Minggu, 12 September 2010

Emak Ingin Naik Haji (2009)


Director : Aditya Gumay

Cast : Aty Cancer, Reza Rahardian, Didi Petet, Niniek L. Kariem

Rate : 4,5/5


Tahun 2009 kemarin ada sebuah film under-exposed yang kalah saingan dengan film-film lokal tak jelas. Film yang mengetengahkan perjuangan keihklasan serta kesabaran manusia ini harus rela mengalah rupiah dengan horor seks dan komedi abal-abal yang tak kunjung dimatikan produksinya. Emak Ingin Naik Haji judulnya. Emak dimaksudkan sebagai proyek film drama berbalut religi. Bukan film religi berselimutkan over-drama. Maka, hasil yang disodorkan jauh lebih kaya tanpa ada kesan pemaksaan dalam unsur agamis. Menyibak premisnya yang biasa, Anda mungkin tidak akan percaya jika film ini berhasil membuat saya tidak berhenti berlinangkan air mata, terutama pada adegan menuju ending.


Aditya Gumay, pengurus sanggar Lenong Bocah dan pemimpin sanggar Ananda, seperti telah sangat berpengalaman dalam menyantroni film ini. Bahkan mengalahi kualitas dari sineas lokal yang telah berpuluh-puluh film diproduksi. Untuk filmnya ini, Aditya mengajak penonton untuk belajar bagaimana sikap kita jika ada di posisi para karakter. Tanpa ada kesan penguliahan dini. Ditambah juga bagaimana Aditya memfokuskan dunia kehajian dengan berbagai aspek dan subjek. Di sini jelas kita sadar dan tau jika gelar haji bukan semata tuntutan Tuhan, tetapi juga dengan maksud lain. Gengsi, tujuan reklame promosi kampanye, serta kesombongan belaka. Lewat karakter Emaklah, arti haji dipaparkan dengan benar dan penuh kebijkasanaan. Bagaimana proses Emak menggapai cita-citanya tidak hanya patut diikuti tetapi juga dipelajari setiap detail-nya. Niscaya, guliran itulah yang akan membuat kelopak mata Anda basah dengan sendirinya.


Sinematografi film ini memang tidak indah, tapi tamparan ceritanya sendiri sudah cukup membantu kameramen dalam menangkap gambar lusuh sebuah perkampungan. Musiknya pun boleh dikatakan biasa, dan sekali lagi penceritaan yang kuatlah menutupi segala kekurangan film ini. Betapapun itu, puncak kreasi saya sematkan kepada Aty Cancer dan Reza Rahardian yang bermain dengan sangat mantap. Hubungan ibu-anak yang sangat klop menepiskan skeptis buruk saya sebelumnya. Apa yang dimainkan mereka adalah sebuah contoh bagaimana aktor seharusnya menjiwai peran dengan sungguh-sungguh. Penyelamatan kedua untuk film ini. Para pendukungnya tidak ada masalah, semua bermain cukup apik, terutama Henidar Amroe yang walau sekilas tapi mempu memberi hawa panas.


Sayang sekali, pada satu kesempatan saya nilai Aditya melakukan keteledoran dan men-shoot dan mentransfernya ke pita seluloid. Luka tangan kanan saat ia melukis ternyata ditranslasikan sehingga di adegan berikutnya yang sakit malah tangan kiri. Adegan miss tadi untunglah hanya muncul beberapa detik yang tidak begitu mengganggu. Bahkan adegan tadi beriringan dengan curahan hati Emak yang sangat memorable.


Emak dalam satu sisi bisa dijadikan objek pembelajaran tentang kepasrahan umat kepada pencipta-Nya. Kita memang sepatutnya berdoa dan berusaha, tapi sang Khalik lah penentu tujuan perjuangan kita. Emak, yang luar biasa kepinginnya menapakkan kaki di Mekkah, harus rela mengikuti jalan Tuhan dalam mencapainya, sekalipun pahit geti harus diemutnya. Di satu sisi lagi, Emak bisa jadi wadah baru bagi sutradara yang lain agar berani membuat film non-komersil yang patut diperhitungkan. Semoga Aditya Gumay di karya berikutnya mampu mencapai kualitas seperti film ini. Dan semoga ada film lain yang memposisikan Reza dan Aty dalam satu frame. Akting mereka membuat saya rindu akan film dengan tingkat emosional tinggi dari para pemainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar