Director: Tim Burton
Cast: Catherine O'Hara, Martin Short, Martin Landau, Winona Ryder, Robert Capron, Atticus Shaffer
Rate: 3,5/5
Tim Burton, seperti yang kita tau, hampir keseluruhan filemnya mengandung unsur kekelaman baik di sektor cerita maupun karakter yang mengisi proyeknya. Mulai dari Edward Scissorshand, Ed Wood, Big Fish, Alice in Wonderland, hingga animasi semisal Corpse Bride dan yang sekarang, Frankenweenie. Uniknya dan hebatnya, hampir keseluruhan karyanya diterima baik oleh masyarakat baik dari segi financial maupun kritik dari para reviewer. Dengan kesehariannya yang gothic dan sedikit menyeramkan, memang tidak heran jika ia juga menyematkan jiwa quircky ke setiap tokohnya. Tidak perlu heran, karena berkat keanehan yang ia perlihatkan di setiap filmnya memang memancing topik yang akan diperbincangkan lebih jauh. Namun, kali ini tanpa mengajak Johnny Depp dan Helena Bonham-Carter, yang sering muncul di setiap feature-nya, Frankenweenie contoh animasi yang sederhana dan loveable, dan juga sarat makna dan gambar yang menarik.
Diceritakan Bob harus kehilangan anjing kesayangannya yang telah menjadi teman di masa hidupnya. Kepergiannya membuat Bob galau sepanjang hari dan tidak bersemangat mengerjakan apapun, termasuk mengikuti pelajaran di sekolah. Namun, suatu hari gurunya menjelaskan cara untuk menghidupkan kembali makhluk yang sudah mati dengan bantuan listrik. Terperangah dan penasaran dengan science project itu, Bob akhirnya memilih untuk me-reinkarnasi peliharaannya yang sudah tiada. Hiduplah kembali si Sparky. Namun kemunculan walking dog itu mengundang temannya untuk mencoba apa yang telah Bob berhasil lakukan. Teknik listrik tadi disalah gunakan dan membuat daerah kota menjadi gempar tak terkendali. Bob yang merasa bersalah akhirnya mendapat wajangan dari orang tua serta gurunya agak lebih bijaksana dalam memanfaatkan hukum fisika. Lambat laun, permasalahan kembali aman dan Bob kembali merajut hidupnya lagi.
Seperti biasa, Tim Burton sekalipun membuat filem animasi ataupun bertemakan anak-anak pasti tidak membuang sisi dewasanya. Corpse Bride jelas bukan tontonan bocah di bawah umur. Charlie and the Chocolate Factory kendati bernuansa menyenangkan, tapi juga banyak adegan sarkastik yang akan sulit diterima oleh anak-anak. Begitupun dengan Frankenweenie, walaupun sudah bermain aman dengan topik yang sangat kekanakan sekali tapi tetap ujungnya tidak jauh dari apa yang Burton lakukan selama ini. Volume of violence masih dalam kadar yang sukar dicerna oleh anak-anak namun bisa dipastikan orang dewasa akan menyukai filem ini. Cerdasnya, Burton tidak hanya membumbui animasi ini dengan humor kosong, tapi juga menyelipkan genre sci-fi yang jarang ditemui di filem animasi. Jimmy Neutron yang membual mimpi tak berkesudahan terasa berlebihan dan sulit dijangkau oleh anak-anak. Frankeweenie tidak seekstrim itu walaupun proyek mematahi kodrat Tuhan juga tak kalah ambisiusnya.
Satu hal yang bisa menambah nilai di tiap filem Burton adalah musiknya yang heboh, dalam artian yang bersenyawa dengan adegan filemnya sendiri. Jasa Danny Elfman selama ini sangat berperan penting dan sudah tau betul kehendak 'negatif' Burton untuk menyeramkan filem-filemnya, termasuk Frankenweenie. Para aktor 'kurang terkenal' di sini berhasil menyemarakkan dan menghidupkan tokoh mereka masing-masing. Jadi memang, Burton tidak terlalu berpangku tangan dengan para pengisi suaranya karena ia lebih menekankan pada cerita, memantapkan animasi komputernya, serta memfokuskan pada hasil akhir yang tidak lain adalah editing yang sempurna. Berarti, memang sangat wajar jika film ini dijagokan dalam ajang-ajang filem sebagai animasi terbaik.
Ide filem ini langsung dari otak Tim Burton, maka tak heran jika melihat Frankenweenie seperti ini. Maksud saya, dengan gaya parlente gelapnya, Frankenweenie pun jatuhnya di lobang yang sama. Salah satu persembahan yang menarik dari Burton. Pesan moral yang paling membekas adalah dalam penggunapan teknologi dan ilmiah. Jika kita memanfaatkan hukum dasar alam secara adil, influence dan dampak yang dihasilkan pasti sama besarnya. Sebaliknya, jika kita menggunakan hal-hal tersebut untuk hal-hal yang sembarangan, bukan tidak mungkin hal-hal negatif juga akan timbul. Seperti apa yang kita lihat di besutan terbaru Tim Burton ini. Verdict, mungkin ini bukan pilihan utama keluarga untuk menghabiskan waktu senggang mereka dalam menonton filem. Tapi Frankeweenie tidak akan menjebloskan pola pikir anak-anak yang menontonnya ke arah yang menyimpang. Happy watching!
by: Aditya Saputra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar