Selasa, 15 Juni 2010

10 aktor dengan peran biopik terbaik periode 2000-2009

Niat awal menulis artikel ini sebenarnya sudah ada sejak awal tahun 2010. Dikarenakan terlalu banyak film biopik yang belum saya tonton, jadi artikel ini saya rekap dari semua film yang telah saya konsumsi. Maka, artikel ini hanya bersifat objektif, dan tidak bermaksud untuk menjadi acuan.

Film biopik sendiri bagi saya adalah sebuah medium film yang menceritakan secara singkat dan detail tentang seorang tokoh dunia. Mulai dari industri musik, perfilman, serta dunia entertainment yang lain. Rata-rata film biopik berisi agak kelam dan lama. Itu digunakan agar terlihat lebih mendetail dan bisa merangkum sepak terjang si tokoh dalam waktu singkat. Kadang, film biopik dirajakan di festival-festival dunia. Tapi ada juga yang gagal. Gagal di sini disebabkan oleh banyak hal. Mulai dari keaslian cerita si tokoh dengan kehidupannya, serta sisi akting yang dirasa sangat memagang peran kunci. Oleh sebab itu, perjuangan sang sutradara sangat harus dikeluarkan untuk mencapai hasil yang maksimal.

Terlebih itu semua, di sini saya ingin berpendapat dan mengancungkan jempol kepada 10 aktor terbaik pilihan saya. Melihat perubahan total yang mereka lakukan demi sebuah peran, sudah pasti saya akan mengapresiasikannya lewat sebuah tulisan. Antusiasme mereka dalam menghidupkan para tokoh dunia layak dijunjung setinggi langit. Sangat sulit memilah dan memilih kesepuluh aktor berikut. Sehingga dengan berat hati saya harus mencoret aktor-aktor berkualitas dari daftar tulisan saya. Seperti misalnya Bob Dylan versi Cate Blanchett, Kinsey versi Liam Neeson, Will Smith dengan Ali nya, hingga Meryl Streep di Julie & Julia. Dan, inilah mereka.

1. Sean Penn sebagai Harvey Milk di Milk (2008)



Seperti yang kita ketahui, Harvey Milk adalah tokoh perjuangan kaum gay yang mencoba mengubah nasib dengan cara masuk parlemen. Di film ini juga diceritakan secara singkat kehidupan cinta seorang Milk. Tanpa bergema secara kuat, Sean Penn yang memang aktor kelas A sanggup merubah image begadulannya menjadi sosok yang imut, lemah gemulai serta kuat dalam satu sisi. Gestur tubuh hingga air muka ia tunjukkan dalam penghidupan karakter Harvey Milk. Bahkan sah-sah saja jika patung paman Oscar kembali direbutnya.

2. Jamie Foxx sebagai Ray Charles di Ray (2004)



Dengan figur seorang musisi tuna netra, Ray Charles boleh saja menjadi agung di mata pemujanya. Tapi, dengan tampilan yang sangat meyakinkan dari seorang Jamie Foxx, seorang tenar semacam Ray bisa hidup kembali. Dengan tampolan make-up serta gerak akting yang apik, Ray Charles memang seperti re-inkarnasi lewat raga Foxx. Musikalitas yang memang sudah mengental di darah Jamie, semakin menyempurnakan tugas mengemban raga si pianis ini. Lagi-lagi, peran di film biopik kembali menoreh Oscar.

3. Marion Cotillard sebagai Edith Piaf di La môme (2007)



Penyanyi kawakan Perancis yang hidup di jaman Perang Dunia I, Edith Piaf kembali hidup pada tahun 2007 kemarin lewat pesona Marion Cotillard, aktris yang kelak menjadi pasangan Johnny Depp di Public Enemies. Marion bermain pada masa Piaf remaja hingga mendekati kematian. Lewat ini, Cotillard menyalurkan semua kemampuannya untuk menjadi seorang Edith. LIhat penampilannya berjalan di panggung, bernyanyi hingga ekspresi kesal, bahagia dan genit ia tampilkan. Membius semua mata yang menontonnya, dan menghipnotis agar tak tahu jika Piaf di sana adalah Marion. Sukses besar, hingga piala Oscar dibawa pulang.

4. Forest Whitaker sebagai Idi Amin di The Last King of Scotland (2006)



Seorang presiden otoriter pada jamannya, Idi Amin berlaku baik pada mulanya. Bahkan rakyat Uganda percaya penuh jika Idi Amin sosok pemimpin yang mulia. Naasnya, dengan berjalannya waktu Amin menjadi berang, bengis dan biadab. Aktor yang mampu menggerakkan si Idi dengan sangat meyakinkan ialah Forest Whitaker. Aktor yang dulunya jarang mendapat perhatian dan peran utama, tiba-tiba menggelegar dengan 'kekejaman' akting lewat film ini. Tensi yang menaik sepanjang film, disokong juga oleh pesona Forest yang hebat. Sangat riskan jika peran ini jatuh ke tangan kulit hitam lainnya, sekalipun Morgan Freeman atau samuel L. Jackson. Whitaker, you got an Oscar!

5. Phillip Seymour-Hoffman sebagai Truman Capote di Capote (2005)



Seorang penegak keadilan semisal Truman Capote memang agak aneh sebelumnya jika seorang slenge'an yang memerankannya. Tapi, Hoffman membuktikan jika ia mampu memainkan segala peran. Peran gay sekalipun. Dia tidak main-main dalam menerjemahkan figur Truman Capote dengan hampir sempurna. Layaknya Sean Penn, body language Phillip memang dipertaruhkan lewat peran emosional ini. Lantas saja, dengan keberhasilannya, Hoffman diangkat menajadi aktor serba-bisa di kalangan Hollywood. Sekali lagi, peran biopik menganugerahi sebuah Oscar.

6. Russell Crowe sebagai John Nash di A Beautiful Mind (2001)



Ron Howard membuat film ini dengan begitu indah tanpa harus melenceng dari kehidupan sang tokoh. Esensialitas dari sepak terjang John Nash berhasil ditangkap dengan sangat baik oleh Howard. Terlebih lagi Russell Crowe yang memainkannya, mulai dari kehidupan remaja hingga harus menderita schizophrenia, Crowe sukses membawakannya dengan sangat gemulai. Meski Oscar harus memberi pialanya kepada Denzel Washington, setidaknya paila Globe Emas masih bisa dibawa pulang.

7. Joaquin Phoenix sebagai John Cash di Walk the Line (2005)



Penyanyi musik country kondang, Johnny Cash, mengadu nasib lewat film keluaran 2005 oleh si Commodus di Gladiator. Joaquin Phoenix dengan antusiasme tinggi menjalani sosok Cash dengan sangat berjiwa. Terlebih lagi saat ia harus berakting bernyanti. Saya yang tak kenal Cash sebelumnya, mau tak mau harus enjoy menikmati lantunan musik khas Cash. Dibarengi akting Reese Whiterspoon yang ciamik, Walk the Line menjadi ajang pembuktian bagi Phoenix sebagai aktor serba-bisa. Globe di tangan, walaupun Oscar disabet oleh Phillip Seymour-Hoffman.

8. Leonardo DiCaprio sebagai Howard Hughes di The Aviator (2004)



Siapa yang bisa memerankan pesohor tengil, playboy, tampan sekaligus kaya raya lewat sebuah film? Mungkin hanya DiCaprio yang sanggup. Pertumbuhan akting yang mumpuni sejak Gangs of New York, memudahkan Leo dengan luwes memasuki alam Howard Hughes. Apalagi pada masa Howard mengalami suatu penyakit sosialisasi. Sekuens itu, banyak yang memuja perjuangan Leo di film besutan Martin Scorsese tresebut. Cate Blanchett yang menawan semakin membantu pergolakan batin Howard lewat DiCaprio. Ringkasnya, ini salah satu penampilan terbaik Leonardo di mata saya. Cukup Golden Globe, tanpa Oscar.

9. Cate Blanchett sebagai Queen Elizabeth I di Elizabeth : The Golden Age (2007)



Aktris mega-talenta ini memang telah terbukti sukses memerankan karakter apapun. Namun, lewat film ini ia mengukuhkan bahwa wanita Australia sanggup menjadi seorang ratu berkebangsaan Inggris. Aura british-nya sangat kental ditambah geak aktingnya yang menawan. Megalomia Aussie-British performance. Di tangan Cate, Queen Elizabeth terlihat lebih agung dan megah plus tampolan bedak yang pas menutupi wajah kecutnya. Sayanya, dua kali dinominasikan Oscar, 2 kali pula harus gagal. Satu direbut oleh Gwyneth Paltrow yang tak diunggulkan, satu lagi memang harus mengakui kehebatan Marion Cotillard.

10. Johnny Depp sebagai J.M. Barrie di Finding Neverland (2004)



Anda pasti mengenal Peter Pan bukan? Nah, pengarang Peter Pan ini dibuat biopiknya oleh Marc Forster dengan Johnny Depp dan Kate Winslet sebagai wayangnya. Permainan akting Depp di sini bisa dibilang yang terbaik sepanjang karirnya. Ia tidak serta merta didandan sedemikian unik. Tetapi, di film ini Depp benar-benar mengeluarkan aura seorang tokoh termahsyur. Bukti dan pencapaian yang sangat gemilang. Ekspresionis dari peran Jack Sparrow-nya. Dengan sumbangsihnya, Finding Neverland bolehlah menjadi film termanis dan terindah keluaran tahun 2004.


Itulah kesepuluh aktor dengan peran biopik terbaik di mata saya. Memang agak membingungkan mengapa sosok Helen Mirren di The Queen bisa terlewat. Nyatanya, Helen di situ tidak membuat saya berpikir jika seorang ratu begitulah kehidupannya. Manalagi saya harus menyingkirkan Morgan Freeman sebagai Nelson Mandela di list saya. Aktingnya bagus, tapi sayangnya penampilan kesepuluh bintang di atas memang di atas segalanya.


Sekali lagi, artikel ini hanya keluar dari sudut pandang saya sendiri. Tanpa ada maksud rasialis atau unsur fans, tulisan ini pure bentuk kepusaan atas performa kesepuluh aktor tersebut.

Film adalah satu-satunya media penyampaian pesan dan penokohan yang paling terperinci hingga keabsahan sebuah cerita sering kali mudah ditransfer. Lanjut ke sisi akting, tak jaang aktor yang memerankannya berhasi menggaet perhargaan dari ajang-ajang film dunia. Great!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar