Byrne, Ty Simpkins, Barbara Hershey
Rate: 3/5
Mencekam? Tidak juga saya rasa. Film ini hanya berjalan berliku-liku. Kadang menggoncang adrenalin dan rasa takut, tapi seterusnya membuat saya lelah dan berharap untuk segera selesai. Film ini tidak begitu buruk, malah untuk awal hingga 3/4 film, Insidious bermain dengan jiwa yang jauh dari kesan menina-bobokan penonton. Dentuman sound sekaligus dengan adegan penggedor jantung cukup dibuat dengan penuh kejutan. Penampakan-penampakannya tidak sekonyong-konyong film hantu porno buatan dalam negeri. Kendati begitu, eksekusi untuk penuturan ending-nyalah yang meragukan saya jika film ini tidak berdiri di tarif normal film hantu khas Hollywood.
Apa yang tersaji dari awal tadi seakan jungkir balik jika melihat penyelesaian yang bagi saya, agak lucu. Simfoni rasa takut yang tiba-tiba sumbang jadi ingin nyengir. Masalahnnya, kenapa sang sutradara seakan merasa takut untuk membuka opsi lain untuk ending-nya. Bagi saya, keikut-sertaannya sang ayah dalam ritual menakutkan ini seperti olok-olok akan filmnya sendiri. Dibuat creepy memang, tapi bekas kewajarannya jadi terbang entah ke mana. Cerita bermula dari sebuah keluarga yang baru pindah ke rumah baru tiba-tiba diganggu makhluk dari alam lain yang ternyata mengingingkan sosok sang anak. Hantu yang senang merecoki rumah tangga ini ternyata mempunyai ambisi lain yang ternyata sudah melekat di silsilah keluarga ini. Jreng!! Hantu mulai pamer bodi sana-sini. Saya merasa ikut dihantui dengan adanya perihal penampakan-penampakan yang cukup menyeramkan ini.
Patrick Wilson yang meski sudah bermain maksimal, begitu juga dengan aktor lainnya mungkin jadi jembatan penolong akan suramnya ending yang diberikan oleh sang sutradara. Tidak usah buru-buru semestinya. Pelan saja dalam memvisualisasikan sosok dalangnya, namun tetap dalam pakem yang sewajarnya. Kehadiran ghostbuster di sini juga sedikit memberi tahu tentang keberadaan cenayang di negeri Paman Sam tersebut.
Sulit meletakkan Indisious di deretan film kurang suntikkan pemicu kecemasan penonton, soalnya pada dasarnya film ini penuh adegan yang membuat buku kuduk merinding. Tapi, berkat ending-nya yang terlihat memudahkan beberapa cara, Insidious juga bisa ditafsirkan sebagai film horor yang ingin cepat selesai. Kalau boleh memilih, salah satu adegan favorit saya adalah ketika sang istri diganggu setan anak kecil yang awalnya sedang menari lalu lanjut hide and seek di dalam rumah. Ekspresi rasa takut dan kecemasan pun tidak berlebihan ditonjolkan artisnya.
Kesimpulannya, Insidious masuk dalam jajaran film horor yang bermutu dengan tampilan beberapa adegan yang sukses 'mengganggu' penonton dengan sosok hantu di film ini. Semoga beberapa di antara kalian cukup puas dengan episode penyelesaiannya. Mungkin ada beberapa yang memang setuju dengan ide exorcism tersebut, tapi tidak menggigit kalau bagi saya. Happy watching!
by: Aditya Saputra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar