Director: Tate Taylor
Cast: Viola Davis, Emma Stone, Bryce Dallas Howard, Octavia Spencer, Jessica Chastain, Mike Vogel, Sissy Spacek
Rate: 4/5
Film bertema rasisme? Sepertinya untuk periode sekarang mengangkat hal yang tabu semacam itu mungkin bukan suatu rintangan lagi. Hak-hak kaum hitam di masa sekarang berbeda saat mediasi 60-an. Para kaum kulit berwarna sudah berani berevaporasi dan menghilangkan jengkal perbedaan dengan kaum putih lainnya. Jadi, untuk mengingat kembali betapa nistanya kaum kulit hitam di mata para kulit putih pada tempo doeloe seringkali sineas Hollywood membuka topeng sendiri bagaimana nasib dan kejelasan juntrungan mereka dalam bersosialisasi. Tidak mudah bagi mereka (kaum kulit hitam-red) untuk bebas berserikat dan mengeluarkan pendapat. Jangankan begitu, untuk hanya menggunakan toilet saja seakan sudah ada ketetapan hukum tersendiri. Di sini, The Help sedikit banyak mengupas siklus butiran hidup para metropolitan Mississippi yang kali ini dipimpin oleh si keling Viola Davis dan beauty from Zombieland, Emma Stone.
Skeeter, gadis yang kembali ke kampungnya setelah menyelesaikan sekolahnya guna menjadi seorang penulis. Alih-alih begitu, ia malah mempunyai ide lain dengan mensurvei para pembantu-pembantu negro yang dengan setia 'mendedikasikan' hidup mereka mengurus anak dan keperluan rumah tangga lainnya di rumah-rumah warga kulit putih. Orang pertama yang diwawancarainya adalah Aibileen, PRT yang mengabdi di rumah Elizabeth. Sedikit waktu, akhirnya merekapun bisa mengintrogasi Minny yang kebetulan baru saja dipecat dari rumah Hilly hanya karena masalah sepele. Dan ternyata, hampir keseluruhan PRT berkulit legam ini merasakan betapa tidak adilnya hidup mereka jika hanya melihat sudut pandang warna genetikal kulit. Mengerikan memang melihat kenyataan yang ada. Untunglah, Skeeter dengan lugas membeberkan segala perihal busuk yang mempercundangi kehidupan sosial glamor mereka. Satu hal lagi, tahun itu para gadis diharuskan menikah muda dan segera memeliki keluarga. Yah, Skeeter salah satu yang membangkang pola tersebut.
Menakjubkan. Satu kata yang terlintas saat saya menyudahi film ini berikut dengan bergulirnya ending credit yang mendayu itu. Sebuah cerita yang mengandung beribu kiasan dan tombak batin bagi siapa saja yang menontonnya. Cermin hidup yang bisa kita resapi bagaimana sebuah toleransi dan tenggang rasa terhadap sesama. Ada protagonis yang mewakili kaum baik dan antagonis yang menegaskan jika orang seperti itu memang ada di belahan pelosok manapun. Ending film ini sangat jauh dari kesan klise. Patut dipuji adalah sutradara Tate Taylor yang berhasil menerjemahkan novelnya menjadi naskah apik serta pemanasan untuk penyutradaraannya yang hampir tanpa cela.
Viola Davis bermain dengan sangat gemilang. Ekspresi memesonanya sudah ditunjukkannya tepat saat ia pertama kali muncul di layar. Kesedihan, kekecewaan, serta haru saat perpisahan tergestur dengan sempurna. Stone pun demikian. Santai namun garang. Buktikan saja ketika ia beradu argumen dengan ibunya. Sehingga, Octavia Spencer, Bryce Dallas Howard, dan Jessica Chastain ikut-ikutan tertular berakting piawai. Jarang ada film rombongan wanita begini yang mencurahkan segenap hasrat mereka untuk adil berbagi layar dan menyatu menjadi simbiosis yang mutualisme. Terutama buat si film maker-nya. Bisa jadi, The Help menjadi kejutan Oscar tahun ini tatkala tahun kemarin atas kemunculan tak terduga film kurang terkenal Winter's Bone yang juga dimainkan oleh Tate Taylor.
The Help mungkin cerita yang diprioritaskan kepada penonton yang memiliki pikiran terbuka akan pentingnya keterbukaan. Kenaifan para sosialita serta keterperukan untuk sebuah kata keadilan memang hal-hal yang ingin diprimerkan oleh sutradaranya. Beruntung The Help didukung aktor dengan kemampuan prima serta keleluasaan ending yang tidak mengada-ngada. Lebih jamak lagi beruntungnya, kalau The Help diterima dengan tangan terbuka untuk award season akhir tahun nanti. Selamat Tate, karyamu satu ini patut dibanggakan. Happy watching!
by: Aditya Saputra
Cast: Viola Davis, Emma Stone, Bryce Dallas Howard, Octavia Spencer, Jessica Chastain, Mike Vogel, Sissy Spacek
Rate: 4/5
Film bertema rasisme? Sepertinya untuk periode sekarang mengangkat hal yang tabu semacam itu mungkin bukan suatu rintangan lagi. Hak-hak kaum hitam di masa sekarang berbeda saat mediasi 60-an. Para kaum kulit berwarna sudah berani berevaporasi dan menghilangkan jengkal perbedaan dengan kaum putih lainnya. Jadi, untuk mengingat kembali betapa nistanya kaum kulit hitam di mata para kulit putih pada tempo doeloe seringkali sineas Hollywood membuka topeng sendiri bagaimana nasib dan kejelasan juntrungan mereka dalam bersosialisasi. Tidak mudah bagi mereka (kaum kulit hitam-red) untuk bebas berserikat dan mengeluarkan pendapat. Jangankan begitu, untuk hanya menggunakan toilet saja seakan sudah ada ketetapan hukum tersendiri. Di sini, The Help sedikit banyak mengupas siklus butiran hidup para metropolitan Mississippi yang kali ini dipimpin oleh si keling Viola Davis dan beauty from Zombieland, Emma Stone.
Skeeter, gadis yang kembali ke kampungnya setelah menyelesaikan sekolahnya guna menjadi seorang penulis. Alih-alih begitu, ia malah mempunyai ide lain dengan mensurvei para pembantu-pembantu negro yang dengan setia 'mendedikasikan' hidup mereka mengurus anak dan keperluan rumah tangga lainnya di rumah-rumah warga kulit putih. Orang pertama yang diwawancarainya adalah Aibileen, PRT yang mengabdi di rumah Elizabeth. Sedikit waktu, akhirnya merekapun bisa mengintrogasi Minny yang kebetulan baru saja dipecat dari rumah Hilly hanya karena masalah sepele. Dan ternyata, hampir keseluruhan PRT berkulit legam ini merasakan betapa tidak adilnya hidup mereka jika hanya melihat sudut pandang warna genetikal kulit. Mengerikan memang melihat kenyataan yang ada. Untunglah, Skeeter dengan lugas membeberkan segala perihal busuk yang mempercundangi kehidupan sosial glamor mereka. Satu hal lagi, tahun itu para gadis diharuskan menikah muda dan segera memeliki keluarga. Yah, Skeeter salah satu yang membangkang pola tersebut.
Menakjubkan. Satu kata yang terlintas saat saya menyudahi film ini berikut dengan bergulirnya ending credit yang mendayu itu. Sebuah cerita yang mengandung beribu kiasan dan tombak batin bagi siapa saja yang menontonnya. Cermin hidup yang bisa kita resapi bagaimana sebuah toleransi dan tenggang rasa terhadap sesama. Ada protagonis yang mewakili kaum baik dan antagonis yang menegaskan jika orang seperti itu memang ada di belahan pelosok manapun. Ending film ini sangat jauh dari kesan klise. Patut dipuji adalah sutradara Tate Taylor yang berhasil menerjemahkan novelnya menjadi naskah apik serta pemanasan untuk penyutradaraannya yang hampir tanpa cela.
Viola Davis bermain dengan sangat gemilang. Ekspresi memesonanya sudah ditunjukkannya tepat saat ia pertama kali muncul di layar. Kesedihan, kekecewaan, serta haru saat perpisahan tergestur dengan sempurna. Stone pun demikian. Santai namun garang. Buktikan saja ketika ia beradu argumen dengan ibunya. Sehingga, Octavia Spencer, Bryce Dallas Howard, dan Jessica Chastain ikut-ikutan tertular berakting piawai. Jarang ada film rombongan wanita begini yang mencurahkan segenap hasrat mereka untuk adil berbagi layar dan menyatu menjadi simbiosis yang mutualisme. Terutama buat si film maker-nya. Bisa jadi, The Help menjadi kejutan Oscar tahun ini tatkala tahun kemarin atas kemunculan tak terduga film kurang terkenal Winter's Bone yang juga dimainkan oleh Tate Taylor.
The Help mungkin cerita yang diprioritaskan kepada penonton yang memiliki pikiran terbuka akan pentingnya keterbukaan. Kenaifan para sosialita serta keterperukan untuk sebuah kata keadilan memang hal-hal yang ingin diprimerkan oleh sutradaranya. Beruntung The Help didukung aktor dengan kemampuan prima serta keleluasaan ending yang tidak mengada-ngada. Lebih jamak lagi beruntungnya, kalau The Help diterima dengan tangan terbuka untuk award season akhir tahun nanti. Selamat Tate, karyamu satu ini patut dibanggakan. Happy watching!
by: Aditya Saputra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar