Director: Leos Carax
Cast: Denis Lavant, Edith Scob, Kylie Minogue, Eva Mendes
Rate: 4/5
Apa yang Anda cari dari sebuah filem, dan apa yang biasanya Anda dapatkan seusai menonton sebuah filem? Banyak tujuan dan esensi yang penonton terima setelah merefleksikan diri sejenak dari gambaran singkat kehidupan orang lain dari sebuah filem. Pertanyaan kadang tak kunjung usai dilampiaskan jika kita sendiri merasa kurang nyaman atas suatu filem yang kita rasa aneh. Hal inilah yang saya rasakan setelah menonton Holy Motors. Sampai sekarangpun, perasaan ajaib yang menyelimuti filem ini masih saya rasakan hawanya. Holy Motors hadir tanpa ancang-ancang dan juga sepi dari sorotan media. Merajalela di Cannes dan perlahan menjadi topik hangan di muka para kritikus. Lantas, apa yang membuat Holy Motors begitu spesial? Orisinalitasnya. Holy Motors memiliki tema kuat diikuti penceritaan yang tak kalah kokohnya. Bahkan, Leos Carax berani bermain di wahana yang jarang disenggol para sineas kebanyakan. Independen yang mencengangkan.
Oscar, lelaki mapan dengan keluarga harmonis dan harta melimpah. Bangun pada suatu pagi dan mendatangi sebuah limosin putih bersih yang dikendarai oleh wanita tua, Celine. Petualangannya dimulai dari sini. Sepanjang perjalanan menggunakan limosin tersebut, Oscar menjelma menjadi berbagai karakter yang ia lakukan atas dasar situasi. Menjadi seorang pengemis, penari di ruangan gelap, hingga orang gila yang menakutkan warga di daerah pemakaman sambil memakan bunga-bunga kematian. Dan sampailah Oscar di titik saat dia bertemu cinta lamanya yang berakhir tragis. Semua arus panggung drama Oscar ia lakukan tanpa sebab dan tanpa penjelasan secara eksplisit dari si empunya filem.
Filem ini dibuka dengan adegan yang agak sedikit absurd. Suasana studio bioskop yang mana para penonton tertidur pulas. Dari detil ini saja, Leos enggan memberikan sedikit petunjuk akan apa filemnya akan berlangsung. Di situlah saya menarik kesimpulan apa yang diinginkan Leos kepada penontonnya. Kita diharapkan untuk memasuki dunia rekaan Leos dan mencari sendiri arti dari keseluruhan ceritanya. Dan kita seperti terperangkap di sebuah labirin yang diharuskan menemukan ujung dari teka-teki yang tersebar berantakan. Misteri yang terus menjalar memanjang tanpa meletakkan clue untuk kita cerna semakin menunjukkan betapa raksasanya premis sederhana nan pintar ini. Leos menyuruh kita untuk bersama Oscar memasuki tiap peran yang dilakukan Oscar. Kecanggihan ide yang sangat jarang saya nikmati di sebuah filem.
Denis Lavant adalah raja tunggal dibalik kesuksesan filem ini. One-man-show-nya sepanjang filem adalah tanggung jawab utuh yang ia dedikasikan ke filem ini. Tranformasinya di berbagai watak memang layak untuk diutus sebagai yang terbaik. Performa kelas Oscar yang amat langka! Sekalipun ada Kylie Minogue dan Eva Mendes sebagai pemanis yang nahas, namun Lavant lah tokoh sentral yang melingkarkan Holy Motors dan kemudian menjelma menjadi salah satu filem yang mumpuni. Leos memang tidak menjanjikan Holy Motors akan dikagumi banyak orang berkat keaslian cerita yang dibuat, karena saya yakin Holy Motors bukan tipe filem sejuta umat. Ending yang dibuat sangat unik sekalipun akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan besar.
Mungkin, kejanggalan-kejanggalan filem ini tidak untuk dicari pemahamannya. Leos, seperti yang saya simpulkan, cuma menyuruh kita belajar dari karakter Oscar yang mampu hidup di dunianya sendiri. Memang terdengar tidak wajar, tapi maksud Leos sendiri pasti lebih jauh dari ini. Untuk filem yang miskin secara komersialitas, filem ini benar-benar terasa 'kesendiriannya'. Namun, jika dilihat dari teknis dan departemen akting yang menjadi kunci filem ini, Holy Motors jelas-jelas punya taring yang tajam. Menyiksa penonton dengan beribu pertanyaan, dan merantai penonton dengan jutaan asosiasi dan paradoks yang tak akan terungkap secara mudah. Happy watching!
by: Aditya Saputra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar