Minggu, 05 September 2010

Departures (2008)

Director : Yojiro Takita
Cast : Masahiro Motoki, Tsutomo Yamazaki, Ryoko Hirosue
Rate : 4,5/5

Kiamat kecil yang selalu menghantui umat manusia adalah sebuah kematian. Baik itu kematian terhadap orang tercinta, diri sendiri atau bahkan kematian moral. Kekuatan kematian sendiri malah bisa mengubah pola pikir individu yang sebelumnya merasakan suatu kejanggalan batin serta kesalahpahaman yang tak akan bisa diulang kembali. Film Departures mengangkat norma adat suatu negara, dalam hal ini Jepang, dan mengambil sub tema kematian serta lika-liku lain di sekitarnya. Film ini mendapat penghargaan tertinggi bagi insan perfiman dunia sebagai Best Foreign Language Film di perhelatan Oscar 2009 tempo hari. Lantas, apa yang membuat tema kematian sangat menyita perhatian para juri hingga pujian tak terbendung lagi?

Seorang pemain selo harus menerima takdir tatkala tempat ia mencari uang harus bangkrut. Ia memutuskan mengajak istrinya pindah ke Jepang bagian utara dengan maksud mencari pekerjaan yang lebih layak. Tak lama, doanya didengar Tuhan dan akhirnya ia memperoleh pekerjaan dari iklan di surat kabar. Tak diduga, ternyata job yang dipikirkannya tidak sesuai dengan apa yang ia kira sebelumnya. Dengan pasokan gaji yang lumayan, akhirnya ia menafkahkan istrinya dari pekerjaan sebagai penghias mayat tersebut. Sang lelaki pun memiliki masalah intern dengan sang ayah di samping istrinya akhirnya mengetahui pekerjaan sang suami dan berontak akan ketidaksetujuannya.

Okuribito -begitu judul lokalnya, memang mengisahkan sebuah kisah sederhana tapi mampu dibenahi oleh sutradaranya denagn begitu manis nan mendalam. Sekelumit cerita keadatan Jepang yang sanggup dieksekusi dengan sangat berani dan menggugah dalam visualisasi. Dari adegan pengkremasian di sini kita lantas jadi tau jika kematian adalah sebuah awal untuk menyambut kehidupan baru. Betapa mengejutkan jika kita harus menelusuri kehidupan Daigo, si tokoh utama, dalam menjalani kehidupannya yang penuh dengan kematian. Tapi dari sanalah kita dibimbing sutradara tentang bagaimana perilaku Daigo yang merasa salah paham dengan masa lampaunya.

Pada suatu waktu, saat kita menyaksikan kebimbangan Daigo dalam menghancurkan egonya atau ia tak akan pernah bertemu dengan orang yang paling dikasihinya. Dan apa yang telah dipilihnya ternyata memang menjadi adegan paling penting di film ini. Sesaat ketika ia bercerita tentang suatu dongeng batu, ternyata ia menemukan sebuah kepekatan emosionil yang ia dapatkan dari ayahnya. Cinta kasih yang mendalam yang susah buat dicari padanannya.

Satu hal lagi adalah visual film ini yang sungguh sedap dipandang. Selain itu, akting para aktornya juga sangat brilian. Apalagi si Masahiro Motoki sebagai cellist yang berhasil memainkan gestur dengan sangat luwesnya. Kekuatan aktingnya lah yang saya nilai sebagai setir penonton untuk melaju kendaraan film ini menjadi lebih nyaman.

Mungkin ini bukan film yang pas bagi siapa saja, apalagi mengingat temanya yang begitu sensitif serta peminiman dialog khas film-film Jepang. Namun, intisari yang bisa diserap dari Departures seperti sebuah replika kehidupan jika kita semua akan kembali kepada-Nya. Itu mutlak dan pasti akan terjadi.

Penutup review, Okuribito telah membuktikan jika ia pantas mendapatkan predikat terbaik itu. Dan juga sedikit mengajarkan kita akan pentingnya sebuah pemahaman akan sekitar kita. Departures had given me a nicest experience as a package of entertaining.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar