Director : Charles Crichton
Cast : John Cleese, Jamie Lee Curtis, Kevin Kline, Michael Palin
Rate : 3,5/5
Selera humor Inggris memang sedikit berbeda dengan gaya melucu orang Amerika. Mereka (orang Ingrris) lebih memanfaatkan dialog dan situasi yang menghibur, bertolak belakang dengan film komedi Hollywood yang terkadang menjurus slapstick dan vulgar. Itulah kenapa, kebanyakan film komedi di ranah negeri Ratu Elizabeth bisa jauh lebih berkualitas. Kala itu, film yang sempat mencengangkan karena berita heboh gara-gara ada yang meninggal karena menontonnya ini, sukses membuat para juri Oscar tidak enggan untuk menjejalkannya ke beberapa nominasi. Hebatnya, Kevin Kline sukses merebut salah satunya di kategori Best Supporting Actor.
Si Wanda yang bersama komplotannya hendak melakukan sebuah perampokan. Ditemani oleh sang pemimpin, orang gagap, dan pacar selingkuhan, Wanda menjadi yang tergagah di antaranya. Mana lagi ketika kejadian yang tak terduga menyebabkan hasil rampokan harus dimonopolir ke tempat yang lebih aman. Guna menghakkan sendiri, Wanda meminta bantuan pengacara dengan berbagai tipu muslihat.
Sinopsis film ini memang sedikit generik dan sering dipakai untuk formula film serupa. Tapi, Anda akan semakin terperangah saat kejutan-kejutan menjumpai di adegan per adegan selanjutnya. Tidak ada yang tau persis mau apa para tokoh ini hendak lakukan. Semua dilihat secara gamblang. Semua itu dilengkapi dengan karakterisasi yang unik, jika tak mau dibilang aneh. Asosiasi dari seorang ikan yang setengah adegan terasa ironis juga sukses diparodikan. Belum lagi saat salah satu tokoh harus melakukan rencana yang tak kadung berhasil. Nah, dari keseluruhan tadi, tone terbahak-bahak tadi sungguh terasa sampai ke dalam urat geli sekalipun. Bilamana terasa ada beberapa adegan konyol, saya berani menjamin kalau hal itu tidak ada efek negatif sama sekali. A Fish Called Wanda memang dari awal sudah berdiri dengan bendera ngakak.
Tidak melulu menyuguhkan kandungan lelucon, film ini juga menyentil apriori manusia dalam dunia perselingkuhan. Segala yang berbau lust, akan menjelma menjadi sosok yang menakutkan dan susah sekali untuk ditutup kebohongannya. Tapi, melihat endingnya yang mengarus pada cinta sejati, sepertinya perselingkuhan itu tidak begitu menyakitkan, meski tidak dibenarkan juga. Satu hal lagi, A Fish Called Wanda tidak membagi porsi untuk antagonis dan protagonis. Ke-heterogen-an sifat seluruh tokohnya membuat anta dan prota tadi menjadi sedikit baur. Memang itulah manusia. Tidak ada satu orangpun yang memiliki sifat malaikat tok. Ada saja hal tercela yang mengalir di darah mereka.
Saya dengan senang hati harus mengapresiasikan kedua jempol tangan saya untuk John Cleese. Cerita cerdas ini berasal dari kepalanya yang naskahnya juga ditulis olehnya berbarengan Charles Crichton. Crichton juga yang mengatur jalannya film menjadi lebih asik. Didukung dengan editing yang sempurna, adegan-adegan mengalir lancar tanpa ada kebosanan sedikitpun. Masuk ke sektor pemainnya, hal itu tidak ada kendala yang berarti. Mulai dari Jamie Lee Curtis, Kevin Kline, John Cleese hingga si gagap Michael Palin berhasi melebur satu sama lain. Kekocakkan mereka menyempurnakan naskah dan pengejewantahan si pembesutnya. Sayangnya, terdapat satu-dua part yang membuat penonton agak kurang nyaman. Untuk ukuran film komedi ini, pesona Wanda 'menjual diri'nya terkesan murahan. Okelah, hal itu masih dimaafkan jika saja tidak terus-terusan mengumbar nafsu si penggoda. Di luar itu semua, A Fish Called Wanda sangat direkomendasikan. Paket lengkap untuk melepas lelah, kantuk dan berbagai keluhan lainnya. Jangan salahkan saya jika Anda tidak berhenti menahan ketawa hanya karena menonton ini!
ini ya film "pembunuh" itu. wkwkwkwk
BalasHapusYep, nih film memang pernah makan korban. Poor him! Hehehe.
BalasHapus