Sabtu, 10 Juli 2010

Doubt (2008)

Director : John Patrick Shanley
Cast : Meryl Streep, Phillip Seymour-Hoffman, Amy Adams, Viola Davis
Rate : 4/5

Masa keemasan seorang Meryl Streep sepertinya tidak akan pernah pudar sampai kapanpun. Setiap tahunnya, ada saja film yang membuat dia masuk ke jajaran nominasi seluruh ajang perfilman dunia. Terlebih lagi, pesona kecantikan alami yang melekat pada tubuhnya, tak pelak menjadi sebuah acuan aktris muda yang mengidolakannya. Setelah menggendong 2 Oscar, di tahun 2008 lalu, nenek berusia 61 tahun ini mengulang kedigdayaan lewat film berpakem sendu ini.

Seseorang tidak akan mendapat sebuah jawaban jika hanya menerka dan menuduh belaka. Itulah inti dari film gubahan John Patrick Shanley ini. Seorang suster muda, Sister James melihat suatu kejanggalan di sekolah Katolik tempat ia mengajar. Salah satu muridnya, dirasakannya mendapatkan perlakuan yang begitu spesial dari guru laki-laki, Father Brendan Flynn. Kejadian semakin memburuk ketika James mengadu kepada tetua sekolah tersebut. Sister Aloysius semakin berprasangka jika Father Flynn memang ada suatu hubungan khusus dengan muridnya. Mendapatkan sebuah kenyataan kalau anak itu 'beda', Aloysius mengundang ibu sang anak guna mencari kebenaran.

Putih kelabu menyelimuti guliran gambar bergerak ini, dengan bantuan score-music yang sendu tetapi dalam. Shanley yang mengadaptasi film ini dari pertunjukkan broadway-nya sendiri, cukup sukses menjejalkan beberapa aktor berkualitas untuk bermain di film yang juga bermutu ini. Sebuah kamuflase hidup ia terapkan lewat seorang guru. Seluruh majas perbandingan ia gunakan lewat film ini, hingga pada puncaknya sebuah keironisan menyapu sebuah kebenaran yang semestinya tidak akan pernah terjadi. Tapi, patut disayangkan adalah adegan akhir yang mungkin menyisakan pelbagai pertanyaan mengenai sebuah keraguan. Aloysius bukan seorang yang sempurna, tapi penonjolan karakter ini kurang terfokuskan di adegan tadi. Tapi, secara keseluruhan apa yang disajikan Shanley lewat Doubt, sebuah pencapaian yang luar biasa.

Wilayah akting sepertinya tidak usah diperdebatkan lagi mengingat keempat aktor utamanya mendapatkan tempat di Oscar 2009. Streep -yang memang tidak pernah mengecewakan- bisa membius penonton hanya dengan gerak muka dan mainan matanya saja. Hoffman begitu pula, sosok yang mesti dimengerti bisa dia emban tanpa rasa kaku dan bimbang. Semua diperlihatkan dengan sebuah kewajaran dan tidak berlebihan. Amy Adams yang sempat sukses lewat Junebug, memerankan sosok yang pas untuk metafora sebuah keraguan. Satu waktu, ia seperti tidak enak hati tapi bisa juga menjadi sosok yang mengesalkan dengan ketidakpedeannya. Di menit-menit akhir, Viola Davis menggunakan waktu singkatnya maksimalitas yang tinggi. Mungkin ia muncul 15 menitan saja, tapi performanya bisa dikenang sepanjang jaman sebagai salah satu kemunculan singkat aktor yang paling mengesankan.

Mengingat sebuah keraguan adalah hal yang paling membingungkan bagi manusia, pantasnya yang menderita keraguan tersebut meluapkan segalanya secara terbuka. Hal itu diharuskan agar gosip yang kita pendam tidak menjadi bom yang kapanpun bisa meledak. Kalu sudah begitu, sudah jelas dampak negatifnya akan terkena oleh siapa saja di sampingnya. Kekontrasan seting tempat dan tema semakin memperumit kemelut yang sedang dihadapi. Para tokohnya seakan ditantang terbuka di rumah Tuhan untuk berkata yang sejujurnya. Dan dari karakter itu juga, pemirsa bisa mengambil sari murni akan sebuah kehidupan. Sebagai makhluk sosial, manusia dibebankan atas sebuah kejujuran satu sama lain. Sepahit apapun hasilnya, kejujuran dapat menenggelamkan keraguan yang bisa bersifat mutlak jika saja yang bersangkutan tak mengerti sebuah kejujuran tadi.

Doubt, sebagai film yang dibuat oleh sutradara debutan, berhasil mengajak penontonnya untuk mengulik lebih dalam sebuah hati kemanusiaan. Mengajarkan yang benar dan membuang yang salah, Doubt seperti sebuah cermin sikap manusia di orde kapanpun. Mengkilap dari segi akting, memesona dari segi arti. Highly recommended!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar