Director: Ben Affleck
Cast: Ben Affleck, Alan Arkin, John Goodman, Clea DuVall, Bryan Cranston
Rate: 4/5
Para aktor yang beralih ke studi penyutradaraan mungkin bisa dihitung jari yang memang benar-benar serius dan mampu memberikan hasil yang memuaskan. Untuk era tua, Robert Redford dan Clint Eastwood masuk hitungan sukses tadi, generasi berikutnya diikuti Mel Gibson yang membawa Braveheart-nya ke puncak kritikus. Sean Penn pun pernah merajut buai positif dari Into the Wild-nya yang sangat bersahaja itu. Dan kita masih memiliki Ben Affleck, aktor yang sekarang serius membidani tugas di belakang kamera. Dari tiga filem panjang yang sudah dibuatnya, hebatnya ketiga-tiganya cukup memberikan tempat bagi Affleck agar diterima di kalangan luas. Gone Baby, Gone, The Town, dan yang terakhir Argo, dibuat dengan penuh semangat tinggi dan terlihat betapa matangnya dedikasi Affleck untuk menghasilkan karya yang terpuji.
Kualitas dan keunikan Argo sudah terlihat saat layar hanya sebesar setengah dari resolusi layar biasanya. Persepsi saya, kecenderungan tak biasa yang dipakai Affleck ingin memunculkan dampak depresi yang telah dirancang dari awal hingga akhir ketika layar kembali dibuat besar bahkan melebihi penggunaan layar pada umumnya. Gambar yang kabur mengisyaratkan lebih dalam lagi, penonton diajak membaur dan menarik kesimpulan sejelas-jelasnya dari apa yang gamblang di filem ini. Di akhir filempun, saat munculnya karakter filem dan foto asli para pelaku penyanderaan diplomat AS terbilang sangat efisien. Terlihat sekali letak jeniusnya seorang Affleck dalam menata reklame cerita dengan poin yang betul-betul menyerupai gambar asli cerita ini berasal. Argo memang dibuat seefektif mungkin berkat kerja keras Affleck yang rela terjun langsung dan bertanya ini itu kepada narasumber aslinya.
Argo adalah pesan singkat dari Ben tentang penyelamatan 6 diplomat AS yang 'terkurung' dan sulit bebas dari Iran. CIA memberikan modal untuk membuat filem fiksi hanya sebagai kedok agar mempermudah membawa keluar para sandera. Tony Mandez sebagai dalang akhirnya bermain dengan sangat bersih dan rapih. Serta, Tony Mandez adalah salah satu karakter yang dimainkan Ben Affleck dengan sangat maksimal. Raut tanpa senyum tampannya mungkin tidak akan terlihat di sini, yang ada hanya mimik yang tegas dan seakan berbicara untuk mengusungkan filem ini ke daerah yang lebih serius. Ini juga yang menyebabkan para aktor di filem ini bermain amat sangat mengesankan, terutama Alan Arkin yang dengan darah komedik dramanya mampu memberikan kesan ringan ke filem 'berat' ini.
Argo disebut-sebut sebagai proses metamorfosis dari seorang Affleck. Menetas dari seorang aktor yang acap kali bermain di filem yang selalu gembira dan penuh fiksi, beralih sebagai sutradara debutan yang langsung dilabeli fresh, dan lambat laun memolesi bening karirnya lewat Argo. Desas-desus jika filem ini akan berjaya di Oscar masih kencang terdengar. Naskah Chris Terrio yang brilian diterjemahkan Affleck lewat pesan gambar yang mengesankan. Affleck membuat penonton pintar dengan menyajikan produk yang penuh dengan informasi penting yang mungkin terlewat oleh kita. Disain kostum yang menawan juga tak luput dari kritisi. Keotentikan Argo semakin diperkukuh lewat teknis-teknis sederhana semacam busana dan musik di filem ini.
Jadi jelas, Argo tidak berisi amanat kosong melainkan apa yang terpampang sepanjang filem adalah rentetan kejadian nyata dan sakral yang bisa melecutkan nyali kita. Tanpa ba-bi-bu, sang sutradara seperti ikut menyandera penonton di negara yang penuh hukum itu. Memorak-porandakan emosi penonton dari awal hingga klimaks filem, bukti sahih betapa Argo dicap sebagai salah satu filem bertemakan peran politik paling bagus sampai sekarang. Cerdas luar biasa, Affleck tidak coba-coba untuk menyelipkan unsur politisi yang akan menyebabkan filemnya menjadi lebih segmented. Jujur, saya puas menonton filem penuh warna coklat ini. Happy watching!
by: Aditya Saputra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar