Senin, 14 Juni 2010

Babel (2006)

Director : Alejandro Gonzales Innaritu
Cast : Brad Pitt, Cate Blanchett, Adriana Barazza, Rinko Kikuchi, Gael Garcia Bernal
Rate : 5/5

Mengamati film dengan isu global yang sangat gamblang memang dibutuhkan sedikit konsentrasi dan renungan. Renungan di sini dimaksudkan agak si penikmat tidak sekedar menonton tapi juga meresapi apa sari pati yang terserap dari sebuah film. Babel, adalah contoh mutlak bagaimana sebuah film yang sukses memproklamirkan pesan dan tujuan sang sutradara melalui petikan singkat kurang dari 3 jam. Babel muncul di tahun 2006 yang semula diisi dengan gegap gempita The Departed, visual perang berkualitas dari Clint Eastwood, serta disfunctional familiy di Little Miss Sunshine. Lebih hebat lagi, dari seluruh nominator Best Picture sepanjang karir Oscar, hanya Babel yang saya berani menorehkan nilai sempurna. 5 bintang dari 5, atau ponten 10 dari 10.

Brad Pitt adalah seorang suami dari Cate Blanchett, yang melakukan tur ke daerah Timur Tengah. Tak disangka, kejadian yang dilakukan oleh penduduk lokal merubah hidup mereka berdua. Penduduk lokal itu adalah seorang bocah penggembala yang memperoleh senjata mematikan dari ayahnya. Ia dan kakaknya semula tak berpikir jika hal iseng itu berakibat fatal. Bahkan dengan segala kecemasan, mereka malah sanggup berbohong guna menyelamatkan hidup mereka sendiri. Benang merah film ini mengaitkan empat cerita yang berdiri sendiri menjadi sebuah rangkaian paralel secara utuh.

Ayah si penggembala mendapatkan senapan dari seorang pemburu berkebangsaan Jepang. Pemburu ini mempunyai anak perempuan. Sedihnya, anak perempuan ini mengidap penyakit tuli yang menyebabkan ia susah berkomunikasi di kota tersebut. Ditambah kematian ibunya, lantas kehidupannya di kota metropolis itu dianggap sebagai hantaman yang paling berat.Bagian lainnya, seorang pengasuh terpaksa membawa anak asuhannya ke negaranya untuk menghadiri pernikahan anak tercintanya. Kedua bocah ini tak lain adalah anak Pitt-Blanchett. Di tengah perjalan pulang, lagi-lagi masalah komunikasi mengakibatkan tokoh film ini menerima ganjaran hebat.

Melihat klimaks film ini, saya berani bilang : tanpa efek dan baku hantam yang mebabi buta, film ini sanggup menuangkan klimaks high-tense. Pergolakkan bati dari seluruh karakter inti di film ini menjadi kunci mati bagaimana film ini sangat menawan. Melihat setiap permasalahan yang rasanya lebih baik bunuh diri itu, sang sutradara dengan jeli membelokkan pemikiran itu. Bunuh diri adalah bukan jalan terbaik! Sutradara Innaritu sekali lagi membuktikan bahwa film antologi bisa menjadi alternatif dalam menyampaikan pesan moral. Sejak sukses dengan Amores Perros dan 21 Grams nya, melalui Babel, Alejandro Gonzales Innaritu semakin memantapakan eksistensi di dunia perfilman Hollywood, bahkan dunia. Kepiawaiannya mampu membuat aktor-aktornya bermain dengan sangat gemilang. Ditambah lagi buah pena Arriaga yang sangat brilian, menghidupkan konjugasi komunikasi dengan latar manusia sebagai korbannya. Super salute, saya sematkan kepada Santaolalla. Berkat iringan musiknya, film ini jelas lebih berjiwa dan dalam.

Menyaksikan Brad Pitt sebagai suami yang melihat istrinya menderita, saya jadi berpikir. Inilah peran yang paling mulia yang pernah ia lakukan selain di Seven Yeras in Tibet. Performa aktingnya sangat memperngaruhi bagian cerita yang ada dia di dalamnya. Cate Blanchett tak kalah hebat. Hanya dengan meraung kesakitan, kita seolah diajak merasakan kepedihan Babel ini. Acungan jempol lagi buat Adriana Barazza dan Rinko Kikuchi yang dengan apiknya merubah image tokoh menjadi sangat di-iba-kan. Tak salah, jika karena kerja keras itu, mereka diberi penghormatan berupa nominasi Best Supporting Actress oleh juri Oscar. Sangat jarang melihat film dengan ensemble cast begini. Sangat sukar mencari kesalahan film ini. Saat hendak merasakan miss apa yang saya cari, tiba-tiba saja adegan iris nadi muncul. Makanya, saya tidak takut menyatakan film ini sebagai film terbaik sepanjang masa versi saya.

Film ini telah merubah pola pikir saya akan sebuah pentingnya komunikasi. Mengupas ke bagian paling dalam bagaiman tutur kata bijak sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia. Serta kesinambungan antar manusia itu sendiri. Rasialisme yang masih menjadi PR penting sekarang ini, perlahan tapi pasti menjadi sebuah propaganda penting dalam menghancurkan kerukunan. Oleh sebab itu, film ini menyetir penontonnya bagaimana jika komunikasi yang tak benar, bisa saja menjadi peluru buat kita yang tak paham.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar