Director : Upi
Cast : Tika Panggabean, Indy Barends, Aida Nurmala, Sarah Sechan, Cut Mini, Lukman Sardi, Revalina S. Temat, Niniek L. Karim, Shanty, Irfan Hakim, Edo Kondologit
Rate : 2,5/5
Me-review sebuah film Indonesia kadang kala bikin jengkel. Di satu sisi, jika film tersebut buruk, me-review-nya menjadi sangat membosankan dan waste my time. Tapi di sisi lain, saya juga harus menghormati dan menghargai sebuah karya anak nergeri sendiri. Jika bukan orang-orang pemuja film, lantas siapa lagi yang akan memajukan idustri perfilman Indonesia? Tapi saya tidak sepicik itu. Dan beruntunglah Red Cobex muncul di kala saya siap sedia di beberapa hal. Saya meonton Red Cobex ini setelah jantung saya dibuat melemah setelah Toy Story 3. Jadi, sebelumnya saya tidak berekspektasi yang gimana-gimana. Dengan begitu, sekalipun filmnya akan jatuh gagal tetap saya akan menerimanya dengan tangan terbuka. Itu tadi, karena saya tidak berpikiran film ini akan hebat. Titik.
Dengan amunisi para wanita sadis plus satu anak muda, geng Red Cobex menjadi yang terkuat di masyarakat. Mereka adalah Mama Ana dan anaknya Yopihe yang orang Ambon, Tante Lisa domisili Manado, Yu Halimah (Tegal), Bok Bariah (Madura) dan Cik Memey (keturunan Cina). Mereka ini sebenarnya berniat mulia. Memberantas kemaksiatan dan kejahatan yang sedang merajalela di lingkunan sosialitas sekitar. Sayangnya, kerja keras mereka ini diartikan lain oleh warga sekitar yang menganggap mereka super duper menakutkan dan hakim di tempat.
Setelah si Yophie bebas dan hidup menumpang di rumah temannya yang sedang ada intrik dengan sang istri, hidup Yophie semakin semerawut. Untunglah ia segera bertemu dengan seorang wanita dan akhirnya mendapatkan pekerjaan. Sebenarnya intrik film ini sudah ada sejak filmnya mulai. Sayangnya itu ditampilkan secara bertele-tele dan seakan dipaksakan. Banyak adegan yang juga terasa hambar dan rapuh dalam segi dialog. Joke yang dilontarkan kadang kurang mengena, hanya pas bagian-bagian akhir yang cukup menggigit. Upi seakan kehilangan arah dalam menyiasati kedangkalan skrip. Hingga kedodoran di sana sini semakin tak terelakkan.
Untuk urusan pemain, para anggota Red Cobex sukses menerjemahkan dengan cukup baik. Terlebih dari seorang tika Panggabean yang benar-benar berubah 180 derajat menjadi seorang wanita perkasa. Tapi yang menjadi scene-stealer adalah Shanty. Kemunculan Shanty di setiap adegannya sangat mengocok perut dan tidak terasa berlebihan. Sepertinya Shanty menemukan lahan baru jika kelak jalur musik tidak mendukungnya lagi. Permainan aktingnya semakin terasah dari film ke film. Indonesia telah menemukan permata terpendamnya di jagad perfilman dalam negeri. Lukman Sardi, Revalina S. Temat, Irfan Hakim dan Edo Kondologit bermain sangat sederhana.
Satu hal yang bisa dipetik dari film ini adalah ditekankannya semboyan Indonesia : Bhinneka Tunggal Ika. Seperti yang kita tahu, personil Red Cobex berasal dari berbagai suku tapi mereka saling mengerti bahasa satu sama lain. Sehingga mencerminkan bahwa perbedaan itu unik dan tidak ada apa-apanya jika kita tetap menjaga keharmonisan satu sama lain. Untunglah pesan itu sangat mengental di film hampir gagal ini. Selamat menonton!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar