Director : Jorge Blanco
Voice-over : Dwayne Johnson, Sean William Scott, Jessica Biel, Justin Long, Gary Oldman, John Cleese
Rate : 2,5/5
Apa jadinya jika sebuah planet berpenghuni alien didatangi manusia? Lalu manusia itu dianggap sebagai alien oleh para alien itu. Anda bingung? Tapi itulah gambaran singkat tentang apa yang akan dipertontonkan sutradaranya lewat Planet 51. Mencomot pendekatan film bertema serupa (tapi idenya bisa dibilang sedikit orisinil), tapi Planet 51 malah lebih 'aman'. Mungkin karena tujuan awal film ini memang bersifat animasi yang mampu menyenangkan segala pihak.
Struktur tokoh hijau di film ini saya nilai sedikit menyerempet ke saga Shrek. Mereka layaknya kaum oger, tak akan menggangu orang lain, tapi jangan sekali-sekali mengganggu ketentraman hidupnya. Terlihat ketika si manusia tadi menginjakkan ke wilayah mereka tercinta. Bak kerasukan setan, para tetua planet hijau ini beringasan untuk segera melenyapkannya. Planet 51 saya nilai juga serupa seperti Wall-E, yang terbayang kuat oleh tokoh robot Roover. Tampilan, gerak-gerik serta kebiasaan aneh yang sangat Wall-E. Mungkin tidak 100% persen mirip, tapi keberadaanya jadi tidak begitu menggemaskan. Mungkin itu hanya perasaan saya, tapi serius, sedikit plagiatisme (apalagi di dunia animasi) sangat sungguh keterlaluan.
Parodi beberapa film terkenal cukup sukses disentuh. Seperti adegan bermain di bawah hujan yang serupa tak sama Singin' in the Rain. Cukup menggelitik, dan sedikit membuat tersenyum. Tapi sayang sekali, momentum tadi tidak disisipi joke-joke yang bergizi. Seperti kurang vitamin, lelucon yang terlontar cuma seadanya. Ada beberapa mungkin yang mengena, tapi tidak sedikit pula yang membuat melongo. Jadi, untuk urusan joking sequences, saya nilai gagal.
Satu lagi yang saya ingin pertegas adalah aspek percintaan yang terasa dipaksakan. Kalo tujuan kreator hanya untuk mempermanis film, hal itu cukup berhasil. Tapi jika hanya menjadi bagian penting film itu sendiri, teritori percintaan tadi terasa menyebalkan, kalau tak boleh dibilang murahan. Sebab, dari sisi ini saya menilai jika tuturan animasinya jadi sedikit melenceng dari genre semua-umur menjadi remaja. Pengisi suara tidak menemukan kendala yang cukup signifikan, kendati agak terganggu juga dengan ketidaksamaan ritme mulut dan dialog.
Tapi sanjungan sedalam-dalamnya saya harus sematkan kepada penata musik yang handal dalam mengarasemen adegan menjadi lebih klimaks. Mulai dari opening dengan lagu Lollypop-nya, hingga penghujung film yang dipenuhi dengan score penuh semangat, mengacu tensi dan memperkuat adegan itu sendiri. Kekaguman saya juga termasuk keunikan negara alien itu sendiri. Jika Anda menontonnya langsung, pasti tau apa saja unique things tersebut.
Planet 51, sebuah animasi yang masih tertempel kesan 'meniru' tapi juga diramu sekenanya. Mungkin hal positif lain yang bisa diperas dari film ini adalah bagaimana film ini mengajarkan untuk tidak terlalu cepat mengambil tindakan. Apalagi tindakan bodoh, dan condong mencelakai banyak orang. Berfikirlah sehat, cerna apa yang sedang terjadi, tumpahkan dalam bentuk keterpujian, kasih sayang, dan sikap keprihatinan sesama.
Om Adit, beringsakan sama menyebalakan itu apa ya?
BalasHapushahaha, bahaso dari mano itu tu Dit? :-P
Komenta yang sangat detail, tajam dan lugas. ^ ^
BalasHapus