Director : James Mangold
Cast : Tom Cruise, Cameron Diaz, Peter Sarsgaard, Viola Davis, Paul Dano
Rate : 3/5
Aji-aji Tom Cruise sepertinya kurang ampuh belakangan ini. Semenjak ia out dari Paramount, semua film yang diprakarsai olehnya sering tumbang tak bergema. Lihat saja Valkyrie, meski masih terbilang bermutu dan sukses meraup laba, tetap saja film itu tidak membekas bagi siapa saja yang menontonnya. Paling banter cuma kemunculan sesaatnya di Tropic Thunder. Uniknya, perannya di sana berbuah nominasi Golden Globe. Lucu? Bisa jadi. Sekarang, setelah ia melepas Salt yang pindah tangan ke Angelina Jolie yang bernuansa mata-mata, Cruise lebih memilih bereuni dengan Diaz di film yang juga beraroma spionase.
Roy Miller, seorang suruhan yang harus mengamankan sebuah benda yang berpotensi berakibat buruk jika dikuasai oleh orang yang salah. Secara sengaja ia bertemu dengan June Havens, wanita yang selalu gagak dalam percintaan, di sebuah bandara. Pertemuannya ia tak disangka menjadi tombak awal petulangan seru yang tak terpikirkan June sebelumnya. Juna terpaksa menjadi 'juru kunci' dalam masalah yang sedang didera Roy. Dan ternyata Roy memiliki tugas lain, yaitu harus menyelamatkan Simon Feck dari serbuan komplotan Fitzgerald.
Begitulah plot ringan yang kemungkinan endingnya bisa diterka mau ke mana di pertengahan film. Tapi, film ini jatuh lebih spesial di mata saya karena tampilannya yang konyol tetapi tetap terbilang seru. Gubahan tangan dari penulis debutan Patrick O'Neill ternyata mampu membuat film ini menjadi lebih intim. Tapi yang jadi permasalahan saya adalah olahan James Mangold ini. Entah dia terkesan atau nge-fans dengan film Bourne, jadi telaknya film ini seperti versi lemah dan humoris dari film Matt Damon tersebut. Ada beberapa bagian yang mengisyaratkan kita jika Cruise adalah Damon, hal itu membuat kenyamanan menonton jadi agak terganggu.
Untungnya hal itu terjadi hanya di bagian Cruise tunggang langgang di atas genteng, selebihnya film ini bisa berjalan dengan sendirinya. Action yang menopang film ini cenderung menghibur kendati tidak sepenuhnya orisinil. Dan juga celetukan-celetukan ringan yang terlontar dari Cam Diaz juga cukup membantu memperkuat bobot film. Kembali ke gaya penyutradaraan Mangold, meski ini bukan film terbaiknya tapi setidaknya ia tidak membuat penonton lelah kala menontonnya. Dengan curiculum vitae semisal Girl, Interrupted, Identity, Walk the Line dan 3:10 to Yuma, memang saya sempat berasumsi filmnya aan jauh lebih superior dari kenyataannya. Tapi, karena juga saya sudah kadung suka sama karyanya sebelumnya (kecuali Kate and Leopold), Knight and Day tetap saya suka.
Melihat sektor pemainnya, saya rasa sudah pas walaupun masih ada yang miscast. Tom Cruise dan Diaz bermain cukup mengesankan. Kolaborasi kedua mereka setelah Vanilla Sky memang ditunjukkan dengan maksimal. Lupakan, akting yang kuat, kemistri mereka di film ini layaknya Joaquin Phoenix dan Reese Whiterspoon di Walk the Line. Lucu, ciamik juga seru sekaligus. Pemilihan Paul Dano juga pas, peran neurotiknya memang dilakoni tidak berlebihan. Sayangnya, Mangold hanya memberikan sedikit bagian untuknya di film ini. Sedihnya, hal itu tidak berlaku buat Peter Sarsgaard dan Viola Davis. Karakter mereka di film ini agak kurang menonjol dan tak serasi di tangan mereka. Bagaimanapun juga, mereka tetap aktor berkualitas. Itu tidak bisa dipungkiri.
Agak sulit memang mencari sebuah pembelajaran di film action dengan bumbu romantis seperti ini, pemirsa hanya disuguhi adegan jor-joran penguras adrenalin. Setidaknya, saya menemukan pesan penting dari Knight and Day. Pertama, jangan mudah percaya dan terpengaruh dengan orang yang baru kita kenal, beruntung jika ia baik, kalo tidak? Kedua, ambiguitas sebuah obat bius. Penggunaannya kadang berguna jika dengan dosis yang tepat. Tapi di film ini, obat bius seperti sebuah vitamin yang kapan saja bisa dikonsumsi. Oleh sebab itu, obat bius tetap sebuah obat yang harus dalam anjuran dokter. Bingung? Saya juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar