Director : Christopher Nolan
Cast : Leonardo DiCaprio, Ellen Page, Joseph Gordon-Levitt, Ken Watanabe, Marion Cottilard, Tom Hardy, Cillian Murphy, Michael Caine
Rate : 4/5
Memasuki sebuah labirin mimpi kadang menyenangkan, tapi tidak jarang pula membuat sakit mental. Sesuatu yang tak nyata akan menyeruak menjadi sesuatu yang menghantui kemanapun kita melangkah. Sangat jarang sebuah mimpi itu akan benar-benar terjadi di dunia nyata, tapi Anda pasti tak percaya jika mimpi bisa dipermainkan dengan suatu alat yang akan membawa si pemimpi menuju stabilitas kehidupan. Atau lebih parah lagi, untuk menggagalkan suatu rencana besar. Jika Anda (dan saya sebelumnya) tidak akan percaya jika hal itu dapat dikembangkan, ternyata kita salah telak. Christopher Nolan, sang sutradara serta yang menulis seluruh rangkaian naskah, menghadirkan suguhan bermutu terbarunya. Inception menjelaskan tentang apa yang saya utarakan di awal paragraf tadi.
Nolan mengontrak DiCaprio, Ellen Page, Ken Watanabe, Tom Hardy, Joseph Gordon-Levitt, Marion Cottilard, Cillian Murphy serta Michael Caine untuk membuka suatu kedok perusahaan yang disinyalir akan dimanipulasi oleh seseorang. Mereka tidak melakukan bak mata-mata lompat genting, tetapi melalui sebuah perjalanan mimpi yang mengikutsertakan logika di dalamnya.
Sekali lagi, Nolan mengajak penonton menuju alam bawah sadar yang akan memutar dan memeras otak. Tapi, kalo diperhatikan dengan seksama, Inception ini boleh dibilang tidak begitu rumit. Mungkin tujuan Nolan demikian, berusaha bermutu tanpa harus melepaskan jubah komersil yang notabene rilisan musim panas. Tapi keadaan membingungkan tadi dibalikkan dengan visualisasi yang luar biasa menakjubkan. Saya sampai terkagum-kagum kala para 'mata-mata' melayang bebas laksana burung menari di angkasa. Lucu, adegannya jauh dari kiasan saya tadi. Nolan, berusaha mencegat otak penonton yang mulai merontokkan rambut karena terlalu keras berpikir dengan serangkaian amunisi akting yang mumpuni. Sekali lagi, sekali lagi, Nolan pantas berbangga hati karena aktor pilihannya tidak ada yang mist-casting. Semua pekerja akting mentrasformasikan karakter mereka dengan sangat pas. Bahkan, ada beberapa bagian kita dibuat bingung antara batasan tipis orang baik-orang jahat.
Christopher Nolan sepertinya memiliki otak yang mampu menampung ide-ide brilian bukan kepalang. Dari goresan tangannya, naskah yang tersaji sangat hebat. Seluruh kombinasi dialog sepanjang film memang diperuntukkan memonopoli mata penonton agar tidak lari dari layar. Sisip sedikit saja, blasss, mungkin akan kebingungan nantinya. Dan, Nolan mengansumsikan jika sebuah mimpi itu bersifat ambiguitas. Bisa saja, di satu sisi mimpi itu bisa menjadi sebuah bumerang jika kita terus meratapi mimpi itu dengan pikiran kosong dan hanya menerima dengan tangan terbuka. Sisi lain, mimpi kadang berguna untuk melarutkan memori yang tak kunjung muncul ke permukaan hingga sang pemimpi mengerti sebatas mana hal itu akan sejalan. Apapun itu, jika Anda seorang pemimpi, saya anjurkan untuk setia pada dunia nyata. Jangan melumerkan indera perasa Anda dengan sebuah mimpi yang tidak jelas kejuntrungannya.
Sayang sekali rasanya, penceritaan luar biasa ini tidak didukung dengan music score yang maksimal. Di telinga saya, musik pengiring terdengar seperti sebuah perusak tensi film. Entahlah jika itu tidak terasa bagi orang lain.
Akhir kata, ini sebuah summer movie yang paling memuaskan 2010 ini di bawah Despicable Me. Saya sangat berharap jika Nolan memunculkan sebuah metafora kehidupan lagi di luar franchise Batman-nya. This is higly recommended!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar