Sabtu, 28 Agustus 2010

The Shawshank Redemption (1994)

Director : Frank Darabont
Cast : Tim Robbins, Morgan Freman, Clancy Brown, Bob Gunton, James Whitmore
Rate : 5/5 + piagam nomor satu sepanjang masa


Frank Darabont memang tidak seproduktif sutradara kondang kebanyakan. Dari resume-nya, sebagian besar ia buat dari adaptasi novelis sejawatnya, Stephen King. Tapi, dari sedikit filmografi itu, hampir semua karyanya bisa dikatakan sangat bagus, jika tak boleh dibilang sempurna. Sebut saja The Shawshank Redemption, The Green Mile, The Majestic dan The Mist, film terakhir yang dibuatnya 2007 lalu. Darabont memang selalu memuat filmnya tidak sekedar konsumsi perut, tapi lebih kepada sebuah pendekatan realitas serta disisipi adegan seru di belakangnya. The Green Mile hadir membawa keajaiban seorang narapidana, The Mist memberikan thriller horor yang tak biasa, dan The Shawshank Redemption, maha karyanya, masih bermain di kawasan hotel prodeo. Redemption yang semula dianggap karya biasa, perlahan ditasbihkan sebagai salah satu film paling berpengaruh sepanjang masa.

Film bermula di ruang sidang yang menghakimi Andy Dufresne atas kematian istrinya. Setelah mengalami lika-liku persidangan, akhirnya ia divonis untuk menginap di penjara Shawshank. Di sana, ia berteman dengan seorang Red, napi yang telah berpuluh-puluh tahun harus mendekam di rumah berpagar tembok itu. Hari-hari Andy di sana mengalami perubahan dengan idealismenya serta menjadikannya sosok yang dikagumi banyak orang. Tapi ternyata, perannya di 'hotel' itu bukan hanya sebagai tahanan, tapi Andy juga memainkan tokoh kaki tangan sang pemimpin yang mencoba jalan haram untuk kekayaan pribadi.

The Shawshank Redemption adalah contoh film yang nyaris smpurna dari segala sisi. Penyutradaraan Darabont di sini benar-benar memukau, sehingga penonton dibawa ke sebuah labirin kehidupan Andy tanpa merasa kebosanan. Kehidupan kelam dan menyiksa selama di prodeo ditampilkan tanpa efek yang menyakitkan. Lewat karakter Andy pula penonton diajak untuk berkelana dan berpikir bagaimana ia bisa bebas cepat dari kukungan tersebut. Pertemanannya dengan karakter Red juga sangat menyentuh. Dalam artian, mereka dihubungkan karena persamaan nasib dan pandangan Red kepada Andy yang dirasanya 'berbeda'. Kita pun tak akan sanggup menebak ujung filmnya karena telah larut dalam keasikkan perjalanan cerdas sang tokoh utama. Bahkan detail penting pun seolah dibuat kiasan tanpa kita tahu jika benda-benda tersebut bergunanya luar biasa.

Harmoni film ini sungguh luar biasa. Ritme adegan per adegan yang disajikan begitu pas dan mengena dengan setiap dialog yang terlontar. Bahkan dari ekstras-pun, ucapannya begitu masuk akal. The Shawshank Redemption memang memberikan penonton bukti nyata bagaimana kehidupan keras sebuah penjara itu. Tembok beton yang menyulubunginya berdiri kokoh mengurung para napinya untuk 'menjadi yang lebih baik'.

Ditambah dengan narasi dari seorang Morgan Freeman yang membahana semakin mengukuhkan kehangatan film ini tiada duanya. Dan jelas, Freman serta Tim Robbins yang bermain sama bagusnya memberikan performa terbaik mereka hingga juri Oscar tak segan memberi upah nominasi.

Dengan durasi yang berlebih, saya jamin The Shawshank Redemption tidak membuahkan kepenatan bagi penonton. Yang ada, penonton bisa memetik sebuah pelajaran penting bahwa kerja keras itu adalah mutlak untuk merenggut suatu keberhasilan yang kita tak tau dalam bentuk apa keberhasilan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar