Director : Nigel Cole
Cast : Helen Mirren, Julie Walters, Linda Bassette, Annette Crosbie
Rate : 3/5
Sebelum Helem Mirren memegang senjata laras api di Red maupun menjadi seorang ratu Inggris di The Queen, beliau ternyata sudah jauh malang melintang dan mencicipi berbagai peran seperti sebagai selirnya Peter O'Toole, menjadi Elizabeth III dan menjadi seorang 'model' untuk kalennder tahunan kampungnya. Peran terakhir inilah yang saya coba telisik di film Calendar Girls. Memang film ini bertajuk komedi situasi, namun banyak hal positif lain yang bisa kita ambil setelah menontonnya. Dan Helen Mirren sebagai bintang utamanya memang telah bermain dengan baik. Okelah, bukan yang terbaik darinya, bahkan jika dibandingkan dengan perannya di The Queen terasa kebanting. At least, di sini ia diberi kesempatan untuk mengeksplorasi sisi humoris yang kental dengan aksen Britania-nya.
Ceritanya begini: Segerombolan wanita berumur di sebuah kota kecil mencoba menjadi model kalender guna untuk mendalang dana. Latar belakang kematian dari seorang penting semakin mengukuhkan mereka untuk bersikeras sekuat mungkin agar proyek terlaksana dengan lancar. Walaupun awal mulanya masih ada beberapa orang yang buang muka dengan mereka dan sempat disalah-artikan, ternyata lambat laun cukup menyita perhatian masyarakat dunia, terutama Hollywood dan menjadikan mereka bintang sekejap mata.
Jujur saja, saya sungguh menikmati jalinan komedi yang ada di film ini. Bukan karena para pemainnya tampil konyol serta mengumbar adegan seks vulgar, tapi seperti yang saya katakan sebelumnya kalau humorik yang ada di film ini muncul karena situasinya yang mengharuskan lucu. Tidak ada keterpaksaan ketawa maupun kebingungan mencerna unrus joking-nya. Bahkan untuk adegan sekelibat pun ada secuil humor walau tidak menambah kadar kualitasnya. Patut dihargai adalah bagaimana kekuatan tangan yang scriptwriter-nya yang sudah berhasil membuat ceritanya jalan lebih santai namun juga berisi.
Kelengkapan akting adalah jantung untuk film ini yang memang sangat vital. Pesona memukau dari seorang Helen Mirren dan Julie Walters memang menjadi tombak bagaimana mereka bisa mendeklarasikan apa maksud sang sutradara memakai mereka. Bahkan Dame Mirren didapuk nominasi aktris terbaik genre musikal/komedi di Golden Globe Award. Jika saja, film 'renta' ini tidak dimainkan oleh aktor yang mumpuni, ya sudah, alamat bobrok mungkin saja diterima oleh Calendar Girls.
Calendar Girls selain memfokuskan pada pembuatan sebuah almanak tahunan juga menjelaskan tentang konflik internal yang mendera para tokoh wanitanya. Seperti kepedihan ditinggal suami, perselingkuhan, kesalahpahaman, gejolak terhadap lingkungan dan norma serta beberapa ada yang merasa risih dengan kondisi fisik. Celetukan yang paling saya ingat mungkin: 'saya 55 tahun, kapan lagi saya bisa menunjukkan tubuhku'. Kira-kira begitu. Tapi, di sinilah letak kelemahan film ini. Cerita yang terbilang unik bin aneh ini malah harus dirusak oleh terlalu dimudahkannya mereka menyelesaikan masalah. Kehidupan mereka seperti berat sesaat-indah selamanya, saya maksud dengan berbagai keadaan pelik yang menimpa mereka, tak satupun dari mereka yang sungguh menyesal akan terjadinya masalah itu. Yah, sutradaranya cari aman dan semuanya terasa dieksekusi secara cepat dan tidak matang.
Calendar Girls sekilas memang bukan suguhan komedi yang mengocok perut layaknya Be Kind Rewind ataupun A Fish Called Wanda, namun moral lesson yang ingin disampaikan cukup kuat. Mungkin film ini ingin memberitahu kita jika tidak terlalu memaksakan kehendak, tapi di sisi lain jika kita terus berusaha pasti ada saja jalannya. Ambiguitas yang tidak sulit untuk diikuti. Satu hal lagi, mungkin parade ibu-ibu telanjang di sini tidak seksi tapi cukup diapresiasikan keberanian mereka untuk peran menantang itu. Happy watching!
by : Aditya Saputra
Cast : Helen Mirren, Julie Walters, Linda Bassette, Annette Crosbie
Rate : 3/5
Sebelum Helem Mirren memegang senjata laras api di Red maupun menjadi seorang ratu Inggris di The Queen, beliau ternyata sudah jauh malang melintang dan mencicipi berbagai peran seperti sebagai selirnya Peter O'Toole, menjadi Elizabeth III dan menjadi seorang 'model' untuk kalennder tahunan kampungnya. Peran terakhir inilah yang saya coba telisik di film Calendar Girls. Memang film ini bertajuk komedi situasi, namun banyak hal positif lain yang bisa kita ambil setelah menontonnya. Dan Helen Mirren sebagai bintang utamanya memang telah bermain dengan baik. Okelah, bukan yang terbaik darinya, bahkan jika dibandingkan dengan perannya di The Queen terasa kebanting. At least, di sini ia diberi kesempatan untuk mengeksplorasi sisi humoris yang kental dengan aksen Britania-nya.
Ceritanya begini: Segerombolan wanita berumur di sebuah kota kecil mencoba menjadi model kalender guna untuk mendalang dana. Latar belakang kematian dari seorang penting semakin mengukuhkan mereka untuk bersikeras sekuat mungkin agar proyek terlaksana dengan lancar. Walaupun awal mulanya masih ada beberapa orang yang buang muka dengan mereka dan sempat disalah-artikan, ternyata lambat laun cukup menyita perhatian masyarakat dunia, terutama Hollywood dan menjadikan mereka bintang sekejap mata.
Jujur saja, saya sungguh menikmati jalinan komedi yang ada di film ini. Bukan karena para pemainnya tampil konyol serta mengumbar adegan seks vulgar, tapi seperti yang saya katakan sebelumnya kalau humorik yang ada di film ini muncul karena situasinya yang mengharuskan lucu. Tidak ada keterpaksaan ketawa maupun kebingungan mencerna unrus joking-nya. Bahkan untuk adegan sekelibat pun ada secuil humor walau tidak menambah kadar kualitasnya. Patut dihargai adalah bagaimana kekuatan tangan yang scriptwriter-nya yang sudah berhasil membuat ceritanya jalan lebih santai namun juga berisi.
Kelengkapan akting adalah jantung untuk film ini yang memang sangat vital. Pesona memukau dari seorang Helen Mirren dan Julie Walters memang menjadi tombak bagaimana mereka bisa mendeklarasikan apa maksud sang sutradara memakai mereka. Bahkan Dame Mirren didapuk nominasi aktris terbaik genre musikal/komedi di Golden Globe Award. Jika saja, film 'renta' ini tidak dimainkan oleh aktor yang mumpuni, ya sudah, alamat bobrok mungkin saja diterima oleh Calendar Girls.
Calendar Girls selain memfokuskan pada pembuatan sebuah almanak tahunan juga menjelaskan tentang konflik internal yang mendera para tokoh wanitanya. Seperti kepedihan ditinggal suami, perselingkuhan, kesalahpahaman, gejolak terhadap lingkungan dan norma serta beberapa ada yang merasa risih dengan kondisi fisik. Celetukan yang paling saya ingat mungkin: 'saya 55 tahun, kapan lagi saya bisa menunjukkan tubuhku'. Kira-kira begitu. Tapi, di sinilah letak kelemahan film ini. Cerita yang terbilang unik bin aneh ini malah harus dirusak oleh terlalu dimudahkannya mereka menyelesaikan masalah. Kehidupan mereka seperti berat sesaat-indah selamanya, saya maksud dengan berbagai keadaan pelik yang menimpa mereka, tak satupun dari mereka yang sungguh menyesal akan terjadinya masalah itu. Yah, sutradaranya cari aman dan semuanya terasa dieksekusi secara cepat dan tidak matang.
Calendar Girls sekilas memang bukan suguhan komedi yang mengocok perut layaknya Be Kind Rewind ataupun A Fish Called Wanda, namun moral lesson yang ingin disampaikan cukup kuat. Mungkin film ini ingin memberitahu kita jika tidak terlalu memaksakan kehendak, tapi di sisi lain jika kita terus berusaha pasti ada saja jalannya. Ambiguitas yang tidak sulit untuk diikuti. Satu hal lagi, mungkin parade ibu-ibu telanjang di sini tidak seksi tapi cukup diapresiasikan keberanian mereka untuk peran menantang itu. Happy watching!
by : Aditya Saputra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar