Rabu, 25 Agustus 2010

Shutter Island (2010)

Director : Martin Scorsese
Cast : Leonardo DiCaprio, Mark Ruffalo, Ben Kingsley, Michelle Williams, Max von Sydow, Patricia Clarkson, Jackie Earle Haley
Rate : 4/5


Luar biasa bagusnya. Struktur narasi, cerita, atmosfer yang melingkari seting serta pendewasaan karakter setiap pemainnya menjadi kartu truf bagaimana Shutter Island menjadi sebuah karya yang tak akan lekang dimakan jaman hingga bertahun-tahun ke depan. Martin Scorsese membawa produksinya ini ke arah yang lebih lembab, dalam artian ditemaram kemerindingan tubuh dengan bantuan efek hujan dan terselubung oleh laut lepas pantai. Dan ternyata, bantuan alamiah tadi cukup memberikan kesan mencekam yang mendalam serta memiliki makna kuat di ceritanya sendiri. Scorsese memang tidak membungkus Shutter Island untuk konsumsi para juri festival film dunia, tapi Shutter Island berhasil menorehkan sepak terjang sebagai film yang sanggup menyiram dahaga moviegoer yang haus akan feature bermutu. Khususnya penikmat karya-karya kakek berumur 68 tahun ini.

Premisnya khas novelis Dennis Lehane, yaitu memprosa drama pelik di tengah kepongahan hidup manusa yang seperti ia lukiskan lewat Mystic River maupun Gone Baby Gone dulu. Tetapi, yang berjuang keras membuat Shutter Island yang menjadi lebih hdup adalah gubahan naskah dari Laeta Kalogridis yang mampu mengangkat novelnya menjadi sebuah skrip panjang. Penokohan yang tdak sia-sia, serta beberapa plot sampingan yang dikerjakan dengan sangat brilian. Dialog per dialog tulisannya sedikit banyak mengembangkan semangat aktor untuk berekspresi lebih natural. Scorsese juga meminta bantuan Robert Richardson untuk mengemban tugas dalam pengarahan kamera. Upaya Martin tidak sia-sia, sinematografer pemenang Oscar ini mengoperasikan kameranya mem-frame tiap sudut pulau menjadi mampu berbicara. Kelabu pekat yang dipakai mencerminkan kebatinan tokoh sentralnya sendiri. Dari segi make-up, pengkomposisian musik serta set dekorasi meliputi direksi seni juga memberikan nyawa tersendiri terhadap filmnya.

Scorsese memang mencomot beberapa unsur lawas dalam karya terbarunya ini. Unsur noir dan klasik sekilas terlihat di beberapa bagian. Scorsese mengeksekusi naskah tadi menjadi pendekatan yang lebih menghentak. Ending-nya jauh dari kesan twist murahan. Malah yang ada, kejutan-kejutannya memang diperuntukkan bagi penonton yang sudah merasa lelah duluan akan durasi yang lebar. Itulah, kenapa saya sebut pendewasaan karakter di film ini berhasil ditekankan dengan sangat baik. Bahkan tidak sekedar mendompleng surprise factor dari novelnya sendiri.

Kolaborasi kesekiannya dengan Leonardo DiCaprio patut diangkatkan topi. Leo mencurahkan segenap sinerji aktingnya dengan kerutan dahi, cibiran bibir, serta muka pucat. Jika semua hal itu ada, berarti ia telah bermain dengan sangat baik. Perhatikan saja pesonanya di The Departed, Blood Diamond, The Aviator, atau bahkan What's Eating Gilbert Grape?. Leo tidak mungkin bermain sendrian. Oleh sebab itu, pengkontrakan aktor berbobot semisal Mark Ruffalo, Michelle Williams, Ben Kingsley serta Jackie Earle Haley terbukti tidak mubasir. Semua cast bekerja sama meberikan daya tarik terbaik mereka.

Shutter Island memang bukan Raging Bull, Goodfellas, Taxi Driver ataupun karya memuaskan Scorsese lainnya. Tapi Shutter Island cukup memperpanjang filmografi Scorsese dan kru yang terlibat dalam penggolongan ke kategori luar biasa. Dan sebagai penutup, saya sangat merekomendasikan film yang karakter Leo di sini hampir sama dengan karakter Leo di Inception ini, jika tak mau dibilang mirip.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar