Bagi saya, membahas segala sesuatu yang berhubungan dengan film memang terasa menyenangkan. Di luar keamatiran saya, menilai sebuah film memiliki kepuasan tersendiri dari apa yang telah kita tonton dan share dalam bentuk tulisan di debat kusir ataupun bentuk diskusi yang lain. Sejatinya, setiap tahunnya pasti ada saja film-film bagus maupun jelek yang mengisi bumi dan layar putih setiap bioskop. Itu tak terlepas dari kondisi film yang bisa menghantarkan pesan yang universal tanpa harus melepaskan sisi hiburan.
Dengan tujuan sebagai penikmat, sekaligus pengomentar (yang amatiran tadi), saya bermaksud dan iseng-iseng membuat rekap 25 film terbaik versi saya. Tentu saja, keseluruhan film ini merupakan film yang sudah saya tonton interval tahun 2000-2009. Jujur saja, ini bukan perkara mudah apalagi harus mempersempit ratusan film berkualitas menjadi selawe butir saja. Dan patokan film yang saya tulis memang tak lepas dari keunggulan film itu sendiri di mata saya. Mulai dari segi cerita, akting, teknis serta penyampaian yang berbeda saat menyerap sari patinya.
Hanya menegaskan saja, list-list berikut hanya berupa tulisan dan tidak bermaksud provokasi apalagi merasa sok hebat. Hanya dua kegemaran saya (selain tidur) yang berkesinambungan satu sama lain. Dan, urutan nomor hanya bersifat random dan sewaktu-waktu bisa berubah.
1. Babel (2006)
Country : USA
Director : Alejandro Gonzales Innaritu
Tak ada yang perlu dikomentari untuk film ini. Pelampiasan moral akan sulitnya berkomunikasi memang diperlihatkan dengan sangat getir dan menyentuh. Tidak ada film berdurasi 2 jam lebih semenarik ini. Bahkan kalau boleh menelaah, kesenjangan yang ada di film ini masih saja berlaku sampai sekarang dan itu nyata. Innaritu memoles film ini tidak semenjana dan kuat dari segi karakter hingga menyisakan sebuah kepahitan yang tak terduga.
2. Persepolis (2007)
Country : France
Director : Vincent Paronnoud dan Marjane Satrapi
Animasi yang sedia kala konsumsi 13 tahun ke atas. Dengan edarnya Persepolis, idiom tadi terasa hambar. Dengan tingkat rating yang dewasa serta format animasi yang jauh dari kesan mewah, Persepolis memang menyuguhkan kandungan cerita yang menusuk. Jika animasi Hollywood mengandalkan kejenakaan, Persepolis hadir dengan keseriusan.
3. Osama (2003)
Country : Afganishtan
Director : Siddiq Barmak
Mungkin inilah film trans-gender yang paling menyentuh. Peralihan status ini memiliki maksud yang masuk diakal. Tema cerita yang orisinil ditambah panorama alam setempat, memang Osama menonjol di banyak aspek. Sentilan yang menusuk bagi negaranya memang sekaligus ditujukan kepada penonton sekalian.
4. Ratatouille (2007)
Country : USA
Director : Brad Bird
Tikus atraktif yang antusias dalam dunia kuliner memang terkesan ganjil dan jorok. Tapi itulah adanya Ratatouille ini. Asosiasi kejam yang dijungkirbalikkan kreatornya dan menjadikan Remy, si tikus tadi, menjadi sosok yang menggemaskan dan panutan dalam mengejar cita-cita. Itulah guna film animasi, ruang lingkup yang terasa aneh bisa dibuat begitu mengesankan. Ratatoiullle kuat dari segi cerita dan tak hanya mendompleng segi animasi yang memukau. Everyone can cook..
5. Crouching Tiger, Hidden Dragon (2000)
Country : Taiwan, Hong Kong
Director : Ang Lee
Lee serta rekan-rekan aktornya telah berhasil membawa penonton dunia ke strata lukisan indah plus martial art yang sedap di mata. Menjadi satu-satunya film yang masuk di nominasi Best Picture dan Best Language Foreign Film di serial tahuan Oscar, CT,HD memang menjelma menjadi patokan film serupa di bidang seni arstektur, sinematografi serta adegan silat yang memukau. Berdiri dengan cerita yang memang solid, film ini juga mampu meraup ratusan juta dolar dari kantong penonton seluruh dunia.
6. Let the Right One In (2007)
Country : Sweden
Director : Thomas Alfredson
Sosok penghisap darah cilik dengan seting dinginnya salju, Let the Right One In memberikan kehangatan dari tema persahabatan ganjil. Tak kuasa menahan haru saat saya menonton film ini. Meski minim dialog, tapi film ini maksim dari aspek keluarbiasaan akting. Tak saya sangka, jika kedua aktor cilik utama bisa bermain begitu lepas. Mengalahi para seniornya di saga Twilight. Saya sukup sekali menonton ini, tapi adegan per adegan mungkin akan masih diingat sampai kapanpun. Saya rasa, Anda pun begitu. Tidak usah heran jika film ini akan disadur oleh Hollywood.
7. Brodre (2004)
Country : Denmark
Director : Susanne Bier
Film dari benua putih yang juga telah diterjemahkan ke bahasa Inggris dengan dekeng seorang Jim Sheridan, yang ternyata tak mampu mengalahkan kedigdayaan cerita orisinilnya. Brodre jelas lebih prima dari berbagai aspek, di luar kurang terkenalnya pemain utama. Perselingkuhan berlatang perang memang dieksekusi dengan begitu hidup. Sangat manusiawi jika kita melihat setipa tooh di film ini. Terlepas dari ketidaksempurnaan manusia, topik yang diangkat memang mengerikan dan menyisakan kepahitan bagi sang anak tokoh.
8. Cache (2005)
Country : France
Director : Michael Haneke
Dengan cerita sedikit thriller, Hidden (judul internasionalnya) menggambarkan pesona manusia kala lupa akan hidup dan kepentingan pribadi. Penyelewengan moralitas dibangun oleh Haneke secara meyakinkan. Diperkuat dengan akting matang Juliette Binoche serta Daniel Auteuil, penonton diajak berkelana dalam keheningan pekat yang bisa jadi tak terduga. Asal tau saja, beberapa menit awal film ini sepi dari suara, yang ada hanya sorotan lorong-lorong kota Paris. Nikmatilah film ini saat Anda lagi bimbang dalam kemawasan diri.
9. There Will Be Blood (2007)
Country : USA
Director : Paul Thomas Anderson
Tidak disangka kesunyian kalang minyak bisa dipermak PTA begitu emosionil. Dipenuhi akting luar biasa serta sinematografi yang anggun, Blood memang dikhususkan kepada pemirsa yang butuh film bermutu tinggi dengan sajian yang tidak biasa. Kepongahan manusia dari tokoh Daniel Plainview ditonjolkan begitu menohok. Sokongan Paul Dano dengan peran gandanya, ia bisa menyeimbangi kestabilan performa Lewis. Saksikan ending yang merubah nasib Plainview keseluruhan serta adegan pembunuhan yang hanya-Tuhan-yang-bisa-memaafi itu.
10. Children of Men (2006)
Country : USA
Director : Alfonso Cuaron
Cuaron menggiring kita ke wahana universal tentang gejolak perang serta dampak dari perang itu sendiri. Tidak sedikitpun menonjolkan keheroikan, tokoh utama dipoles sesosialis mungkin. Owen rela melepas tawaran James Bond demi film underrated ini. Kekejaman serta otoritasi oknum serta serdadu perang ditampilkan dengan sangat bengis, tanpa ampun hingga menunju ending yang menyesakkan dada. Palet abu-abu sepanjang film cukup menunjang atmosfer haru-biru film ini sendiri.
11. Freedom Writers (2007)
Country : USA
Director : Richard LaGravenese
Saya memang menyukai film dengan plot keperkasaan yang down-to-earth dari seorang guru. LaGravenese memberi pesan lewat gambar bergerak jika guru adalah makhluk paling punya jiwa di bidang pendidikan. Hilary Swank juga membantu mematangkan naskah dengan bermain sangat gemilang. Banyak adegan memorable yang bisa dikenang berpuluh-puluh tahun kemudian. Mengingat film ini berasal dari kisah nyata, saya harus berani berdalih jika wanita itu sangat berperikemanusiaan. Sebagai guru (amatiran juga), saya sangat ingin suatu saat hidup saya dipenuhi dengan kegembiraan batin meski hanya bergaji minim.
12. Pan's Labyrinth (2006)
Country : Spain
Director : Guillermo del Toro
Film berjudul orisinil El laberinto del fauno ini mematahkan formula film dongeng. Kendati diperanutamai seorang gadis cilik, tampilannya sangat kontras dengan menyuguhkan adegan kejam-membabi-buta yang diarahkan Toro begitu memukau. Sosok monster dunia linear yang liar dari sang gadis semakin membangunkan bulu kuduk. Didukung juga sinematografi yang aduhai, memang kemenangannya atas 3 Oscar di bidang teknis sangat layak dibawa pulang.
13. 12 (2007)
Country : Russia
Director : Nikita Mikhalkov
Sejatinya, film dengan banyak cast akan diatur dengan sempoyongan oleh sang sutradara. Hebatnya, film yang juga terjemahan lain dari 12 Angry Men ini berkutat di seting mini dengan karaterisasi yang beragam. Dari tritori akting juga sangat pas. Walaupun durasi yang terkesan lama, tapi 12 berisi beberapa metafora bagi sifat manusia secara gamblang. Proses voting hingga kuorum hasil dilakukan dengan pelbagai cara dan unik. Tidak ada tokoh jahat maupun baik, kedua belas juri ini berdiri sendiri lengkap dengan wataknya masing-masing.
14. Happy-Go-Lucky (2008)
Country : UK
Director : Mike Leigh
Bohong sekali jika ada yang tidak tersenyum bahkan tertawa melihat tokoh utama wanita ini menjalani hidup. Melihat kesehariannya yang disesaki dengan senyum dan tawa canda, saya menilai tokoh ini merefleksikan sikap manusia yang serba kecut dalam menghadapi masalah. Sally Hawkins bermain mengesankan, baik dalam drama hura-hura sampai bagian yang paling menyebalkan sekalipun. Jujur saja, kontradiksi di adegan belajar mobil saya cap sebagai salah satu duo di adegan paling ciamik sepanjang masa.
15. Mary and Max (2009)
Country : Australia
Director : Adam Elliot
Sedih rasanya menerima takdir jika film ini 'disepelekan' oleh juri Oscar sebagai kandidat Best Animated Feature. Pesan moral yang melimpah serta perjuangan sahabat pena yang saling mendukung satu sama lain saya nilai sangat dahsyat. Korespondensi yang jarang diterapkan sekarang ini, ternyata mampu mempertemukan dua anak manusia beda nasib, beda benua, dan beda gender dan usia. Dengan garansi diangkat dari kisah nyata, mengikuti perjalanan imajinasi keduanya sungguh menggugah. Dijejali beberapa keunikan, mirisnya ending film ini dibuat dengan begitu unik tapi menyedihkan. Terlepas dari animasi standar yang dibuat, Marry and Max adalah salah satu suguhan yang sangat pas saat kumpul keluarga bersama.
16. Eternal Sunshine of the Spotless Mind (2004)
Country : USA
Director : Michael Gondry
Kemajemukan dan keanehan ide dari otak Charlie Kauffman ternyata memberikan gambaran lain bagaimana film drama romantis tidak harus dengan kisah menye-menye. Malah, film ini menimbulkan keironisan yang siapapun tak mau merasakannya. Pertemuan si pria dan wanita dibuat seklasik mungkin tanpa harus terkesan murahan. Jim Carrey ternyata bukan hanya sekedar aktor karet dan Kate Winslet mematangkan aktingnya lewat film ini. Pecinta seni sejati dengan bendera indie, film ini sangat tidak boleh di-skip.
17. The Pianist (2002)
Country : France
Director : Roman Polanski
Sebelum The Ghost Writer, Le Pianiste menjadi satu-satunya film Polanski yang saya tonton dan hebatnya langsung membekas di hati. Dengan background Perang Dunia II, film ini menonjolkan sosok pianis yang harus merenta dan menyembunyikan talenta luar biasanya. Penggarapan yang amat apik dari Polanski serta bantuan naskah yang juga prima, The Pianist memang layak diberi 3 Oscar. Saksikan ending film ini, Anda akan melihat betapa briliannya Adrien Brody dalam mendalami karakternya, terutama dalam bermain piano.
18. Kabhi Kushi Kabhie Gham (2001)
Country : India
Director : Karan Johar
Dramatisasi perfilam Bollywood memang terkenal terlalu mendayu-dayu. Film ini juga begitu. Tapi di mata saya, ada kesan lebih yang bisa ditarik kesimpulan dari jalan ceritanya sendiri. Dengan lagu dan tarian yang menyegarkan mata dan telinga, KKKG mencampurkan plot pengkastaan cinta serta kerukunan pondasi keluarga. Akting pemainnya meski tidak sempurna, saya nilai masih bisa mendalami karakter dengan baik. Chemistry keenam tokoh utama patut diacungi jempol setingi-tingginya. Tidak ada film dari negara Mahatma Gandhi ini yang bisa membuat saya menontonnya berkali-kali.
19. Kala (2007)
Country : Indonesia
Director : Joko Anwar
Film handmade (baca : buatan negeri sendiri) personal dari Joko Anwar ini campuran getir, satir, serta semi-noir. Dunia transversal buatan Joko memang disajikan dengan pekat abu-abu-hitam, ditambah akting memukau dari para aktornya. Teruatama Fachri Albar dan juga Shanty. Sangat jarang menemukan film lokal dengan kombinasi kemajemukan karakter. Eksekusi yang mumpuni semakin mengukuhkan jika Kala adalah harta Nusantara yang harus dijaga oleh kita para penikmat film seatero negeri.
20. The Dreamers (2003)
Country : France
Director : Bernardo Bertolucci
Sutradara spesialis film nyeni ini menampilkan The Dreamers dengan gayanya sendiri. Percintaan terlarang dan ganjil dari film ini seperti penerusan dari Last Tango in Paris nya yang sensual itu. Sektor seksualitas yang esplisit dan cenderung aneh (bahkan sebagian orang berkata menjijikan) tidak jatuh ke kubangan murahan. Sekali lagi, film ini khusus diperuntukkan untuk penyuka art movie dan Bertolucci semata. Judulnya sendiri saya telisik sebagai mimpi peremajaan yang tak kunjung ada batasnya di dunia percintaan absurd.
21. The Sea Inside (2004)
Country : Spain
Director : Alejandro Amenabar
Mar adentro seperti ruang untuk membuktikan kehebatan Javier Bardem, terlepas dengan tema cerita yang menarik pula. Bardem melebur di jiwa perannya yang di sepanjang film hanya menguntit di atas ranjang. Tapi ekspresinya lah yang menjadi kekuatan aktingnya. Filmnya sendiri seperti mengajarkan penonton untuk selalu tepo seliro kepada sesama dan memporakporankan akan skeptis buruk hati yang bisa merasuki serta merusak jiwa
22. Up in the Air (2009)
Country : USA
Director : Jason Reitman
Saya masih belum nerima kekalahan mutlak Up in the Air di bursa Oscar. Pendewasaan diri yang ditelusuri Reitman lewat film ini memang dirangkum dengan begitu manis. Hidup mewah dari sosok Ryan Bingham serta sex appeal-nya bagi para wanita harus rela merangkak lesu saat ending film ini berkata lain. Dunia tidak seperti yang diharapkan penuh oleh manusia. Drama sastra yang dirindukan penikmat film dari seorang Jason Rietman yang selalu naik satu tingat di setiap feature-nya.
23. La mome (2007)
Country : France
Director : Oliver Dahan
Terima kasih kepada para make-up artis yang telah menampol Marion Cottilard menjadi begitu mirip dengan sosok Edith Piaf. Itu tidak akan berjalan lancar jika Cottilard sendiri tidak mampu menuntaskan tugasnya. Marion, dengan body languange serta akting yang luar biasa mumpuni, berhasil melumer dalam rangka jiwa seorang penyanyi Perancis, Edith Piaf. Replika kehidupan Piaf disinyalir begitu mengenaskan di masa muda dan tua. Inilah gambaran biopik yang bisa disebut sempurna dalam penyajian gambar serta akting.
24. Sunshine Cleaning (2008)
Country : USA
Director : Christine Jeffs
Pendekatan disfuctional family layaknya Little Miss Sunshine, Sunshine Cleaning boleh dibilang lebih kelam, menyayat dan lebih sedikit karakter unik. Personifikasi darah di film ini seperti berbicara banyak bagaimana hubungan persaudaraan yang tidak begitu klop berhasil diwadahi dalam kebersamaan. Duet jelita Emily Blunt-Amy Adams sangat membantu dengan akting berkelas mereka. Tidak ada yang sia-sia di hidup ini, berbuatlah sepositif mungkin dan Anda akan menemukan pembenaran di hidup Anda kelak.
25. Moulin Rouge (2001)
Country : USA
Director : Buz Luhrmann
Meskipun tidak seberuntung Chicago yang menang Oscar, setidaknya Moulin Rouge tidak kalah dalam segi keglamoran dan keapikan pesona dari para pemainnya. Lupakan cerita yang generik, Rouge seperti cermin pembaharuan genre musikal memasuki milenium baru. Enerjik, menyentuh, dan memorable sekali. Kinerja Nicole Kidman diganjar Golden Globe di sini, dan menyematkan predikat salah satu aktris terbaik yang sanggup memerankan karakter apapun. Saya nilai, itu semua dimulai dari film ini.
Begitulah keduapuluhlima besar film edaran dekade belakang yang sanggup membuat saya terkagum-kagum. Entah dari segi orinilasitas cerita, akting maupun segala bentuk teknis lainnya. Sekali lagi, ini hanya sebuah tulisan yang tidak ada maksud negatif apapun. Syukur jika yang membaca jadi ingin menonton film yang dimasud, atau mungkin sudah.
Untuk menutup artikel (amatiran) ini, saya bersuka cita menampung segala jenis komentar baik kritik maupun masukan yang mungkin bisa memicu saya untuk membuat yang lebih baik lagi. Terima kasih.
Dengan tujuan sebagai penikmat, sekaligus pengomentar (yang amatiran tadi), saya bermaksud dan iseng-iseng membuat rekap 25 film terbaik versi saya. Tentu saja, keseluruhan film ini merupakan film yang sudah saya tonton interval tahun 2000-2009. Jujur saja, ini bukan perkara mudah apalagi harus mempersempit ratusan film berkualitas menjadi selawe butir saja. Dan patokan film yang saya tulis memang tak lepas dari keunggulan film itu sendiri di mata saya. Mulai dari segi cerita, akting, teknis serta penyampaian yang berbeda saat menyerap sari patinya.
Hanya menegaskan saja, list-list berikut hanya berupa tulisan dan tidak bermaksud provokasi apalagi merasa sok hebat. Hanya dua kegemaran saya (selain tidur) yang berkesinambungan satu sama lain. Dan, urutan nomor hanya bersifat random dan sewaktu-waktu bisa berubah.
1. Babel (2006)
Country : USA
Director : Alejandro Gonzales Innaritu
Tak ada yang perlu dikomentari untuk film ini. Pelampiasan moral akan sulitnya berkomunikasi memang diperlihatkan dengan sangat getir dan menyentuh. Tidak ada film berdurasi 2 jam lebih semenarik ini. Bahkan kalau boleh menelaah, kesenjangan yang ada di film ini masih saja berlaku sampai sekarang dan itu nyata. Innaritu memoles film ini tidak semenjana dan kuat dari segi karakter hingga menyisakan sebuah kepahitan yang tak terduga.
2. Persepolis (2007)
Country : France
Director : Vincent Paronnoud dan Marjane Satrapi
Animasi yang sedia kala konsumsi 13 tahun ke atas. Dengan edarnya Persepolis, idiom tadi terasa hambar. Dengan tingkat rating yang dewasa serta format animasi yang jauh dari kesan mewah, Persepolis memang menyuguhkan kandungan cerita yang menusuk. Jika animasi Hollywood mengandalkan kejenakaan, Persepolis hadir dengan keseriusan.
3. Osama (2003)
Country : Afganishtan
Director : Siddiq Barmak
Mungkin inilah film trans-gender yang paling menyentuh. Peralihan status ini memiliki maksud yang masuk diakal. Tema cerita yang orisinil ditambah panorama alam setempat, memang Osama menonjol di banyak aspek. Sentilan yang menusuk bagi negaranya memang sekaligus ditujukan kepada penonton sekalian.
4. Ratatouille (2007)
Country : USA
Director : Brad Bird
Tikus atraktif yang antusias dalam dunia kuliner memang terkesan ganjil dan jorok. Tapi itulah adanya Ratatouille ini. Asosiasi kejam yang dijungkirbalikkan kreatornya dan menjadikan Remy, si tikus tadi, menjadi sosok yang menggemaskan dan panutan dalam mengejar cita-cita. Itulah guna film animasi, ruang lingkup yang terasa aneh bisa dibuat begitu mengesankan. Ratatoiullle kuat dari segi cerita dan tak hanya mendompleng segi animasi yang memukau. Everyone can cook..
5. Crouching Tiger, Hidden Dragon (2000)
Country : Taiwan, Hong Kong
Director : Ang Lee
Lee serta rekan-rekan aktornya telah berhasil membawa penonton dunia ke strata lukisan indah plus martial art yang sedap di mata. Menjadi satu-satunya film yang masuk di nominasi Best Picture dan Best Language Foreign Film di serial tahuan Oscar, CT,HD memang menjelma menjadi patokan film serupa di bidang seni arstektur, sinematografi serta adegan silat yang memukau. Berdiri dengan cerita yang memang solid, film ini juga mampu meraup ratusan juta dolar dari kantong penonton seluruh dunia.
6. Let the Right One In (2007)
Country : Sweden
Director : Thomas Alfredson
Sosok penghisap darah cilik dengan seting dinginnya salju, Let the Right One In memberikan kehangatan dari tema persahabatan ganjil. Tak kuasa menahan haru saat saya menonton film ini. Meski minim dialog, tapi film ini maksim dari aspek keluarbiasaan akting. Tak saya sangka, jika kedua aktor cilik utama bisa bermain begitu lepas. Mengalahi para seniornya di saga Twilight. Saya sukup sekali menonton ini, tapi adegan per adegan mungkin akan masih diingat sampai kapanpun. Saya rasa, Anda pun begitu. Tidak usah heran jika film ini akan disadur oleh Hollywood.
7. Brodre (2004)
Country : Denmark
Director : Susanne Bier
Film dari benua putih yang juga telah diterjemahkan ke bahasa Inggris dengan dekeng seorang Jim Sheridan, yang ternyata tak mampu mengalahkan kedigdayaan cerita orisinilnya. Brodre jelas lebih prima dari berbagai aspek, di luar kurang terkenalnya pemain utama. Perselingkuhan berlatang perang memang dieksekusi dengan begitu hidup. Sangat manusiawi jika kita melihat setipa tooh di film ini. Terlepas dari ketidaksempurnaan manusia, topik yang diangkat memang mengerikan dan menyisakan kepahitan bagi sang anak tokoh.
8. Cache (2005)
Country : France
Director : Michael Haneke
Dengan cerita sedikit thriller, Hidden (judul internasionalnya) menggambarkan pesona manusia kala lupa akan hidup dan kepentingan pribadi. Penyelewengan moralitas dibangun oleh Haneke secara meyakinkan. Diperkuat dengan akting matang Juliette Binoche serta Daniel Auteuil, penonton diajak berkelana dalam keheningan pekat yang bisa jadi tak terduga. Asal tau saja, beberapa menit awal film ini sepi dari suara, yang ada hanya sorotan lorong-lorong kota Paris. Nikmatilah film ini saat Anda lagi bimbang dalam kemawasan diri.
9. There Will Be Blood (2007)
Country : USA
Director : Paul Thomas Anderson
Tidak disangka kesunyian kalang minyak bisa dipermak PTA begitu emosionil. Dipenuhi akting luar biasa serta sinematografi yang anggun, Blood memang dikhususkan kepada pemirsa yang butuh film bermutu tinggi dengan sajian yang tidak biasa. Kepongahan manusia dari tokoh Daniel Plainview ditonjolkan begitu menohok. Sokongan Paul Dano dengan peran gandanya, ia bisa menyeimbangi kestabilan performa Lewis. Saksikan ending yang merubah nasib Plainview keseluruhan serta adegan pembunuhan yang hanya-Tuhan-yang-bisa-memaafi itu.
10. Children of Men (2006)
Country : USA
Director : Alfonso Cuaron
Cuaron menggiring kita ke wahana universal tentang gejolak perang serta dampak dari perang itu sendiri. Tidak sedikitpun menonjolkan keheroikan, tokoh utama dipoles sesosialis mungkin. Owen rela melepas tawaran James Bond demi film underrated ini. Kekejaman serta otoritasi oknum serta serdadu perang ditampilkan dengan sangat bengis, tanpa ampun hingga menunju ending yang menyesakkan dada. Palet abu-abu sepanjang film cukup menunjang atmosfer haru-biru film ini sendiri.
11. Freedom Writers (2007)
Country : USA
Director : Richard LaGravenese
Saya memang menyukai film dengan plot keperkasaan yang down-to-earth dari seorang guru. LaGravenese memberi pesan lewat gambar bergerak jika guru adalah makhluk paling punya jiwa di bidang pendidikan. Hilary Swank juga membantu mematangkan naskah dengan bermain sangat gemilang. Banyak adegan memorable yang bisa dikenang berpuluh-puluh tahun kemudian. Mengingat film ini berasal dari kisah nyata, saya harus berani berdalih jika wanita itu sangat berperikemanusiaan. Sebagai guru (amatiran juga), saya sangat ingin suatu saat hidup saya dipenuhi dengan kegembiraan batin meski hanya bergaji minim.
12. Pan's Labyrinth (2006)
Country : Spain
Director : Guillermo del Toro
Film berjudul orisinil El laberinto del fauno ini mematahkan formula film dongeng. Kendati diperanutamai seorang gadis cilik, tampilannya sangat kontras dengan menyuguhkan adegan kejam-membabi-buta yang diarahkan Toro begitu memukau. Sosok monster dunia linear yang liar dari sang gadis semakin membangunkan bulu kuduk. Didukung juga sinematografi yang aduhai, memang kemenangannya atas 3 Oscar di bidang teknis sangat layak dibawa pulang.
13. 12 (2007)
Country : Russia
Director : Nikita Mikhalkov
Sejatinya, film dengan banyak cast akan diatur dengan sempoyongan oleh sang sutradara. Hebatnya, film yang juga terjemahan lain dari 12 Angry Men ini berkutat di seting mini dengan karaterisasi yang beragam. Dari tritori akting juga sangat pas. Walaupun durasi yang terkesan lama, tapi 12 berisi beberapa metafora bagi sifat manusia secara gamblang. Proses voting hingga kuorum hasil dilakukan dengan pelbagai cara dan unik. Tidak ada tokoh jahat maupun baik, kedua belas juri ini berdiri sendiri lengkap dengan wataknya masing-masing.
14. Happy-Go-Lucky (2008)
Country : UK
Director : Mike Leigh
Bohong sekali jika ada yang tidak tersenyum bahkan tertawa melihat tokoh utama wanita ini menjalani hidup. Melihat kesehariannya yang disesaki dengan senyum dan tawa canda, saya menilai tokoh ini merefleksikan sikap manusia yang serba kecut dalam menghadapi masalah. Sally Hawkins bermain mengesankan, baik dalam drama hura-hura sampai bagian yang paling menyebalkan sekalipun. Jujur saja, kontradiksi di adegan belajar mobil saya cap sebagai salah satu duo di adegan paling ciamik sepanjang masa.
15. Mary and Max (2009)
Country : Australia
Director : Adam Elliot
Sedih rasanya menerima takdir jika film ini 'disepelekan' oleh juri Oscar sebagai kandidat Best Animated Feature. Pesan moral yang melimpah serta perjuangan sahabat pena yang saling mendukung satu sama lain saya nilai sangat dahsyat. Korespondensi yang jarang diterapkan sekarang ini, ternyata mampu mempertemukan dua anak manusia beda nasib, beda benua, dan beda gender dan usia. Dengan garansi diangkat dari kisah nyata, mengikuti perjalanan imajinasi keduanya sungguh menggugah. Dijejali beberapa keunikan, mirisnya ending film ini dibuat dengan begitu unik tapi menyedihkan. Terlepas dari animasi standar yang dibuat, Marry and Max adalah salah satu suguhan yang sangat pas saat kumpul keluarga bersama.
16. Eternal Sunshine of the Spotless Mind (2004)
Country : USA
Director : Michael Gondry
Kemajemukan dan keanehan ide dari otak Charlie Kauffman ternyata memberikan gambaran lain bagaimana film drama romantis tidak harus dengan kisah menye-menye. Malah, film ini menimbulkan keironisan yang siapapun tak mau merasakannya. Pertemuan si pria dan wanita dibuat seklasik mungkin tanpa harus terkesan murahan. Jim Carrey ternyata bukan hanya sekedar aktor karet dan Kate Winslet mematangkan aktingnya lewat film ini. Pecinta seni sejati dengan bendera indie, film ini sangat tidak boleh di-skip.
17. The Pianist (2002)
Country : France
Director : Roman Polanski
Sebelum The Ghost Writer, Le Pianiste menjadi satu-satunya film Polanski yang saya tonton dan hebatnya langsung membekas di hati. Dengan background Perang Dunia II, film ini menonjolkan sosok pianis yang harus merenta dan menyembunyikan talenta luar biasanya. Penggarapan yang amat apik dari Polanski serta bantuan naskah yang juga prima, The Pianist memang layak diberi 3 Oscar. Saksikan ending film ini, Anda akan melihat betapa briliannya Adrien Brody dalam mendalami karakternya, terutama dalam bermain piano.
18. Kabhi Kushi Kabhie Gham (2001)
Country : India
Director : Karan Johar
Dramatisasi perfilam Bollywood memang terkenal terlalu mendayu-dayu. Film ini juga begitu. Tapi di mata saya, ada kesan lebih yang bisa ditarik kesimpulan dari jalan ceritanya sendiri. Dengan lagu dan tarian yang menyegarkan mata dan telinga, KKKG mencampurkan plot pengkastaan cinta serta kerukunan pondasi keluarga. Akting pemainnya meski tidak sempurna, saya nilai masih bisa mendalami karakter dengan baik. Chemistry keenam tokoh utama patut diacungi jempol setingi-tingginya. Tidak ada film dari negara Mahatma Gandhi ini yang bisa membuat saya menontonnya berkali-kali.
19. Kala (2007)
Country : Indonesia
Director : Joko Anwar
Film handmade (baca : buatan negeri sendiri) personal dari Joko Anwar ini campuran getir, satir, serta semi-noir. Dunia transversal buatan Joko memang disajikan dengan pekat abu-abu-hitam, ditambah akting memukau dari para aktornya. Teruatama Fachri Albar dan juga Shanty. Sangat jarang menemukan film lokal dengan kombinasi kemajemukan karakter. Eksekusi yang mumpuni semakin mengukuhkan jika Kala adalah harta Nusantara yang harus dijaga oleh kita para penikmat film seatero negeri.
20. The Dreamers (2003)
Country : France
Director : Bernardo Bertolucci
Sutradara spesialis film nyeni ini menampilkan The Dreamers dengan gayanya sendiri. Percintaan terlarang dan ganjil dari film ini seperti penerusan dari Last Tango in Paris nya yang sensual itu. Sektor seksualitas yang esplisit dan cenderung aneh (bahkan sebagian orang berkata menjijikan) tidak jatuh ke kubangan murahan. Sekali lagi, film ini khusus diperuntukkan untuk penyuka art movie dan Bertolucci semata. Judulnya sendiri saya telisik sebagai mimpi peremajaan yang tak kunjung ada batasnya di dunia percintaan absurd.
21. The Sea Inside (2004)
Country : Spain
Director : Alejandro Amenabar
Mar adentro seperti ruang untuk membuktikan kehebatan Javier Bardem, terlepas dengan tema cerita yang menarik pula. Bardem melebur di jiwa perannya yang di sepanjang film hanya menguntit di atas ranjang. Tapi ekspresinya lah yang menjadi kekuatan aktingnya. Filmnya sendiri seperti mengajarkan penonton untuk selalu tepo seliro kepada sesama dan memporakporankan akan skeptis buruk hati yang bisa merasuki serta merusak jiwa
22. Up in the Air (2009)
Country : USA
Director : Jason Reitman
Saya masih belum nerima kekalahan mutlak Up in the Air di bursa Oscar. Pendewasaan diri yang ditelusuri Reitman lewat film ini memang dirangkum dengan begitu manis. Hidup mewah dari sosok Ryan Bingham serta sex appeal-nya bagi para wanita harus rela merangkak lesu saat ending film ini berkata lain. Dunia tidak seperti yang diharapkan penuh oleh manusia. Drama sastra yang dirindukan penikmat film dari seorang Jason Rietman yang selalu naik satu tingat di setiap feature-nya.
23. La mome (2007)
Country : France
Director : Oliver Dahan
Terima kasih kepada para make-up artis yang telah menampol Marion Cottilard menjadi begitu mirip dengan sosok Edith Piaf. Itu tidak akan berjalan lancar jika Cottilard sendiri tidak mampu menuntaskan tugasnya. Marion, dengan body languange serta akting yang luar biasa mumpuni, berhasil melumer dalam rangka jiwa seorang penyanyi Perancis, Edith Piaf. Replika kehidupan Piaf disinyalir begitu mengenaskan di masa muda dan tua. Inilah gambaran biopik yang bisa disebut sempurna dalam penyajian gambar serta akting.
24. Sunshine Cleaning (2008)
Country : USA
Director : Christine Jeffs
Pendekatan disfuctional family layaknya Little Miss Sunshine, Sunshine Cleaning boleh dibilang lebih kelam, menyayat dan lebih sedikit karakter unik. Personifikasi darah di film ini seperti berbicara banyak bagaimana hubungan persaudaraan yang tidak begitu klop berhasil diwadahi dalam kebersamaan. Duet jelita Emily Blunt-Amy Adams sangat membantu dengan akting berkelas mereka. Tidak ada yang sia-sia di hidup ini, berbuatlah sepositif mungkin dan Anda akan menemukan pembenaran di hidup Anda kelak.
25. Moulin Rouge (2001)
Country : USA
Director : Buz Luhrmann
Meskipun tidak seberuntung Chicago yang menang Oscar, setidaknya Moulin Rouge tidak kalah dalam segi keglamoran dan keapikan pesona dari para pemainnya. Lupakan cerita yang generik, Rouge seperti cermin pembaharuan genre musikal memasuki milenium baru. Enerjik, menyentuh, dan memorable sekali. Kinerja Nicole Kidman diganjar Golden Globe di sini, dan menyematkan predikat salah satu aktris terbaik yang sanggup memerankan karakter apapun. Saya nilai, itu semua dimulai dari film ini.
Begitulah keduapuluhlima besar film edaran dekade belakang yang sanggup membuat saya terkagum-kagum. Entah dari segi orinilasitas cerita, akting maupun segala bentuk teknis lainnya. Sekali lagi, ini hanya sebuah tulisan yang tidak ada maksud negatif apapun. Syukur jika yang membaca jadi ingin menonton film yang dimasud, atau mungkin sudah.
Untuk menutup artikel (amatiran) ini, saya bersuka cita menampung segala jenis komentar baik kritik maupun masukan yang mungkin bisa memicu saya untuk membuat yang lebih baik lagi. Terima kasih.
THE END
Huah, banyak filmnya yg belum ditonton :((
BalasHapusBtw, suka Ratatouille? ckckc Samaaaa
banyak orang lebih suka Wall-e lho :D
pianist emang bagus bgt
BalasHapusdit,boleh koreksi kan?
BalasHapusdi La Mome dit... Piaf harusnya Cottilard/Marion kan dit?
cmiiw
yg "Piaf, dengan body languange serta akting yang luar biasa mumpuni, berhasil melumer dalam rangka jiwa seorang penyanyi Perancis, Edith Piaf"
Mr. L (anyway, who are you?), yep emang bener. Salah tulis saya. Terima kasih koreksinya. ;p
BalasHapusWah Bagus bagus, tapi banyak yang belum ku tonton Dit.
BalasHapusFilm2 eropa susah nyarinya.
Dan hey, jadi pengen bikin juga nihhh..
Anonim : Ini dari yang udah saya tonton aja. Kalo mau nurutin mah, banyak banget film yang belum dijamah.
BalasHapusBikin gih, share ke saya yaaaa.
Selalu menarik ketika membicarakan Babel :). tetapi seperti film Inaruttu sebelumnya, 21 Grams dan Amoress Perros, selalu mengangkat sisi humanis dengan sudut pandang yang lain :).
BalasHapusInnaritu, yah da memang selalu menyentil penontonnya dengan keadaan moril tokoh bersangkutan. Sekalipun film-filmnya rada bikin sesek dada, tapi luar biasa memikatnya.
BalasHapuskok the lord of the rings gk ada padahal itu film selalu masuk top 10 daftar film terbaik dekade 2000-an
BalasHapus